two

652 90 2
                                    

Keduanya duduk bersimpuh pada lantai rooftop setelah mengunci pintu, jangan tanya mengapa ada kunci tergantung disana. Dengan nafas yang tersengal-sengal Ningning membuka jaketnya. Jay itu benar-benar membuat hari pertamanya suram, itu yang ada dipikiran Ningning.

"Lagian cuma masalah nabrak aja dibawa serius, lo tau Win? Dia yang nabrak gue duluan, harusnya gue yang marah." Katanya dengan tersungut-sungut.

Winter hanya menganggukkan kepalanya guna menjawab, belum mampu mengeluarkan suara. Larian Ningning bak pelari handal, sampai-sampai rambut pendek Winter sudah teracak.

Beberapa saat keduanya berdiam diri, menyibukkan dengan pikirin masing-masing. Ningning yang bingung mengapa lelaki itu sangat menyebalkan, dan Winter dengan bagaimana memberitahu pasalnya jangan mencari masalah dengan Jay Park.

Tangan Ningning mengeluarkan ponselnya, jam menunjukkan pukul dimana waktu istirahat selesai. Perempuan itu bukan siswi yang akan mengikuti jam sekolah, jadi tak masalah bolos di hari pertama masuk.

Matanya melirik Winter yang masih saja duduk. "Ga masuk?"

Winter menggeleng. "Kalo kamu disini, aku juga ikut dong. Mau ngerasain namanya bolos. Siapa tau aku suka bolos, cuma kehalang ga ada temen aja."

"Oh iya Ning. Sebaiknya kalo kamu ketemu Jay dimanapun, tolong kabur aja ya? Aku ga mau kamu kena masalah sama dia, sekali kena masalah pun kamu bakal di kejar terus sampai dia puas. Walaupun aku tau kamu pasti udah ada masalah soal nabrak itu. Cuma plis ya? Kabur aja." Susulnya, dia hanya tak ingin Ningning menjadi korban Jay.

"Gue ga takut dia. Kita sama-sama makan nasi, sama-sama terbuat dari tanah. Ah elah, santai aja napa si lo."

Winter hanya menggeleng mendengarnya. Ningning tuh terlalu berani. Winter saja yang sering ketemu Jay disaat kedua orangtua mereka bertemu masih enggan untuk menyapa duluan.

"Jay itu....Gimana orangnya?"

Kim dengan cepat menoleh, lalu mengangguk. "Jay itu, dulu dia ga kaya gini. Tapi semenjak SMA, sifatnya jadi buruk. Aku ga tau itu kemauan dia, atau kebawa lingkup pertemanannya. Jay yang sekarang jadi lebih suka bully teman yang dibawahnya, sampai-sampai orang itu udah ga mau sekolah di sini. Mau di keluarin pun ga bisa, Papa nya donatur sekolah. Kalo sampai hal itu terjadi, sekolah bakal kehilangan donatur terbesar mereka. Lagipula semua guru bakal tutup telinga kalo ngedenger Jay bully siswa."

Ningning termengu, sebegitu besarkah power orangtua Jay?.

"Lo, kayanya kenal banget sama Jay?"

"Aku sama dia dari kecil selalu di tempatin di sekolah yang sama. Orangtua kita itu temenan, tapi aku ga mau temenan sama dia. Nakutin."

Jay. Membuat Ningning penasaran seberapa besar marahnya lelaki itu. Ningning suka yang menantang.

Gorgeous; Jay-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang