3 bulan sudah terlewat sejak kejadian Ara ditemukan di dalam gudang dengan kondisi yang cukup mengenaskan, dan selama itu pula seluruh penghuni kost menjaga Ara dari semua kemungkinan terburuk. Selain itu mereka juga saling menjaga satu sama lain agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Lambat laun pun kondisi Ara mulai membaik, gadis itu juga sudah tidak pernah terlihat memaksa dirinya sendiri untuk mengingat kejadian dimalam itu.
Saat ini kost ditinggal oleh Gaby, Cindy, Shani, Anin, Feni, Jinan, Gracia, Sisca, dan juga Ariel. Kesembilan gadis itu sedang pergi ke luar kota selama beberapa hari untuk mengurus pekerjaan, sebenarnya Jinan tidak ikut namun Cindy memaksanya secara terus menerus membuatnya mau tidak mau menuruti keinginan sang kekasih.
Jangan ditanya keadaan kost setelah ditinggal oleh kesembilan gadis itu, keadaannya baik-baik saja namun sangat berisik. Jesslyn, Indah, serta Gita yang dititipi kost oleh Gaby pun merasa tidak sanggup mengatasi kericuhan yang terjadi jika sedang ada yang bertengkar. Mereka bertiga hanya bisa pasrah seraya menghela nafas ketika sudah ada salah satu diantara mereka yang berteriak, itu artinya peperangan dimulai.
Oniel, Lulu, Fiony, Mira, Eli, Eve, Chika, Dey, dan Celine? Ah jangan berharap kepada mereka semua. Dey dan Celine lebih memilih untuk pulang ke rumah mereka masing-masing, katanya tidak ingin dibuat pusing oleh para gadis yang masih SMA. Lalu sisanya? Bertingkah layaknya gadis yang lain, berisik dan juga mengganggu.
Ya seperti saat ini, Jessi berteriak memanggil nama Flora dengan cukup kencang. Ntah hal
apa yang mereka ributkan namun teriakan Jessi sangat memekakkan telinga, sangat amat nyaring seperti lumba-lumba."FLORA!!! SINI GAK LO!"
Setelah teriakan itu aksi kejar-kejaran oleh kedua gadis itu pun dimulai, jangan heran jika tidak ada yang melerai karena mereka semua sibuk menonton pertikaian diantara Jessi serta Flora.
Mira dan Olla bilang sih lumayan ada tontonan gratis dikala gabut, mereka tidak perlu membuang uang untuk menonton pertandingan tinju di luar karena sudah ada di hadapan mereka saat ini.
"Jessi sama Flora kalo gak berenti bakal aku aduin kalian berdua ke Ci Shani."
Ancaman dari Indah rupanya tidak berhasil membuat kedua gadis itu berhenti, keduanya justru semakin gencar mengejar satu sama lain seperti anjing dan kucing. Gita yang melihat ancaman dari Indah tidak berhasil itu pun hanya bisa menggelengkan kepalanya, jika ancaman seperti itu saja tidak berhasil maka ancaman yang lain juga tidak akan berhasil membuat kedua gadis itu menghentikan aksi mereka.
"FLO! JES!" Panggil Chika dengan suara yang cukup lantang.
Rupanya panggilan dari Chika berhasil membuat Flora menghentikan larinya, gadis itu justru menghindar dari Jessi dan segera menghampiri Chika. Menutupi tubuh mungil miliknya dengan tubuh jangkung milik Chika.
"Lanjutin aja terus, kalo perlu pake golok biar ada korban nyawa. Atau mau pake pisau? Biar aku ambilin buat kalian berdua sekarang."
Berhenti, aksi kejar-kejaran itu langsung berhenti begitu saja. Bahkan obrolan penghuni kost yang lain juga terhenti ketika suara Chika terdengar.
Mereka takut dengan Chika, gadis cantik dengan suara yang lembut itu memang tidak terlihat menyeramkan ketika sedang marah. Namun ntah mengapa melihat Chika yang seperti itu dapat membuat siapa saja merinding dibuatnya, bahkan Gita juga dapat merasakan hal yang sama.
"Udah? Capek? Gak mau dilanjut lagi kejar-kejarannya? Belum juga aku ambilin pisaunya, mau dilanjutin lagi gak?" Tanya Chika dengan nada suara yang mulai turun.
Kedua gadis yang ditanya hanya menggeleng lalu menundukkan kepalanya karena takut, Chika terlihat sangat 'menyeramkan' dengan kata lain.
"Nyaho sia, gak ada takut-takutnya dari tadi disuruh berenti sama Indah. Giliran sama Chika aja baru pada diem." Sahut Eli dengan mata yang menajam. Sesungguhnya ia sudah merasa muak dengan keributan yang ada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kost 48
Misterio / SuspensoKisah 33 gadis yang tinggal di dalam satu tempat bernama kost 48, seperti apa isi dari kost an itu? ⚠️Disclaimer⚠️ gxg area!! homophobic DNI. Up sesempetnya aja