Pertama-tama, saya ingin bilang terimakasih kepada sosok yang sudah menginsipirasi saya untuk membuat karya ini ...
Terimakasih sudah hadir di kehidupanku dan selamat ulang tahun untuk mu...
Aku tahu, kalo tepatnya ditanggal 24 ini kamu ulang tahun dan pasti ini berat banget buat kamuu ..
So, maaf gak bisa ada di samping kamu pas hari spesial ini...
Doa ku selalu menyertai kok,sekali lagi.selamat ulang tahun..
Maaf ya, aku gak berani buat chat langsung sama kamu. Jadi, aku ngucapinnya lewat wattpad aja.Hehehe, semisal kan nanti karya ku dibaca kamu. Maaf ya, kalau aku gak izin buat cerita ini.
-----------------------------------------------------------
"Dari sekian banyaknya kepergian, kenapa harus papa?"
*
*Sudah tiga hari lamanya mereka bersama-sama tanpa ada gangguan lagi. Ya, meskipun sang ibu akan tetap berulah sampai kapanpun itu tetapi, yang pasti mereka berdua tak menghiraukannya. Mereka berdua bersenang-senang, menikmati waktu berdua.
Dan tepatnya hari ini, sang papa pamit untuk kembali bekerja. Seharusnya esok papanya bekerja tetapi, karena desakan sang bos untuk kembali bekerja sekarang. Mau tak mau, ia harus menurutinya.
"Udah di siapin semua pa? Ada yang ketinggalan gak? Terus jangan lupa papa bawa obat-obatan ya, takutnya nanti dijalan papa gak enak badan, apalagi jalanan ke Bengkulu itu jauh pa" oceh Ari tak henti-henti.
Terkekeh geli mendengar penuturannya yang sudah di ulang berkali-kali oleh sang anak.
"Siap boss" reflek tangannya ikut hormat kepada sang anak. "Semua udah lengkap, sini kita duduk dulu, ngopi-ngopi santai juga boleh" lanjutnya sembari tertawa.
"Papa ih! Nanti kelamaan gak kalau kita ngopi-ngopi dulu?" katanya.
"Iyah gak dong! Masa ngopi sama jagoan papa, dibilangnya kelamaan" kata papa yang membuat hatinya langsung menghangat.
Tanpa berlama-lama lagi, Ari menyeduh kopi hitam. Sementara papanya berada di ruang tengah sembari menunggu sang anak. Pria itu tersenyum sembari menatap intens bagian rumahnya. Tiba-tiba dirinya terkekeh kecil, mengingat sudah banyak hal yang ia habiskan bersama sang anak disini.
"Maaf" gumamnya dengan diri sendiri. Tak ada yang mendengarnya karena hanya ada dirinya sendiri.
Tak lama datang lah anaknya dengan dua gelas kopi yang berada ditangannya. Pria itu tersenyum gembira, menatap sang anak dengan berkaca-kaca, ia pasti akan merindukan kopi yang dibuat oleh sang anak dan juga dengan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arizki
Teen FictionArizki, seorang remaja yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu, menemukan dirinya dalam situasi yang sulit setelah ayahnya meninggal. Ditinggalkan oleh orang yang selalu ia sayangi, Arizki merasa bahwa Tuhan tidak adil baginya. Namun, ia tidak me...