"Lo gak sendirian.
Meskipun kita baru dekat, lo bisa
banget nganggep gue rumah untuk berteduh. Satu hal yang harus
lo pegang di kehidupan ini, Tuhan pasti selalu ada di setiap langkah lo!"*
*
*Ilara hanya bisa diam. Ia mengerti tentang perasaan pria itu, dirinya mendekat seraya mengelus bahunya yang terlihat bergetar hebat. Arizki adalah manusia yang begitu kuat yang menjalani hidup semenyakitkan ini.
"Gue capek, La! Gue capek kayak gini terus," ujarnya terisak.
Bahunya bergetar hebat seraya menangkup air matanya dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya. Lagi dan lagi, Ilara hanya bisa mendengarkan tapi bisa mengucapkan apapun.
Tangisan Arizki yang pecah membuat hatinya terasa sakit, mengingat bahwa dirinya mungkin merasakan hal yang sama. Lantas Arizki tanpa sadar, mendekatkan dirinya menuju pundak Ilara.
Dia menghapus air matanya secara kasar. "Gue bingung, kenapa hidup ini seolah-olah mempermainkan gue banget. Gue punya salah apa ya di masa lalu sampai-sampai tuhan menghukum gue seperti ini," gumam Arizki.
Samar-samar Launa bisa mendengar ucapan tersebut. "Tuhan ngasih lo cobaan karena tuhan tahu, bahwa bahu lo itu kuat. Tuhan sayang sama lo saking sayangnya dia memberikan cobaan yang pastinya bisa lo hadapin. Harusnya lo bersyukur, lo masih dikasih cobaan sama tuhan, coba kalau ga? Itu patut dipertanyakan," celoteh Ilara.
Arizki diam sejenak, membiarkan suara angin nan burung yang berkicauan menjadi saksi akan tangis nan kedekatannya dengan Ilara.
"Lo mah enak ngomong gitu tapi, gue yang ngerasain gak enak," ujarnya seraya terkekeh sarkas.
"Eh!" Arizki langsung tersadar. Dia dengan Ilara baru saja dekat namun, mengapa dirinya bisa sedekat dan mudah sekali untuk mengatakan hal tersebut. "Kok gue malah cerita ke lo yah? Aduh, jadi malu gue," gerutunya.
"Gak apa-apa, gue siap dengerin cerita lo. Bahkan mulai sekarang kita adalah teman! Masalah lo adalah masalah gue dan yang paling penting ..." Ilara menatapnya sejenak. "Lo gak sendirian. Meskipun kita baru dekat, lo bisa banget nganggep gue rumah untuk lo berteduh. Satu hal yang harus lo pegang dari di kehidupan ini, Tuhan pasti selalu ada di setiap langkah lo."
Perkataan Ilara diiringi dengan senyuman kecil yang menghiasi wajahnya. Sejenak, hati Arizki merasa hangat. Dia bahagia bisa mendengar perkataan ini dari seseorang yang mungkin saja di takdirkan olehnya.
Ternyata Ilara bukan hanya cantik namun, hatinya terlihat begitu baik. Bahkan memberikan dukungan kepada orang yang baru saja dikenali olehnya.
"Terimakasih," ujar Arizki seraya tersenyum penuh keyakinan.
Ilara mengeritkan dahinya kebingungan. Ia tak mengerti dengan ucapan dari Arizki yang tiba-tiba mengucapkan kalimat "terimakasih". Padahal, dia tak melakukan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arizki
Teen FictionArizki, seorang remaja yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu, menemukan dirinya dalam situasi yang sulit setelah ayahnya meninggal. Ditinggalkan oleh orang yang selalu ia sayangi, Arizki merasa bahwa Tuhan tidak adil baginya. Namun, ia tidak me...