Aku tidak tahu kenapa desa tempatku tinggal makin ramai dibicarakan orang karena banyak wanitanya yg suka selingkuh terutama kepadaku. Aku tidak mengerti bila mereka suka bertandang ke rumah sekedar ingin bertemu dengan aku atau berobat. Padahal mereka tidak sakit apapun. Aku tetap merasa normal sebagai pemuda yg masih belia menyukai gadis cantik sebagai pacar. Aku tidak menolak ketika gadis2 tetanggaku datang untuk minta bercinta denganku. Usai bercinta, gadis2 itu terus menagih jatah agar aku melayani setiap mereka datang. Tapi aku jadi sedih karena ayahku tidak sembuh dari sakitnya yg terus berkeliling kampung sambil bertelanjang dan pamer kemaluan.
Suatu hari aku diajak temanku untuk datang ke rumah ustadz kondang yg juga masih paman Rita. Ustadz itu pernah diceritain Rita jika aku adalah teman yg memiliki kekuatan gaib di sekolah. Tapi ustadz itu kemudian mengajarkan kepadaku ayat2 yg harus aku hafalkan bila pulang ke rumah. Aku paham dan mengerti apa yg diajarkan beliau, toh aku sadar ketika berada diluar rumahku.
"Inshaallah desamu hilang dari gangguan setan jika kamu dirikan sebuah masjid di bekas pohon yg angker itu." kata pak Ustadz.
Aku sih mengiyakan saja karena aku setuju sekali bila kampungku tidak lagi terkena kutukan dari setan gundul mesum. Bayangkan saja bagaimana jika sekampung warganya gila karena selalu ingin bercinta dengan siapa saja. Aura erotis selalu menyerang dan membuat seluruh warga kampung Suka bahagia melakukan ritual mesum.
Bak seorang artis saat aku pulang sekolah sudah dihadang puluhan gadis dari luar kota yg datang ke rumah untuk sekedar minta diruwat atau kuobati. Memang mereka sakit apa sampai jauh2 dari kotanya datang ke rumahku mau berobat.
"Sakitnya disini mas.. di dadaku.. lihatlah dan pegang dadaku yg berdegub kencang bila kau sentuh." kata seorang gadis masih SMP malah. Aku tidak menolak ketika gadis remaja itu berbondong- bondong masuk ke dalam rumah hingga tidak muat dan terpaksa duduk di teras.
"Sudahlah Set, layani mereka, kan ibu sudah tarikin uang DP untuk berobat." kata ibuku yang malah mendukung.
***
5 tahun kemudian.
Setelah aku merantau keluar dari kampung untuk bekerja ke Jakarta, aku pulang ke rumah orang tua yg konon sudah mendirikan mesjid. Aku sangat senang mendengar berita dari kak Leny yg sudah mulai sadar dan ibuku juga tidak lagi membuka praktek pengobatan karena aku telah pergi dari rumah. Aku berharap seluruh desa Suka Bahagia sudah insyaf dan menjalankan ibadah solat sehingga bebas dari gangguan setan.
"Seto.. ibu rindu padamu nak.." pekik ibuku ketika melihat aku sudah berdiri di depan pintu rumah. Ibupun merangkul pundak ku sambil mengelus kepalaku. Tapi aku bergegas bersujud mencium kakinya dan bersyukur bila kondisi desa sudah normal seperti awal sebelum ada musibah.
"Mana ayah..?" tanyaku ketika semua sudah berkumpul menyambut kehadiranku.
"Ayah ada di komplek."
"Dikomplek? komplek apa Bu?"
"Sejak kepergian mu, Pemda sudah membangun mesjid di kampung kita. Juga sebuah komplek lokalisasi."
"Apa?" tanyaku sangat terkejut dengan jawaban ibuku. Bagaimana mungkin membangun mesjid tetapi juga membangun tempat maksiat yg dilaknat Allah.
"Mereka sangat merindukan kedatangan kamu Seto."
"Maksud ibu?"
"Warga kampung kita memang sudah mulai taat ibadah ke mesjid Set, tapi karena banyaknya wisata yg semula ingin berobat kepadamu, tapi kemudian mereka tidak menemukan kamu, maka Pemda membangun tempat wisata untuk mendapatkan penghasilan daerah. " jelas ibuku yg mengejutkan.
Aku tetap penasaran dengan penjelasan ibuku tentang lokalisasi yg dibangun di kampungku. Kalau mesjid dibangun untuk mengusir setan maksiat, kenapa malah dibuat Lokalisasi? Aku sangat yakin ayahku bisa kusembuhkan dengan ilmu hipnoterapi yg telah kuperoleh di perantauan. Aku ingin sembuhkan ayah dari pikiran mesumnya. Percuma mereka disadarkan dengan mesjid, tetapi masih menghalalkan maksiat. Lalu apa gunanya ustadz dan mubaligh bila malah mendukung kegiatan prostitusi seperti Gus Mentah.
"Astagfirullah aladziim." kataku ketika melihat ayahku masih bertelanjang perut saat kutemui di kompleks. Akupun bergegas menghampiri dan bacakan surat Al Falaq sambil usap muka ayahku.
"Apa- apaan kamu Set?" ucap ayahku yg kemudian tertidur karena energiku.
"Ayah akan bangun setelah aku menghitung sampai ke 7. Ayah sadar dan malu sekali membuka aurat didepan umum.Ayah kembali normal dan ingin bertaubat!" kataku.
Setelah aku hitung sampai angka 7, ayahku bangun dengan sangat terkejut dan menangis karna malu dan menyesal.
"Aauuhh..maluuu" teriak ayahku sambil bergegas masuk kamar menutup auratnya dengan celana dan sarung. " Duh gustiiii ampuni hamba mu yg lupa diriii ampun ya gustiii..." teriak ayahku sambil bersujud di kakiku. Aku langsung mengangkat dan memeluk ayahku dengan cucuran air mata haru."Sudah sudah pak.. ayoh kita sallat berjamaah di mesjid saja.."kataku sambil menuntun ayahku untuk berwudlu. Ibuku yg melihat kekuatan baruku makin senang karena aku pasti bisa menyembuhkan warga yg sedang kena musibah santet atau teluh dari orang kampung yg musryk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUKAN BIRAHI
Teen FictionCERITA DEWASA. AWAS, ANAK UMUR DIBAWAH 20 DILARANG BACA KARENA NOVER BERKONTEN DEWASA.