BAB : 10 AKHIRNYA

1.1K 8 0
                                    

Ayahku yang kini mendekam di RS jiwa karena dianggap gila oleh tetanggaku sudah kuikhlaskan. Rumahku sudah kuwakafkan untuk dijadikan mesjid saja dan aku tetap berpraktek jadi dukun alternatif karena permintaan warga. Sedang hasil dari praktek pengobatan alternatif akan kugunakan untuk kesejahteraan kampung.

"Insyaallah semua sudah takdir dari Allah, semoga tidak lagi ada gangguan dari roh jahat yg menyesatkan. Amiien" kata pak Ustadz. Kata2 itu selalu kuingat dan jadi tandatanya bagiku bila kenyataannya aku selalu melakukan yg tidak kuinginkan saat melakukan pengobatan kepada pasien. Tati dan Yety yg masih sekolah SD klas 6 dan SMP klas 8 itu seperti kena sihir bila datang ke rumah dan melihat aku. Bukan cuma suka melihat wajahku yg tampan, tetapi ingin melihat milikku yang longsize dan super. Aku sudah menutup pintu dan menolak jika para gadis itu datang dengan alasan ingin berobat. Tapi banyak alasan yg dikatakan mereka agar aku mau menolongnya.

"Mas Seto, aku tidak pernah bilang orang tua dan tetangga jika aku sudah bercinta dengan mas. Sungguh." kata Tati yg sangat suka bermesum ria denganku. Mulanya Tati keseleo kakinya dan oleh mamanya yg bertetangga dengan aku dibawa kerumah untuk ku benarkan letak tulangnya. Karena setiap aku mengobati harus tidak pakai kolor sehingga Tati dan mamanya juga ikut melihat bagaimana keadaanku. Bahkan mama Tati juga senang memegangi milikku dan pernah bercinta denganku didepan putrinya yang masih SD klas 3. Sejak itu Tati senang bermain ke rumah dan selalu minta kuurut atau kukobel miliknya. Tapi aku takut bila kejadian itu sampai ke telinga bapaknya bang Jaja, tentu beda. Pasti laki2 itu cemburu dan mungkin menuntut jika aku sering mainin dua putrinya.

Sekarang mereka sudah besar, Tati SMP sedang Yeti klas 6 SD. 6 tahun lamanya aku bermain mesum dengan Tati hingga gadis itu menjadi ketagihan untuk mesum jika aku tidak pulang ke rumah.

Alangkah kagetnya ketika aku keluar dari kamar, sudah mendapati kedua bocah itu tiduran terlentang diatas sofa tanpa busana.

"Apa2an nih.. ayo pakai baju kalian.. masuk ke dalam kamar dong." kataku.

"Tati sakit nih bang.. urutin dong..." kata Tati manja. Tati sudah remaja ria sekarang bangga dadanya sudah tumbuh sebesar mangga Bacang. Dia dorong aku ke dalam kamar dengan dadanya yg empuk dan pegang milikku yang terbuka menggantung di bawah perutku. Gemes Tati meremas burungku yg mengeras dan memanjang erotik.

"Hhhhh... gemes aku pengin banget bercinta dengan mas Seto" bisik Tati.

"Mana yang sakit?" tanyaku usai menyuruh gadis kecil itu tiduran diatas kasur. Tati tertawa cekikikan menunjuk miliknya yang mulai mekar dan basah. Daging kecil itu masih rapat tertutup hingga tak tampak ujung kacangnya selain belahan bibir pink yang sengaja ditempelkan ke ujung pusakaku. Tati meremas dan menggesekkan milikku ke belahan bibir bawahnya berulang. Di dalam kamar yg sudah kuhapus warna cat birunya kuganti dengan kuning, tapi aura seksnya belum juga lenyap, aku tak lagi bisa menahan gejolak birahi. Milikku yang secara otomatis mengeras besar itu mulai mabuk mencium aroma milik gadis remaja . Tati sangat menikmati saat miliknya mulai menjepit kepala burung yg masuk dan tenggelam ke dalam rongga tempiknya.

"Uhhhhh... sakit mas" bisik gadis remaja itu saat miliknya kugenjot kencang lebih 10 menit. Aku merasakan ada bagian yang koyak karena kuhunjam sangat keras ke dalam rongga terdalam Tati.

"Masih sakit?" tanyaku saat aku mencabut pusaka dari miliknya. Tati tersenyum dan gelengkan kepala.

"Enak banget mas, kenapa dicabut ?" tanya gadis itu sambil menarik tanganku merengkuh perutnya yang glowing dan mulus itu.

"Sudah.. kamu sudah sembuh kan?" tanyaku sambil suruh gadis itu pakai baju penutup auratnya.

***

       Aku sangat kaget dan bingung ketika diluar rumah terdengar suara orang takbir berulang- ulang disertai teriakan histeris dari ibu2.

      "Allahu Akbar ... Allahu Akbar... astagfirullah aladziim.."

      Akupun bergegas membuka pintu dan.. astagfirullah... seluruh kaum lelaki tetanggaku menari sambil bertelanjang tubuh hingga dikerumuni anak2 yg memandang lucu. Sebaliknya para ibu2 yg menangis dan marah2 menarik tangan suaminya yg kesurupan.

       Seketika aku istigfar dan mohon Allah segera memberi peringatan kepada mereka. Yang aku bingung adalah ketika pak RT / RW serta tokoh masyarakat ikut menari dengan tubuh bugil.

      Kemudian aku mendengar suara gemuruh di langit seperti mau turun hujan yg disertai kilatan petir.

      "Duaaaarrrr!!"

      Benar, petir menyambar dan kulihat ada kilatan putih yang menyilaukan mataku. Lalu bumi berguncang seperti gempa yang dahsyat. Aku terlempar keluar rumah dan jatuh di halaman.

      "Ha ha ha ha.... mampus kalian semua.. " kudengar suara serak di langit, seperti suara setan yang didengar ibuku dulu. Jeritan ibu2 dan tetanggaku makin menggema seiring dengan tumbangnya semua pohon besar serta rumah bordil yg ada dipinggir desa.

      Seperti mimpi saja, mendadak aku sudah terduduk diatas ranjang sambil memandang hampa halaman rumahku yg sudah rata dengan bangunan roboh dan tetangga yg tergeletak tak bernyawa . Desaku kiamat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KUTUKAN BIRAHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang