Aku tidak bisa menolak ketika kak Leny meloroti bajuku dan menciumi dadaku yg bidang dan berotot. Sedang kak Leny yg sudah melepas handuk pembalut tubuhnya dan aku melihat keindahan dada serta perutnya yg putih mulus tak kuasa menahan birahi yg menggejolak dalam darahku. Akupun mengikuti irama cinta kak Leny yg saat itu berada di dalam kamar biru yg sakral itu.
"Set..kamu jangan pergi lagi ya.. aku sayang kamu tahu." kata kak Leny seraya memegangi milikku yg sudah tegak mengeras dan bergetar. Entah bagaimana aku jadi tak kuasa menahan gejolak birahi saat kulit lembut kakakku menggesek perutku, dan membetulkan letak miliknya bisa tertancap oleh batangku.
"Enak sekali Seto.. hhhhh aku selalu merindukan ritual ini tiap hari Set" bisik kak Leny sambil naik turun menikmati kehangatan batangku yg bergolak di dalam rongganya.
"Tapi bagaimana jika ibu tahu kita kak?" tanyaku karena aku takut bila ibu akan marah atau malah ikut - ikutan ingin bercinta denganku.
"Hhhh.. tidak mungkin, kan ibu sudah tahu jika kamu sekarang sangat dibutuhkan banyak orang"
Aku sebenarnya ingin membuat suasana di desa berubah tidak angker seperti dulu, kan sudah tidak ada lagi pohon besar itu. Lagi pula ayahku sudah dapat pekerjaan baru di lokalisasi. Pastinya rumahku sudah tidak sakral lagi. Tapi aku jadi terpancing birahi bila kak Leny sering menagih bercinta. Kak Leny ternyata sangat kuat sudah orgasme berkali- kali sampai aku lemas, masih saja naik turun mengocok batangku. Dada kak Leny makin mengeras dan kejang bila aku remas dan aku isap pentilnya.
"Tok tok tok !" mendadak aku mendorong dada kak Leny lepas dari pelukan ketika ada ketukan di ruang depan. Pasti ada tamu. Tapi kenapa tidak ibu yg menjaga di pintu depan? Tanyaku dalam hati. Pasti ibu sedang tidak di rumah karena tahu jika aku tidak ada.
"Leny.. ini ibu Wulan bukain pintu dong, mau ngobatin Nadin nih." suara Wulan yg kudengar. Wulan itu tetanggaku yg sudah janda ditinggal mati suaminya. Putrinya masih kelas 6 SD. Pasti Wulan sudah dengar jika aku pulang kampung makanya berani datang.
"Eh mbak Wulan.. " sambutku ketika aku terpaksa bukakan pintu karena kak Leny enggan menemui.
"Tuh bener kan, kamu pulang toh Set. Tulung ini Nadin kamu pegang, perutnya kram, kakinya sakit kalau berjalan." kata Wulan sambil mendorong punggung putrinya masuk kamarku. Ah kamar biru itu cuma diganti cat saja, lokasi masih sama. Aku bingung saat melihat Nadin tertawa cekikikan melihat bagian bawah tubuhku.
"Itu burungnya dimasukin dulu apa Set" kata Wulan. Ya ampuun aku jadi malu ketika melihat aku tidak pakai celana saat keluar membukakan pintu.
Aku mendadak seperti tidak sadar malah mengocok batangku hingga tegang panjang didepan Wulan. Aku seperti kena stroom dari aura masa lalu. Aku menarik tangan Nadin yg terus tertawa ikut masuk kamar biru. Wulan membiarkan tangan putrinya meremas batangku yg makin keras erotis. Entah bagaimana aku tidak sadar ketika Wulan juga hanyut dalam suasana erotis. Aku melepas seluruh pakaianku dan membiarkan Wulan menyepong milikku. Nadin yg masih sangat kecil itu ikut memainkan biji salak milikku sambil tertawa cekikikan. Wulan yg ikut buka bukaan itu kulihat masih sangat segar tubuhnya walau sudah menjanda.
"He he he mas Seto lucu deh.. gantian dong maa.." kata Nadin yg masih asik membelai biji salakku dan sesekali ikut menyepong.
"Astagfirullah aladziim" tiba2 kak Leny muncul dari balik gurden dan istigfar. Aku langsung tersadar dan sangat malu. Wulan dan Nadin yg sudah telanjang lepas dari pelukanku sangat kaget.
"Maaf Set." kata Wulan. Aku yg tidak sadar telah terbius secara mistik, istigfar dan membaca surat Al Falaq. Berarti rumahku masih kena sumpah dari makhluk penunggu pohon yg telah ditebang ayahku. Benarkah kutukan ini masih ada?
"Ya sudah.. Nadin saya obati sekarang.." kataku sambil menutup pintu dari dalam. Nadin masih saja tertawa cekikikan ketika kupegang bagian tubuhnya yg sakit.
"He he he mas Seto lucu. Burungnya besar " kata remaja kecil itu saat kupegang perutnya, dan kuusap hingga selangkang dan pahanya yg mulus. Nadin secara misterius langsung bangkit sembuh dan memelukku. Membuka resleting celanaku dan merogoh batangku.
"Mas .. kita main lagi yuk. Nadin suka mainin burung mas boleh kan?" kata remaja cantik itu polos. Aku tak bisa menolak apa yg kurasakan saat ini. Dadaku mendadak bergetar dan ingin segera menyelesaikan hajatku meremas tubuh mungil Nadin yg sudah asik mengulum burungku yg tegang dan mengeras panjang. Aku seperti bergerak bukan atas kemauanku sendiri menekan kepala gadis kecil itu makin lekat ke perut bawahku dan membiarkan menggigit burungku dengan sangat bergairah. Akupun menikmati sensasi birahi yg kian meledak dan mendidih dalam dadaku. Tak kusangka kami telah hanyut dalam permainan setan hingga gadis itu terkapar setelah kugenjot miliknya berkali- kali. Nadine tertawa puas saat aku juga tumbang.
***
Rumahku kembali ramai dikunjungi warga dari tempat yang jauh setelah Wulan bilang kalau dukun ampuh itu sudah pulang dari rantau. Dukun yg dimaksud adalah aku. Yang datang sekarang bukan cuma Nadin dan Wulan, Saskia, Cantik, Fatin dan Lina yang baru klas 6 SD ikut2an sakit perut. Nadin yang mengajak mereka karena ingin bertemu dengan aku.
"Kalian ngapain kemari dik?kan masih sekolah?" tanyaku saat Nadin masuk kamarku.
"Nadin mau dipijit pahaku sakit kalau buat jalan. Tolong mas.." kata gadis kecil itu sambil tunjukkan pahanya yang katanya sakit. Duhh ada - ada saja aku disuruh melihat barangnya yg tembem.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUKAN BIRAHI
Teen FictionCERITA DEWASA. AWAS, ANAK UMUR DIBAWAH 20 DILARANG BACA KARENA NOVER BERKONTEN DEWASA.