BAGIAN : 9

1.6K 18 0
                                    

Ibuku dan kakakku senang ketika plakat PENGOBATAN ALTERNATIF  yg sudah kusembunyikan dibelakang rumah kembali ditegakkan di depan rumah. Berarti aku siap melayani banyak tamu yang ingin berobat ke rumah seperti dulu.

     Masabodoh aku berniat baik untuk beramal Soleh dengan kemampuan yg kumiliki. Aku sudah bekerja sama dengan para ustadz desa untuk mengusir setan yg mengganggu di sekitar rumahku. Kamar cat biru sudah kuganti jadi warna merah marun dengan lampu yang terang benderang. Tapi aku merasa nyaman jika tidak mengenakan pakaian bagian bawah. Aku tidak tahu kenapa jika ingin menyalurkan tenaga dalam untuk menyembuhkan orang  senang jika burungku bebas keluar dari sangkarnya. Seperti kedatangan Saskia dan Nadin yang masih SMP itu seperti ketagihan saja ingin kupegang dan ingin melihat burungku yang super panjang dan besar.

       "Ayoh siapa dulu yang mau diobati?" tanyaku saat kedua gadis remaja itu masuk kamar.

       "Aku dulu mas" kata Nadin yang langsung melepas celana jean dan kaos panjangnya hingga bugil ria. Senangnya Nadin melihat burungku yang tegak dan mempesona. Aku hanya mengusap bagian pahanya yang katanya sakit. Tapi Nadin senang jika aku meraba seluruh bagian tubuhnya. Dadanya yang masih rata, dan pentilnya kuusap dan kupijat hingga gadis itu tertawa cekikikan meremas burungku.

     "Diihhh mas Seto burungnya besar banget " kata gadis kecil itu sambil mengisap ujungnya. Aku diam2 juga merasa nikmat bila burungku diisep gadis itu. Sebenarnya Nadin itu tidak sakit, tapi ia sengaja datang karena ingin sekali nyepong dan kugerayangi.

     "Udah sana.. kamu gak sakit kan?" kataku sambil menyuruh gadis kecil itu keluar kamar. Tapi Nadin tetap tidak mau keluar sampai giliran Saskia buruan masuk.

      "Nadin, gantian apa?" kata Saskia yang bertubuh lebih besar. Saskia langsung melepas baju dan celdam hingga bugil.

        "Sudah, kamu terlentang  disitu. Bagian mana yang sakit?" tanyaku.

         "Selangkangku nyeri mas kalau gak mas pegang" kata Saskia. Aku jadi seperti bocah bodoh saja nurut kata mereka yang sengaja ingin mesum denganku. Nadin yang masih berdiri didalam kamar kulihat senyum2 saja. Aku diam2 juga senang mengusap selangkang dan dompet Saskia yang putih bersih itu. Aku seperti ada yang mendorong untuk masukkan jari ke dalam dompet Saskia dan memijit kacangnya hingga gadis itu mendesah.

      "Hhhhhh.. enakan mas" kata remaja kecil itu sambil menaikkan pinggulnya menahan wajahku yang nempel diantara dua pahanya yg mulus dan jenjang. Saat aku menjilati dompetnya, kurasakan milikku juga sedang disedot Saskia sambil memainkan biji salak. Huuhh.  enaknya disepong dan disedot pala burungku hingga aku merasa geli. Dalam posisi 69 aku terlentang dengan mulut diduduki pantat Nadin, Saskia malah membenarkan letak dompetnya menjepit burung gagakku.  Yaa ampuun.. aku jadi serba salah. Saskia seperti sangat menikmati bergerak naik turun diatas perutku. Sampai gadis kecil itu berkeringat sambil kedua tangannya memegang lututku.  Sebenarnya Saskia mah bukan gadis kecil, tetapi remaja yg imut dengan pinggul yg semok dan putih lembut ketika kuremas. Tempiknya yg sudah basah karena sudah letupkan semburan air santan membasahi perutku.Makin cepat ia gerakkan pinggul naik turun menjepit burung gagak ku yg mengeras dan panjang, aku makin merasa nikmat.Tubuh yg putih mulus itupun menggigil saat kurasakan ujung pusakaku berdenyut dan hangat basah oleh semburan air prawan gadis itu.

    "Hhhhh...hhhhh.." desah Saskia yang tumbang karena kehabisan tenaga yg diforsir. Gadis itu tumbang karena menikmati orgasme berulang kali. Sedang burungku seperti paku bumi yang tidak pernah loyo. Nadin mengambil alih posisi Saskia yang sudah tumbang.

     Aku mendadak menggigil panas ketika terdengar suara adzan ashar. Astagfirullah aladziim. Aku langsung bangun dan mengenakan baju serta sarung sambil menyuruh kedua bocah itu keluar kamar.

     "Udah sana pulang!" kataku dengan penuh penyesalan. Aku jadi tidak mengerti kenapa tiba2 aku tersadar dan bersumpah untuk tidak melakukan ritual bejat itu. Sementara aku keluar mengambil air wudhu, kudengar teriakan kak Lena memanggilku.

      "Seto.. ada yang cari kamu nih.. Bu RW "

***
      Bu RW sebenarnya masih muda, baru 23 tahun setelah nikah dengan seorang perwira kaya Agus Sutopo.  Aku sudah berpakaian rapi dengan sarung dan baju Koko panjang serta kopyah.

     " Assalamualaikum dik Seto, bolehkan kalau saya ingin berobat dan sunatkan ponakan yg masih SMP klas 8 si Tati dan Yety." kata Bu RW sambil menuntun dua orang gadis remaja yg masih berseragam biru putih.

     "Walaikum salam wa rahmatullahi wa barakah tu Bu RW, saya inshaallah siap melaksanakan amanah dari Bu RW, tapi mohon satu persatu masuk ke dalam kamar ya Bu" kataku ramah .

     Lalu Bu RW yg lebih dulu masuk ke dalam kamar dan aku mengonci pintu dari dalam. Seperti biasa ritual itu harus dilakukan dengan tanpa media apapun yg menempel di tubuh pasien atau Bu RW harus buka baju hingga bugil.  Bu RW seperti sudah kena Strom dari dalam kamar yg penuh aura magis, tersenyum senang melihat aku yg menyingkap sarung hingga terlihat betapa besar dan panjang milikku menggelantung. Pasti Bu RW menikmati atau membayangkan apa yg akan ia rasakan bila ritual berjalan. Aku hanya memijat paha putih mulus wanita muda itu sambil menyuruh Bu RW memegangi milikku yang memanjang keras diatas perutnya.

     "Ibu genggam saja ya.. milikku, "kataku sambil membiarkan tongkat ajaib dalam remasan tangan Bu RW yg seperti menikmati dengan gemas.

     Berawal dengan memijit betis wanita cantik yg baru berusia 23 th itu aku olesi minyak wangi nyong2 dan kubacakan mantra. Betis yg sangat mulus dan empuk itu kuurut hingga keatas dua pahanya, tempiknya yg munjung dengan tumbuh rumput lebat kian menggairahkan. Aku pijat klitornya hingga wanita muda itu menggeliat geli atau nikmat sambil kubiarkan milikku diremas dan disepong hingga basah.

      "Hhhhhh... hhhhh" desah Bu RW saat klitornya kudesak dengan ujung tongkat yg mengeras dan penuh pesona. Tubuh Bu RW benar2 sangat sensual saat aku biarkan milikku digesek gesek ke klitornya hingga dengan mudah menyelip di celah antara bibir tempiknya yg basah. Aku merangkak diatas perutnya yg bersih itu sambil mengisap pentil dadanya dan menggenjot goa Garba sensual itu Beratus kali sampai tubuh Bu RW menggelepar lemas karena berkali- kali orgasme.

      "Bangunlah Bu, ritual sudah usai." bisikku ke telinga wanita muda itu. Seketika Bu RW bangun  dengan kondisi segar bugar dan bergairah.

      "Oh ya," kata Bu RW yg seketika membuka mata serta bangkit mengenakan kembali pakaiannya.

       "Bagaimana Bu? Apakah ibu masih merasakan sakit?" tanyaku. Ah aku jadi malu ketika melihat mata Bu RW sangat terpesona dengan milikku yg masih menggantung karena belum tertutup sarung.

      "Besok saya boleh kemari lagi kan dik Seto?" tanya Bu RW dengan senyum manisnya.

****
    

KUTUKAN BIRAHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang