YOU

2K 256 6
                                    

AsanMedical, Seoul.

Seorang wanita berparas cantik yang berprofesi sebagai salah satu dokter bedah di rumah sakit itu terlihat baru saja keluar dari rumah sakit tersebut.

Dia berjalan sambil membawa jas putih dokternya di sebelah lengan tangannya, rambutnya yang panjang yang berwarna coklat, di biarkan terurai.

"Jennie-yaa." Langkah kakinya berhenti kala seorang pria baru saja memanggilnya dan dia segera menoleh, bibirnya tersenyum melihat pria itu sudah menungguny di depan mobil dengan kedua tangan yang berada di dalam sakunya, kedua kaki Jennie hendak melangkah menghampirinya, namun suara deringan ponsel miliknya yang tengah berada dalam genggaman tangannya itu membuatnya melihat siapa yang menghubunginya.

"Wait, oppa." Gumamnya memberitahu pada pria yang sudah menunggunya sebelum akhirnya dia menjawab teleponnya.

"Yeobseyo?"

"Hon, aku di depan rumah sakit, ingin mengantarmu pulang."

"Aaa, mianhae. Aku masih memiliki banyak pekerjaan, kita bisa bertemu besok lagi."

"Tetapi, ini sudah waktunya untuk kau pulang."

"Hmm, aku tahu, tetapi seniorku memberiku sedikit pekerjaan lagi, jadi aku harus lembur."

Seseorang yang baru saja berbicara dengan dokter wanita itu menghelakkan napasnya, dia tersenyum getir menatap Jennie yang hanya berjarak 5 meter tersebut dari pandangannya. "Aku mengatakan sudah berada di depan rumah sakit, tidakkah kau penasaran dimana keberadaanku?"

Jennie segera mengedarkan pandangannya, kedua matanya berhenti ke arah seseorang yang masih terhubung dengan panggilan dari balik telepon itu, Jennie membuang pandangannya ke sembarang arah sebelum akhirnya dia mematikan teleponnya, dia berjalan menuju seseorang itu.

"Kenapa menjemputku?"

"Karena aku masih kekasihmu."

Flashback on

"Bisakah kita bicara, babe?"

"Jika hanya ingin menyuruhku berhenti menulis, lebih baik, jangan kita lakukan, aku malas untuk bertengkar." Jawab kekasih Jennie dengan suara yang dingin, serta raut wajahnya masih saja terfokus dengan layar komputer yang berada di hadapannya, Jennie mendengus sebal, dia memalingkan wajahnya untuk smeentara waktu dan setelah itu dia membungkukan tubuhnya lalu menekan tombol power pada CPU kekasihnya yang membuat komputer itu berhasil mati dan kekasihnya mengerang sangat keras.

"What the f....," dia menghentikan umpatannya, lalu menghelakan napasnya dan mengaturnya sejenak. "What are you doing, Jennie? Aku belum menyimpan tulisanku!" Lanjutnya dengan suara yang cukup tinggi dan mengusap wajahnya beberapa kali dengan kasar, sementara Jennie hanya memberikan tatapan tidak pedulinya.

"Sudah ku bilang bahwa kita perlu bicara, Lalisa!"

Iya, kekasih dari dokter yang bernama Kim Jennie Ruby Jane itu adalah Lalisa Manoban, seseorang yang hanya sibuk mengejar mimpinya menjadi seorang penulis novel terkenal.

Lalisa mendengus, dia berdiri dari kursinya. "Arrasseo, apa yang ingin kau bicarakan, huh?"

"Aku ingin kau berhenti menulis mulai sekarang-"

"Hahaha! Stop it, okay? Kau sudah beribu-ribu kali bicara seperti ini, tetapi sudah ku bilang, aku tidak akan melakukannya, Jennie. Ini cita-citaku, aku tidak akan berhenti, aku yakin sebentar lagi akan ada perusahaan penerbit lalu menjadikan tulisanku sebagai novelnya dan-"

"Cukup, Lalisa." Keduanya saling memotong.

"Kau yang cukup, Jennie." Balas Lalisa kesal dengan kedua rahang yang mengatup keras.

JENLISA, ONE SHOT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang