Namanya Lalisa Manoban, dia adalah wanita yang berasal dari Thailand.
Sekarang, usianya telah menginjak duapuluh lima tahun, tetapi sayangnya dia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun akibat sesuatu penyakit langka yang ia terima saat usianya masih menginjak tujuh belas tahun.
Tepatnya, saat itu dia berdoa di hari ulang tahunnya agar bisa hidup menjadi orang lain, karena menurutnya, hidupnya sangat menyeramkan tanpa kedua orang tua di sisinya, dia hidup sebatang kara dari usianya menginjak sepuluh tahun, dimana saat itu kedua orang tuanya mengalami kecelakaan tunggal saat menuju ke rumah neneknya untuk pergi berlibur dan hanya Lalisalah yang selamat dalam kecelakaan tersebut, sejak kejadian itu, Lalisa tinggal bersama neneknya sampai usianya menginjak tujuh belas tahun, tetapi tidak lama kemudian neneknya pun meninggal dunia yang membuat Lalisa benar-benar merasa hancur, dia tidak memiliki siapapun, diapun berdoa pada Tuhan di hari ulang tahunnya.
"Ya Tuhan, biarkan aku hidup menjadi orang lain, aku sangat bosan dan lelah dengan takdirku, semoga setelah ini, aku bangun di tempat yang aku inginkan, keluarga lengkap dan kaya raya." Kira-kira seperti itulah doa yang dia gumamkan di hari ulang tahunnya.
Ternyata, Tuhan mendengarnya setelah pagi tiba, namun ntah, itu hal baik atau buruk untuk dirinya, karena semenjak hari itu, dia tidak memiliki jati diri yang pasti.
Seperti sekarang ini..
"Huh.. kenapa aku harus terbangun dengan fisik tua seperti ini? Ini hanya membuatku lelah untuk mengerjakan pekerjaanku." Lalisa merancau sendiri di depan cermin, jika sebelumnya dia adalah wanita yang sangat cantik dan sempurna, namun, tidak semenjak usianya tujuh belas tahun itu, dia selalu terbangun dengan fisik yang berbeda, bahkan seperti pagi ini, dia bangun menjadi seorang kakek tua dengan rambut putih dan perut buncit yang dia milikki. "Sial, bahkan perut ini buncit sekali untuk orang tua seusianya, haish." Lanjutnya mengeluh kesal.
Diapun bersiap untuk melakukan pekerjaannya, dia memiliki usaha sendiri, yaitu sebagai seorang pelukis, meski usahanya tidak besar, biasanya hanya perusahaan-perusahaan yang membeli lukisannya atau perorangan, namun dia masih tetap bersyukur karena itu bisa menambah penghasilannya.
Iya, mau tidak mau dia harus membuka usaha sendiri karena tidak mungkin perusahaan ada yang mau menerimanya dengan fisik yang selalu berubah-ubah di setiap harinya, bahkan bukan hanya fisik yang berubah, tapi juga kelaminnya.
Dan sejak kejadian itu juga, dia harus meninggalkan negara kelahirannya karena dia merasa malu pada dirinya yang menurutnya Tuhan telah memberi penyakit seperti kutukan tersebut.
***
Day 1, Art Lalisa Manoban, Seoul.
Kreek
Suara pintu terbuka baru saja terdengar, membuat seorang kakek tua yang di dalam dirinya itu sebenarnya adalah wanita muda bernama Lalisa Manoban menoleh ke arahnya. "Nuguseyo?" Tanyanya dengan suara puraunya dan seseorang itu menghampirinya dengan sopan.
"Annyeonghaseo, ahjussi.. saya Kim Jennie yang bekerja sebagai sekertaris di perusahaan Park Industry yang akan mengambil lukisan yang telah di pesan oleh CEO kami, jadi.. apakah saya sudah bisa mengambilnya sekarang?" Tanyanya dengan sopan.
Sementara sang kakek alias Lalisa itu terdiam, dia tidak bergeming, bahkan kedua matanya tidak berkedip dan mulutnya menganga melihat sosok wanita cantik yang berdiri di depannya.
"Jeogiyo, ahjussi?" Panggil Jennie lagi yang membuat Lalisa mengerjap, lebih tepatnya kakek tua itu mengerjap.
"N-ne, ada yang bisa saya bantu?" Ucap Lalisa yang membuat Jennie terkekeh menunjukan gummy smile nya yang sangat menarik dan cantik, membuat Lalisa semakin tercengang, jika di lihat-lihat, dia seperti kakek tua yang genit, karena tidak ada yang menyangka jika di dalam dirinya ada sosok wanita cantik dan tampan secara bersamaan.