"Mworago?! Kenapa harus dia, appa?" Kim Jisoo memekik kaget kala mendengar keputusan dari ayahnya.
Hari ini seharusnya adalah hari pernikahan Jisoo dengan seorang gadis yang sudah menjadi pilihan orang tuanya, gadis itu adalah Park Chaeyoung yang tak lain ia adalah putri dari pemegang saham di perusahaan ayah Jisoo, kedua orang tua itu telah memutuskan untuk menikahkan putri mereka, tentu saja alasannya agar mempererat hubungan antara perusahaan mereka yang sedang bekerjasama.
Tetapi sayangnya, Park Chaeyoung melarikan diri di hari pernikahan yang membuat kedua orang tuanya mencari jalan keluar yang lain.
Mereka akan menikahkan Jisoo dengan Lalisa Manoban, namun.. Lalisa bukanlah anak kandung dari Mrs. Park, melainkan.. dia adalah putri hasil dari hubungan perselingkuhan ayah dan ibunya yang berkewarganegaraan Thailand yang membuat marga Lalisa tetap mengikuti sang ibu.
Namun, meski seperti itu, Mr. Park sudah menikahi secara resmi ibu Lalisa dan membiayai hidup Lalisa hingga sebesar sekarang.
"Jisoo-yaa, hanya ini pilihannya, para wartawan sudah pada berdatangan untuk pernikahan ini, pengusaha lainnya juga sudah datang, jika pernikahan gagal berlangsung, kau tahu akibatnya." Ucap ayahnya mencoba membujuk putri pertamanya itu.
"Sahammu akan anjlok kan, appa?" Celetuk Jennie putri keduanya, dia sedang melakukan nail art agar kuku jari tangannya terlihat cantik di pernikahan sang kakak tercinta.
Ibu dan ayahnya mengangguk mendengar ucapan dari Jennie. "Bantulah, appa mu, Jisoo-ya." Gumam ibunya dengan suara lembutnya.
Jisoo menarik napasnya, dia menatap ke arah luar jendela dan melihat sosok Lalisa yang sedang memainkan ponselnya. "Appa, aku menerima pernikahanku dengan Park Chaeyoung karena dia cantik dan juga glamour, tetapi wanita itu? Coba kalian lihat, dia terlalu membosankan dan sederhana untukku, lagipula.. bukankah dia anak dari istri kedua Mr. Park? Apa kata orang jika aku menikah dengannya, appa, eomma?"
Ayahnya menarik napasnya dalam-dalam. "Justru, aku dan keluarganya sudah membicarakan hal ini dan mereka sangat setuju karena kita tidak ada pilihan lain, Jisoo-yaa."
Jennie tertawa sarkas. "Terima saja, eonnie. Ini sudah takdirmu memiliki istri yang kuno, Hahaha." Ledeknya.
Jisoo memicingkan satu matanya melihat ke arah Jennie. "Appa, bagaimana jika pernikahan ini di ganti menjadi pernikahan Jennie dan wanita itu?"
Jennie terbatuk-batuk mendengar ucapan sang kakak. "Eonnie!" Protesnya kesal.
Kedua mata orang tuanya beralih menatap Jennie.
"Seperti yang Jennie katakan, jika pernikahan ini tidak berlangsung, maka.. sahammu akan merosot, jadi lebih baik, kita langsungkan pernikahan ini, namun.. Jennielah yang melakukannya." Lanjut Jisoo berusaha mengalihkan pemikiran kedua orang tuanya.
"A-andwae, eonnie. Apa kau gila? Ini pernikahanmu, kenapa jadi aku yang harus melakukannya?" Jennie menatap sebal ke arah Jisoo, dia beranjak dari kursinya. "Aku tidak akan melakukan pernikahan kepada siapapun."
"Dan.. lebih masuk akal jika Jennie yang melakukan pernikahan ini di banding aku, karena mereka semua sudah tahu bahwa aku akan menikah dengan Park Chaeyoung, bukan Lalisa."
"Lagipula, bukankah sudah saatnya Jennie menikah lagi? Karena ia pasti membutuhkan pasangan hidup untuk menemani putranya." Sambung Jisoo dan Jennie bersecak sebal.
"Eonn-"
"Ne, benar kata eonnie mu, Jennie. Kalau begitu, kau saja yang akan menikah dengannya."