Ceklek.
Kim Jennie mengatur napasnya yang masih terengah-engah, dia baru saja membuka pintu kamar sahabatnya itu yang bernama Roséanne Park Chaeyoung.
"Rosie, kata eomma mu, kamu akan pergi ke new zealand untuk operasi jantung?" Gumam Jennie yang sudah berhasil mengatur napasnya.
Sementara Rosé yang tengah berbaring di atas lantai kamarnya itu terlihat senyum-senyum. "Eonnie, aku sepertinya tidak akan pergi kesana."
"M-mwo? Wae?" Tanya Jennie yang terheran.
Rosé merubah posisinya menjadi duduk, dia masih menunjukkan gigi putihnya, wajahnya terlihat sangat cerah. "Eonnie, apakah kamu pernah merasakan jantungmu berdebar sangat cepat?"
Jennie menyeringit mendapat pertanyaan dari sahabatnya itu yang sudah dari kecil. "H-huh? Tentu saja tidak, aku tidak memilikki penyakit jantung sepertimu."
Rosé memutar kedua matanya dan merubah wajahnya menjadi datar. "Ini beda, eonnie.. maksudku, jantungku sangat berdebar karena aku baru saja bertemu dengan seseorang."
"Nugu?" Tanya Jennie.
Rosé menggigit bibir bawahnya, mengingat tentang suatu kejadian yang baru saja dia alami sebelumnya, pipinya bersemu merah merona, dia mengingat bahwa gadis cantik menyentuh pergelangan tangannya saat ia tak sengaja terluka, dan Rosé mengetahui namanya dari nametag yang terpasang di seragam sekolahnya. "Nghh, Kim Jisoo, itulah namanya." Katanya dengan malu-malu.
Jennie berdecih. "Jadi, karena itu kamu tidak akan melakukan operasi jantung?"
Rosé mengangguk. "Enam belas tahun aku hidup dan ini pertama kalinya aku merasakan ini pada seseorang, jadi.. aku tidak akan pergi meninggalkannya, aku ingin berkenalan lebih dekat karena kami belum sempat bicara."
"Ck, pertama kali katamu? Bagaimana dengan Bae Suzy, Kim Go Eun...,"
"Okay okay, cukup.. semuanya hanya masalalu, ini benar-benar berbeda eonnie, jantungku tidak pernah seperti ini sebelumnya." Sambar Rosé.
"Kau yakin bukan karena penyakitmu?" Tanya Jennie dengan raut wajah yang serius.
"Aigoo, eonnie... ini berbeda, tidak ada sangkut pautnya dengan penyakitku." Jawab Rosé dengan jengah.
Jenniepun menghampirinya, dia duduk di sebelah Rosé. "But, kau harus tetap melakukan operasi, eomma mu sangat berharap banyak agar kau cepat sembuh, Rosie."
Rosé memilikki penyakit jantung yang cukup parah, bahkan berkali-kali dia selalu pingsan bila dia kelelahan, dan Jennie selalu berusaha menggendongnya bila hal itu terjadi, Jennie sangat menjaganya di sekolah. Mereka memiliki jarak usia satu tahun tetapi, memiliki kelas yang sama karena Rosé terlalu cepat masuk sekolah dasar pada saat itu. "Tetapi, aku harus mengenalnya, eonnie. Aku sangat ingin mengenalnya, bahkan kami belum sempat bicara dan berkenalan secara resmi."
"Dan kau tahu? Dia adalah salah satu siswi di kelas kita karena seragamnya terlihat sama! Jadi.. aku tidak ingin pergi." Sambungnya menolak dan Jennie menarik napasnya, dia menggaruk pelipisnya, untuk beberapa menit lamanya Jennie terdiam berpikir.
"Ah! Aku tahu, aku akan mengirimmu email di setiap hari tentang dirinya, aku akan mencaritahu lebih tentang dirinya, bagaimana?"
"Jadi.. kau tetap akan mendapat kabar tentangnya selama kau berada di new zealand." Sambung Jennie membujuk.
Rosé berpikir sejenak. "Tetapi, pengobatanku akan memakan waktu satu tahun dan itu akan lama, eonnie.. bagaimana jika dia ternyata jatuh cinta dengan yang lain?"