Palangkaraya, sebuah kota indah yang terletak dipinggiran sungai besar. Banyak kisah dan kenangan yang berlalu disana, terutama tentang para remaja yang tengah bersiap-siap menginjakkan kakinya menuju jenjang kedewasaan, sembari mencari jati dirinya masing-masing. Ada seseorang yang pernah berkata, bahwa: "Jangan buru-buru dewasa, cicipi semua proses yang ada dimasa remajamu, dari segi manapun itu. Supaya nanti jika kau terjatuh diwaktu sudah dewasa, maka kau akan siap bagaimana caranya berdiri kembali".
SMA 1, merupakan tempat favorit dan menjadi unggulan dikota itu. Banyak siswa yang ingin melanjutkan jenjang pendidikannya disana. Tak hanya itu, siswa berprestasi kebanyakan dicetak ditempat itu. Namun berbeda halnya dengan Fero, seorang murid senior kelas 3 yang jauh dari kata populer lantaran ia sangat pendiam, dan culun. Dalam hati kecilnya, ia ingin berubah menjadi remaja seperti yang lainnya, yang ingin diakui sebagai siswa yang nakal, dan playboy. Namun naas, harapannya pun pupus lantaran ia kerap kali menerima ejekan dari semua siswa disana karena tampangnya yang culun. Bahkan selama ia bersekolah disana, tak ada satu orang pun yang mau mendekat untuk menjadi temannya. Disamping itu, ia juga kerap kali mencoba menembak siswi perempuan, dengan tujuan untuk menjadi pacarnya. Namun, jawaban yang sama selalu masuk ditelinganya.
(Sepulang sekolah di depan kelas, dengan suara seseorang yang terbata-bata).
"Anu... Gr...Grace..."
"Hah? Mau ngomong apaan dah, lu?"
"Lu... lu mau ngga, jadi ppp... pacar gue?" Terang Fero yang sukses menyelesaikan kata-katanya meskipun dengan terbata-bata.
"(Melongo) Hah?! Ga salah denger, gue?"
"Elu nembak, gue?!" Imbuh Grace dengan raut muka kebingungan.
"(Menunduk) Iya Grace, lu mau ngga, jadi pacar gue?"
"(Menepuk kening) Astaga... buang-buang lu buat gue buang-buang waktu aja deh."
"Sorry kalo itu..." Ucap Fero lirih dengan tertunduk malu.
"Di hp lu, ada kamera depan ngga?"
"Ada, mau ngajak selfie?" Timpal Fero kegirangan.
"Coba buka."
"(Mengeluarkan hp dari kantong saku, lalu membuka kamera depan) Nih, udah."
"Kalo udah, sono lu puas-puasin ngaca!"
"Bisa-bisanya cowok culun kayak lu nembak gue, dipikir gue bego kali ya bisa nerima lu." Terang Grace dengan ketus, sembari berjalan pergi meninggalkan Fero yang terdiam didepan kelas sendirian.
Entah sudah berapa kali, Fero melakukan hal semacam itu hanya karena ingin diakui sebagai layaknya seorang remaja pria seperti yang lainnya. Namun diantara cewek yang ia tembak, hanya jawaban dari Grace yang menurutnya menyakitkan. Ia pun terdiam untuk sesaat, sebelum mengambil langkah untuk pulang kerumah.
***
(Selama dalam perjalanan, Fero terus memikirkan tentang perkataan Grace yang baru saja dia dengar beberapa puluh menit yang lalu. Hal itupun terus berputar didalam fikirannya, bahkan sampai didepan komplek perumahannya. Namun lamunan itupun harus ia jeda, lantaran seseorang tengah mencoba memaksanya berhenti sejenak).
"Yo, bro! Stop stop stop!" Teriak seseorang yang mencoba memaksa Fero menghentikan laju motornya, dengan melambaikan tangan.
"(Menghentikan sepeda motor) Siapa lu?"
"Ah, bukan siapa-siapa sih. Gue cuma mau nanya, rumahnya Tika dimana ya? Katanya sih, disini tempatnya."
"Oh Tika? Lu tinggal lurus aja dikit, ntar ada pertigaan tinggal belok kanan aja. Rumahnya warna biru." Terang Fero.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZ4 Girls: Lover Never Over!
Teen FictionSebuah series lanjutan dari EZ4 Girl's : The Bulletproof Heart ***************************************************** Seseorang pernah berkata, bahwa: "Jangan buru-buru ingin menjadi dewasa, cicipi semua proses yang ada dimasa remajamu. Dari segi man...