Jam menunjukkan tepat pukul 8 malam, dengan style fashion ala-ala streetpunk yang barusan dicontek lewat internet kemarin, Fero baru saja memarkirkan sepeda motornya tepat didepan King's Café. Ia kali ini merasa mulai percaya diri dengan penampilan barunya, namun disisi lain ia juga sangat menyayangkan kenapa baru sekarang ia berpenampilan stylish seperti ini, kenapa tidak dari sedari lama. Karena didalam hatinya, jika ia berpenampilan seperti itu sedari lama, mungkin ia sudah memiliki pacar sejak dulu.
(Tanpa berlama-lama lagi memikirkan tentang stylenya hari ini, Fero pun berjalan memasuki café itu. Dengan penuh rasa percaya diri, ia pun menghampiri kasir dan memesan secangkir cappuccino panas, dan menghampiri kearah meja dimana teman-temannya sudah menunggunya).
"Widih, keren banget lu hari ini? Ini beneran lu, kan?" Sapa Rey yang melongo melihat penampilan Fero.
"Lah iya ini gue, lu pikir siapa lagi?"
"Wah bro, serius hari ini lu keren banget! Ya kan, Nic?" Celetuk Steve yang ikut memuji.
"Kalo missal ada Yui disini, gue jamin dia pasti udah klepek-klepek liat penampilan lu. Atau ngga, malah dia yang nembak lu, bukan lu yang nembak dia." Imbuh Rey melebih-lebihkan pujiannya, dengan diiringi mengejek secara halus.
"Bangsat lu Rey..."
"Lagian gue gini juga berkat motivasi dari Nic."
"Hah?! Emang lu bilang apaan Nic? Motivator lu?"
"Lah? Gue aja ga bilang apa-apa ke dia, cuma cerita sedikit aja tentang perjuangan gue buat dapetin pacar gue. Eh dia malah ke motivasi, yaudah deh bagus." Terang Nicholas sembari menghembuskan asap rokoknya.
"Oh gitu? Emang gimana cerita perjuangan lu?"
"Rahasia, salah sendiri lu ga dateng tadi siang."
"Lah Nic, gue tadi siang tuh nemenin cewek inceran gue ke mall." Sahut Steve polos.
"Woohh... lu punya inceran juga Steve? Keren lu, siapa emang orangnya?"
"Anak siswi SMA Paramitha sih."
"(Menyangga dagu) Paramitha ya? Bukannya itu sekolah khusus cewek ya? Ya wajar aja sih."
"Gaya banget lu, udah tau siswi disana gaya hidupnya hedon semua." Ejek Nicholas dengan nada ketus.
"Tunggu dulu bentar, lu masih masa pdkt kan? Menurut gue itu kayaknya bakal sia-sia deh, karena feeling gue, lu bakal ditolak waktu lu nembak dia." Sahut Rey polos dengan mengejek.
"Plaaakkk...!!!" Steve yang kesal dengan perkataan Rey, langsung memukul kepala Rey dengan entengnya, sembari melempar raut muka yang datar.
"Aduuhh... sakit bego!!" Bentak Rey kesal dengan memegangi kepalanya akibat terkena pukulan dari Steve.
"Gatau tadi tangan gue reflek aja denger omongan kayak gitu, kebiasaan soalnya."
"Tciiihh...."
"Dih... gajelas lu berdua."***************************
(Sementara itu di Majinara disebuah taman dekat flyover, terlihat seseorang sedang merenung dengan kesendiriannya. Banyak fikiran yang ingin ia ungkapkan sebenarnya, tapi ia bingung harus lari kemana. Sepanjang waktu ia selalu duduk disana menikmati kesepiannya sejak ditinggal sahabat dekatnya mendekam dibalik jeruji besi, akibat dituduh melakukan tindakan percobaan pembunuhan oleh seseorang tak suka kepadanya. Dan sekarang yang menemaninya hanyalah sebungkus rokok favoritnya, dan sebotol air mineral).
"(Mengangkat dagu) Insanity..."
"Membebaskan Erlangga ya? Dasar orang kaya, bercandanya kelewat tolol." Imbuhnya dengan tertawa ringan dikesunyian malam.
"Brruumm... brruumm... brruumm..." Terdengar dari jarak yang agak jauh seseorang tengah memberhentikan laju motornya.
"Yo orang bego! Orang bego, ngapain ada disini?" Sapa orang itu yang masih duduk diatas motornya dengan nada mengejek.
"Bastian..."
"(Menoleh kebelakang) Kenapa lu keluar kendang? Kurang kerjaan banget lu, sampe harus nyamperin gue segala."
"Ya gitu deh, gue cuma mau nyari leader gue yang akhir-akhir ini sering pergi keluyuran."
"Orang modelan gitu lu suruh mimpin, ROAR?! Bener-bener bercanda deh lu, kenapa ga lu kick aja orang yang ga berkompeten kayak dia terus lu ambil alih aja itu kursi? Kayaknya lu lebih cocok duduk disana." Celoteh Revan membalas mengejek.
"(Membakar rokok) Mungkin kayaknya itu ide yang menarik bagi lu, cuman bagi gue ide lu itu buruk banget. Jadi leader itu ngrepotin, sama kayak yang lu rasain sekarang kan?"
"Brengsek lu..."
"Hmm..." Sahut Bastian dengan melempar senyum ringan.
"(Menghela nafas) Udah ya? Kehadiran lu ngancurin vibes ketenangan gue sekarang." Pungkas Revan yang beranjak dari tempat duduknya sembari membuang sebatang rokok yang sudah habis ia hisap.
"Mau kemana lu emangnya?"
"Ke Palangka Raya."
"Mau ngapain lu ke kota itu?"
"(Menaiki motor) Ada urusan kecil yang mau gue selesaiin." Timpal Revan dingin.
"Heh loser!" Panggil Bastian membentak yang membuat Revan mematung, ketika ia hendak memakai helm.
"Apaan?"
"Kalo lu sama FAITH perlu bantuan, jangan sungkan hubungin gue. Gue sama ROAR siap turun tangan, bila dibutuhin."
"Hmm... cerewet!" Jawab Revan singkat dengan senyum kecil menghiasi wajahnya, dan ditutup dengan ia mengenakan helm.
"Take care." Dan tanpa jawaban, Revan langsung menarik gas motornya dan pergi meninggalkan Bastian yang masih duduk dengan tenang diatas motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZ4 Girls: Lover Never Over!
Teen FictionSebuah series lanjutan dari EZ4 Girl's : The Bulletproof Heart ***************************************************** Seseorang pernah berkata, bahwa: "Jangan buru-buru ingin menjadi dewasa, cicipi semua proses yang ada dimasa remajamu. Dari segi man...