Perkembangan Fero untuk menjadikan Yui sebagai pacarnya pun semakin hari semakin meningkat progressnya, lantaran penghalang bagi keduanya pun tidak ada sama sekali. Terkadang sepulang sekolah mereka saling mengadakan janji untuk berjalan-jalan sebentar, meskipun itu cuma nongkrong atau pergi ke mall paling tidak mereka mengagendakan hal itu minimal satu minggu sekali. Bahkan jika keduanya sibuk atau tidak punya waktu untuk bertemu, Fero selalu menyiapkan caranya sendiri untuk membuat Yui tersenyum meskipun ia sedang tak berada disisinya, seperti contoh mengutip kata-kata gombalan remaja yang ia temukan di internet untuk dikirimkan ke Yui lewat messenger onlinenya, atau tidak jika rasa ingin melihat wajah Yui, tanpa ragu Fero langsung menelfonnya via Video call.
(Dengan raut wajah bahagia didepan segelas orange squash, Fero terus memandangi wajah cantik Yui yang barusaja ia kalahkan di gamezone. Karena sekarang dirinya tengah bersantai di café yang terletak di teras mall bersama Yui. Namun suara dering dari telfonnya, berusaha mengacaukan suasana).
“Hallo! Lu dimana sih? Ini 2 bajingan udah nungguin lu, nih!” Sapa Nicholas dari telfon.
“Sabar lah Nic, lagian bisa diganti aja ga sih acara nongkrongnya? Kayaknya kalo sekarang gue gabisa ini.”
“Hah brengsek, lu gabisa sekarang?! Woy Fer! Asal lu tau aja ya, gue sedang gabawa uang ini. Gimana caranya gue bayar pesenan gue, ya tuhaaaan…..”
“iya bener apa yang dibilang Rey, gue juga gabawa duit nih. Buruan kek lu dateng sekarang, emangnya lu mau, gue sama Rey nyuci piring gara-gara gabisa bayar?!” Potong Rey dan dilanjut Steve yang menyerobot menjawab telfon itu secara bergantian.
“Lu denger sendiri kan?! Gimana pusingnya gue ngajak para orang-orang brengsek ini buat nongkrong?”
“Whahahahaha… ya gimana ya cuy, gue sekarang lagi jalan sama Yui nih sekarang.”
“Eits… gini aja deh, gue ganti nanti malem aja nongkrongnya? Sekalian bayar itu bayar lu berdua punya pesenan. Cuma ya… pinter-pinteran lu negosiasi aja sama kasirnya.” Terang Fero memberi solusi.
“Serius ga nih, nanti malem lu bayar?”
“Iya elaah…. Gue bayar ntar, kayak ga kenal gue aja lu.” Pungkas Fero.
“Yaudah oke, nanti malem ye gue tunggu lu.”
“Iyaa… yaudah gih sono, ganggu gue aja lu.” Dan telfon pun ditutup.
“Dari siapa Fer? Temenmu ya? Asik banget kayaknya.” Tanya Yui santai sembari mengunyah kentang goreng.
“Iya nih, dari temen-temen tadi. Lah masa mereka nongkrong pada gabawa duit semua, kan bego yak?”
“Lah kok aneh gitu temenmu?”
“(Menepuk jidat) Akupun sendiri juga heran, kenapa bisa mereka kayak gitu.”
“Terus yang bayar mereka nanti siapa dong?” Tanya Yui dengan polos.
“Ya siapa lagi…” Timpal Fero santai sembari menghela nafas.
“Kamu?” Tukas Yui, dan Fero mengiyakannya dengan mengangguk.
“Kok kamu sih?”
“Ya gapapa, mereka biasa bantu aku juga kalo lagi susah. Jadi kayaknya wajar aja aku bantu balik mereka.”
“Oh gitu ya? Masuk akal juga sih.”
(Dan tanpa diduga ditengah obrolan mereka kembali terjadi dikacaukan, namun kali ini bukan tentang telfon. Melainkan seseorang yang tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua seraya menyapa heran, dan orang itu adalah…) .
“Yui…”
“(Mendengar suara yang tidak asing ditelinganya, Yui langsung memutar kepalanya menghadap orang yang sedang menyapanya itu) Kamu?”
“(Tak hanya Yui, bahkan Fero pun sampai tersedak lantaran mendengar suara sapaan itu. dengan sekejap tubuhnya pun merinding, dan mulutnya tiba-tiba sulit untuk berkata-kata) Ro-ro… ger…?!”
“Ngapain kamu kesini?!” Tukas Yui yang tersulut emosi akibat melihat Roger.
“Ngapain? Ya seperti biasalah, aku kan selalu jalan-jalan sendirian. Dan kebetulan aja pengen nongkrong disini, boleh aku gabung?” Timpal Roger santai.
“Gabung?! Gausah bercanda deh, meja ini khusus buar 2 kursi. Dan sekarang udah pas, lagian kayaknya temenku ngga ngizinin kalo kamu gabung disini.”
“Oiya? Coba aku ulangi lagi perkataanku. Boleh ngga Fer, gue gabung disini?” Roger sekali lagi mengulangi perkataanya yang membuat Fero semakin merinding dan canggung seketika.
“I… ii… ya, i-ya boleh kok Ger.” Timpal Fero terbata-bata.
“(Mendengar jawaban Fero, tanpa menunggu waktu lama Roger langsung mengambil kursi dan duduk satu meja dengan mereka).”
“Tunggu… tunggu dulu, kalian berdua udah saling kenal?” Potong Yui heran.
“Ya bisa dibilang temen deket.” Kembali dengan nada santainya Roger menjawab setiap lemparan pertanyaan yang diberikan oleh Yui.
“Oh gitu? Oke, mending aku pulang aja!” Pungkas Yui yang lebih memilih pulang daripada duduk satu meja dengan mantannya itu, dan setelah ia mengatakan hal itu Yui pun langsung mengambil langkah seribu meninggalkan tempat itu.
“(Melihat respon yang diberikan Yui, Fero pun sontak kaget berteriak memanggil Yui, dan disusul berlari mengejar) Yui?! Yui… Yui…!!!” Panggil Fero menyusul Yui.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZ4 Girls: Lover Never Over!
Fiksi RemajaSebuah series lanjutan dari EZ4 Girl's : The Bulletproof Heart ***************************************************** Seseorang pernah berkata, bahwa: "Jangan buru-buru ingin menjadi dewasa, cicipi semua proses yang ada dimasa remajamu. Dari segi man...