Mulai Reda

37 1 0
                                    

Hujan masih membasahi sekolahan. suasana yang dingin menusuk kulit semua orang saat suasana hujan seperti ini. Tapi, dua insan yang sedang bertatapan, Varsha dan Biru merasakan hangat didalam dada mereka. Perasaan apa itu sebenarnya. "Sha, kamu sedang apa disini?" Seseorang menepuk pundak, dia adalah Yara, membuat dia tersentak kaget.

"Oh, aku baru saja dari kamar mandi." Jawab Varsha, matanya masih sesekali melirik Biru yang masih berdiri diseberang sana, dia masih penasaran dengan laki-laki itu padahal Varsha adalah seorang gadis yang tidak terlalu perduli dengan laki-laki, tapi entah mengapa Varsha penasaran dengan laki-laki diseberang sana. Kenapa laki-laki itu membuat dadanya sembuh dari rasa sakit. "Ayo kita masuk kelas, pak Dendi sebentar lagi datang." Ajak Yara dengan menarik tangan Varsha untuk masuk kedalam kelas, Varsha masih juga melirik kebelakang lalu melihat Biru yang juga menatapnya lalu anak laki-laki itu juga masuk kedalam kelasnya.

***

Pelajaran dimulai, pak Dendi masuk kedalam kelas. Pak Dendi mengajar mata pelajaran sejarah, bab yang dipelajari kali itu tentang masa penjajahan Belanda, Varsha hanya fokus menyimak penjelasan gurunya itu, Varsha sangat malas jika belajar tentang sejarah, belajar sejarah membuatnya mengantuk. Ditengah suasana mengantuk karena mendengarkan pak Dendi bercerita tentang penjajahan Belanda, Yara di samping Varsha berbisik pelan.

"Sha, nanti kamu lihat pertandingan basket kelas 11 dengan kelas 12 atau tidak?"  Bisik Yara pelan supaya tidak didengar oleh pak Dandi, "tidak, aku tidak minat." Ujar Varsha dengan nada malas. "Ayolah Sha, memangnya kamu ada kegiatan lain sepulang sekolah?" Tanya Yara berharap Varsha tidak sibuk sepulang sekolah, Yara ingin temannya ini sesekali melihat pertandingan dengannya, "Ada." Sahut Varsha singkat. "Apa?" Yara mengangkat alis dengan penasaran, "tidur." Ucap Varsha dengan singkat lagi, dia menjawabnya dengan santai.

"Yang benar saja, ayolah Sha kamu kan belum pernah menonton pertandingan seperti ini, lagipula nanti kita bisa melihat kakak kelas tampan itu." Ujar Yara dengan bersemangat dan centil. Varsha hanya menghela nafas karena kelakuan temannya ini, "sudah kubilang aku tidak minat dengan hal seperti itu, ajak yang lain saja." Varsha menggelengkan kepalanya tapi dia melihat Yara memasang wajah memelas untuk memohon kepada Varsha.

"Ayolah Sha, satu kali saja kamu tidak akan rugi, bagaimana kalau aku traktir makanan besok jika kau hari ini ikut aku menonton pertandingan, setuju?" Yara mengedipkan sebelah matanya, dia tahu kelemahan Varsha adalah tentang makanan. Akhirnya Varsha mengangguk walau sedikit terpaksa demi ditraktir makanan oleh temannya itu, "baiklah tapi jangan terlalu lama menonton pertandingan ini," Ujar Varsha.

akhirnya mereka berdua sepakat akan melihat pertandingan basket antara kelas 11 dan 12 sepulang sekolah, mereka melanjutkan pelajaran sampai bel pulang sekolah berbunyi. Mereka berdua cepat-cepat menuju kelapangan untuk menyaksikan pertandingan, "Aku benar-benar tidak sabar, Sha." Kata Yara dengan bersemangat dan centil.

"memangnya apa bagusnya menonton pertandingan ini, buang-buang waktu saja." Ujar Varsha dengan ekspresi malasnya, "astaga Varsha Eira, kamu benar-benar tidak tahu ya, semua orang disini sebenarnya akan melihat kakak kelas tampan kelas 11 itu yang sangat populer, kak Biru Giandra." Ujar Yara dengan bersemangat lagi.

dia sangat senang jika menceritakan idolanya itu. "Aneh." Kata Varsha singkat lalu menyilangkan kedua tangannya, Yara yang melihat itu hanya menghela nafas, "lihat saja nanti, aku yakin kamu juga akan ikut terpesona dengan ketampanannya." Setelah mengatakan itu Yara duduk dibangku bersama Varsha di dekat lapangan itu menunggu para pemain turun kelapangan.

***

Diruang ganti, para siswa laki-laki yang akan bertanding basket sudah bersiap-siap. Mereka pemanasan, ada yang berganti baju Jersey mereka masing-masing. Ditengah aktivitas sibuk mereka ada tiga orang siswa yang menyudutkan satu orang siswa, "Hei, lihat saja nanti saat kau habis ditangan kami, jangan mentang-mentang jadi populer kamu merasa dirimu hebat." Seorang siswa berbadan tegap menarik kerah kaos Jersey siswa lain yang disudutkan itu, siswa yang disudutkan hanya tertawa pelan meremehkan siswa yang menyudutkannya, "cobalah kalau bisa." Ujar satu siswa itu dengan nada meremehkan

RegenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang