Ruang Musik 2

13 1 0
                                    

Setelah lagu yang dinyanyikan Biru selesai, lenggang sejenak.

"Kau terpesona dengan suaraku, Varsha?" Lamunan Varsha terbuyarkan dan sedikit gelagapan.
Yara hanya menyeringai dan menyenggolnya.

Guru pembimbing ekstrakurikuler musik mengatakan selamat datang untuk Varsha dan Yara, bukan hanya mereka tapi ada juga teman-teman seangkatan mereka, kelas 10 yang mengikuti ekstrakulikuler tersebut. Ada yang ingin bisa menggitar, ada juga yang ingin latihan vokal dan juga hanya ingin bertemu dengan Biru semata.

Guru menayangkan kepada masing-masing anak untuk mempelajari dibidang apa. Varsha sedikit bingung karena dia masuk ke ekstra musik hanya untuk pencitraan?

Tapi karena Yara memilih dibidang alat musik drum, Varsha hanya ikut-ikutan saja. Dia memilih untuk memainkan piano seperti yang dikatakan Yara tentang pianis Yiruma.

Semuanya tampak tak mudah untuk Varsha apalagi itu untuk kali pertama dia memegang piano. Gadis itu tampak menekan-nekan tuts piano menyebabkan suara sumbang yang ditertawakan Yara.
Varsha yang merasa ditertawakan hendak menimpuk wajah sahabatnya itu tapi akhirnya mengurungkan niat melihat Biru mendekatinya lalu melingkarkan tangannya disekitar badan Varsha dan memainkan piano dari belakang Varsha.

Biru yang sangat dekat membuat Varsha sedikit menelan ludah. "Pelan-pelan saja, nanti juga bisa." Bisik Biru pas ditelinga Varsha yang membuat bulu kuduk merinding.

Varsha yang merasa tak nyaman sedikit memelototi Biru dan berusaha tak memperlihatkan semu merah diwajahnya.

"Bisakah kau tak terlalu dekat, malu dilihat banyak orang."

Biru terkekeh pelan dan sedikit menjauh dari punggung Varsha.

"Baiklah nona galak, sekarang aku akan mengajarimu tentang bermain piano."

***

Ruangan musik itu seperti milik mereka berdua, Yara yang melihatnya sedikit kesal dan akan menggoda Varsha saat pulang nanti. Siswa lain yang ikut ekstra musik untuk dekat dengan Biru tampak cemburu dan iri kepada Varsha. Melihat bagaimana Varsha dan Biru sangat dekat, sesekali Biru menggoda dan tertawa melihat wajah Varsha yang kesal tapi juga bersemu merah. Pemandangan yang indah dan manis seperti di sinetron.

"Oh ayolah nona, jangan terlalu manja. memetik gitar lebih sulit sampai jari manismu bisa hitam. tapi kalau piano lebih mudah, coba kau lebih niat."

"aku juga niat, tapi belajar tidak instan, idiot."

Biru tertawa mendengar respon blak-blakan khas Varsha itu, bukannya menyeramkan hal itu malah menggemaskan.

Sampai sore ekstrakulikuler musik ini berlangsung.

Terlihat hujan turun dengan lebat. Varsha yang sudah bersiap-siap akan pulang sedikit kesal karena dia tak membawa payung, apalagi Yara sahabatnya itu sudah dijemput pacarnya. Yara memang mudah mendapatkan pacar karena dia memang budak cinta.

Varsha yang tidak sabaran menutup kepalanya dengan hoodie lalu sedikit menunduk berjalan menerjang hujan. Tapi dari belakang ada yang memayunginya.

"Tidak baik hujan-hujanan."

Bersambung....

Jangan lupa vote ya....

RegenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang