Halooo!
Achan up date lagii.
Ayoo rameiin, yook!
Happy reading, gaes.
***
"Hantu?" ulang suara mengerikan itu.
Leuca mengangguk dengan mata masih terpejam. Dia sungguh yakin, suara berat dan menyeramkan macam itu hanya hantu yang mempunyai.
"Hahahahahaha..."
Mahluk yang sepertinya menyeramkan itu tertawa. Suara tawanya dalam dan lirih, seolah dari dunia yang berbeda. Leuca bergidik hebat.
Ingin sekali gadis itu menjerit. Namun, mulutnya tidak mau diajak kerja sama.
Leuca yakin banget, suara kayak gitu laku besar di industri perfileman horor.
Tawa itu belum mau berhenti.
Diam-diam, Leuca penasaran bagaimana wujud sosok suara menyeramkan yang bikin jantungnya serasa pindah ke kaki.
Matanya membuka perlahan.
Saat netra gadis itu terbuka sempurna, pemandangan pertama yang dilihatnya membuat Leuca kaget kuadrat.
Pertama, tubuhnya yang nyangkut di atas pohon beringin gede. Kedua, sosok berwajah dingin dengan tatapan tajam bak pedang.
Dan, wajah sosok itu pucat.
"Apakah aku terlihat seperti hantu, Nisanak?" Suara sosok itu berbisik amat rendah. Tawanya sudah mereda, namun jejak tawa di wajah itu masih tersisa.
"Waaaa!" Leuca menjerit kaget bersamaan dengan tubuhnya yang hilang tumpuan dan meluncur dari atas pohon beringin.
Kalau otak Leuca konslet berat karena membentur tanah, hantu pemilik suara horor itu harus tanggungjawab.
Gara-gara suara itu, Leuca jadi apes kedua kalinya hari ini.
Tapi sepertinya, Leuca tidak perlu meminta pertanggungjawaban karena sebelum menabrak tanah, sepasang tangan besar dan kokoh keburu menahan tubuhnya.
Leuca membeku.
Berdiri, Nisanak!" Titah sosok itu. Wibawanya membuat Leuca menurut tanpa perlawanan.
Tangan besar itu melepas tubuh Leuca. Gadis itu bangkit berdiri.
Leuca menatap sosok itu. Maniknya kemudian bertemu dengan manik kelam milik sosok yang Leuca yakini sebagai demit.
Detik pertama, Leuca merasa seperti diintrogasi.
Detik kedua sampai kelima, Leuca merasa mata tajam berwibawa itu seperti mengirisnya.
Tapi, Leuca tak gentar. Gadis itu masihkuat beradu pandang dengan pemilik manik sekelam malam yang menenggelamkan.
"Siapa yang menyuruhmu, Nisanak?"
"Hah?" Leuca bingung.
"Nyuruh apaan?" Tanyanya tak mengerti.
"Kau memang tidak mengerti pertanyaanku, atau pura-pura bodoh, Nisanak?" Tatapan orang itu makin mengintrogasi.
Leuca membalas tatapan menyeramkan itu dengan tatapan tajam seakan mengatakan, Lo pikir gue takut?
"Heh hantu gak tenang arwahnya! Enak aja Lo bilang gue bodoh. Gue tuh pinter, ye, fisika gue pernah dapet 100 dari pak Yanto. Emang dasarnya pertanyaan Lo aja yang gak jelas. Kurang kosa kata ya Lo?" Leuca mengomel tak terima.
"Negara seberang mana yang mengirim orang sepertimu?!"
Leuca mengernyit. "Ngirim apa, sih? Gue gak lagi belanja on line tuh."
"Bodoh!" sosok itu menyentak. Sepertinya, kesabarannya mulai habis menghadapi Leuca.
"Emang pertanyaan Lo tu gaje, wooy!" Leuca berucap ngegas.
"Ini barangmu?" Sosok itu mengacungkan tas Leuca di tangan kiri.
Leuca mengangguk cepat. "Itu tas Guee. Lo nemuin di mana?"
"Di tanah," ucap sosok hantu berwujud manusia singkat.
Leuca jadi heran. Kenapa tasnya juga bisa ada di sini?
"Apa tadi pas main tornado gue gak sempet nyopot tas, ya?" Leuca bergumam sendiri. Bodo amat kalau si hantu denger.
Eh, tunggu. Tadi, hantu bilang nemuin tasnya di tanah?
Leuca terbelalak. Di dalam tas ada ponselnya. Apakah tadi tasnya sudah terbanting mengenaskan?
"HP Guee yaampuun!" Leuca menjerit lebai.
Sosok itu berekspresi datar.
"Jawablah dengan jujur kepentingan apa yang membawamu masuk ke wilayah kediamanku! Atau ..." Sosok itu mecengkram tas Leuca seperti hendak menghancurkan.
"Eh jangaan!" Leuca buru-buru mencegah. Barang-barang berharganya ada di sana. Kalau rusak, Leuca susah beli lagi.
"Ya AllahGue harus jawab gimana? Gue aja bingung kok kenapa bisa ada di sini," Leuca berucap jujur.
Sosok itu gantian terbelalak. Tangannya mendadak mencengkram kuat-kuat pergelangan tangan Leuca.
Cewek itu meringis kesakitan. Tapi, sosok itu tak memperdulikan.
"Kau ... Islam?"
Leuca tanpa ragu mengangguk.
Dan Leuca mendadak merasa tubuhnya diseret cepat oleh tangan besar tak berperi kengenesan.
"Kenapa gue diseret-seret? Gue salah APAAA?!" Leuca meronta. Tapi, apalah dia dibanding tenaga gajah?
"Diam!" Sosok itu berseru memerintah. Gerakan Leuca berhenti. Tapi, jeritan toanya masih terdengar.
Sosok itu menyeretnya lagi lebih keras, memaksa kakinya melangkah. Leuca mendesis. Tangannya serasa remuk.
Cewek itu dibawa ke suatu ruangan. Sosok itu berhenti tapi cekalannya pada Leuca belum terlepas.
Leuca yang hampir melakukan perlawanan lagi, jadi urung saat mendengar tanya pelan orang itu.
"Apa kau dari Samudera Pasai? Apa yang rajamu bawa padaku?"
"Hah? Samudera Pasai? Raja?"
***
Pendek, ya?
Mungkin kedepannya, Achan bakal up date part pendek-pendek, gaes. Biar gak terlalu ngaret updatenya.
Gimana?
Lanjut?
Krisan, vote dan komen ditunggu, yak!
Vote dan komen kalian itu buat Achan semangat banget, lhoh.
Oke, deh.
See you.
Achan.❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
[Majapahit] Who Are You?
Historical FictionHidup Leucaena Leucocephala Subsp Glabrata yang dihiasi kalimat istighfar dari guru agama, wejangan bermakna guru sejarah, mendadak jungkir balik ambyar. Takdir membawanya ke tempat yang tak pernah dia bayangkan, bertemu dengan orang yang tak dia me...