Haloo.
Assalamualaikuum.
Apa kabar?
2 bulan gak up date, ada yang masih nungguin?
Happy reading.
***
Seorang prajurit dengan caping diletakan di atas kepala melangkah cepat menghampiri Gajah Mada.
"Ada apa, Gusti? Gusti Mahapatih merindukan Parjo, ya?" Prajurit itu senyum-senyum.
Gajah Mada menggeleng.
"Tidak mungkin, Gusti. Gusti Mahapatih pasti rindu. Kalau tidak, tidak mungkin Gusti memanggil Parjo," ucap prajurit itu dengan pede di atas rata-rata.
Gajah Mada tak menanggapi.
Gusti Mahapatih mau menjadikan Parjo prajurit Kepatihan?" Parjo tidak peduli dicuekin.
Gajah Mada menggeleng tegas. "Aku punya tugas untukmu."
Parjo berbinar. "Tugas mengawal Gusti di Kepatihan?"
"Tidak."
"Tapi Parjo maunya iya, Gusti Mahapatih."
Gajah Mada menghela napas, berusaha menyabarkan diri. Dia heran, bisabisanya Nala sabar sekali menghadapi Parjo yang kelewat aneh dan seringnya kurang tata.
Gajah Mada mendekat, membisikkan sesuatu di telinga prajurit laut itu.
Parjo mengangguk, kemudian nyengir lebar. "Itu gampang sekali, Gusti. Tapi, Parjo minta imbalan."
"Katamu gampang sekali. Tidak usah minta imbalan."
"Eh, tidak bisa, Gusti. Meskipun gammpang, itu juga menguras tenaga. Parhjo butuh asupan."
Gajah Mada mengangkat alis. Kau mau apa sebagai imbalan?"
Parjo tersenyum lebar. "Parjo ingin singkong buatan Gusti Mahapatih.."
Gajah Mada berdecak. "Mintalah yang lain."
Parjo menggeleng. "Parjo maunya singkong, Gusti. Lagipula, kenapa bukan Gusti Mahapatih saja yang melakukan tugas itu? Gusti kan, lebih jago dalam urusan menyelidiki."
"Aku membutuhkan kemampuanmu."
Parjo berekspresi tersanjung. "Terima kasih, Gusti. Tapi, Parjo tetap minta singkong buatan Gusti Mahapatih sebagai imbalannya.
"Baiklah," kata Gajah Mada setelah berpikir sejenak. "Kau akan mendapatkannya setelah menyelesaikan tugas itu."
Parjo tertawa girang, buru-buru mengangguk. "Tentu, Gusti. Parjo akan melakukan yang terbaik!"
***
Leuca berjalan mengelilingi ruangan, mencoba mencari jalan keluar. Dia mengetuk-ngetuk dinding, berharap menemukan pintu rahasia atau sesuatu yang bisa membantunya keluar. Namun, setelah beberapa menit mencoba, dia tidak menemukan apa-apa.
Dok dok dok! "Bukaiin! Tolooong!" Leuca menggedor pintu sambil menjerit dengan suara toa.
Beberapa saat menunggu, kegaduhan yang gadis itu ciptakan ternyata tidak mendapat hasil.
"Bukain, wooy! Engap di siniii!" Leuca memukul pintu barbar. Harapannya sih, supaya pintunya terbuka atau jebol sekalian.
Sayangnya, pintu itu terlalu kuat. Leuca tidak punya aji Segoro Geni yang bisa langsung bikin pintu itu hancur.
Leuca jadi frustrasi. "Siapapun, bukaiin! HP guee, Paak! Balikin!"
Leuca merasa jalannya untuk ke luar buntu. Meskipun ada lubang ventilasi, tapi amat sulit bagi cewek itu untuk ke luar dari sana.
"Jadi, gue harus gimanaa?" Cewek itu meninju pintu frustrasi..
Ceklek! Pintu itu mendadak terbuka, membuat tubuh Leuca terduduk membentur lanntai.
"Adooh! Pelan-pelan dong Pak kalo buka pintu. Sakit nihh!" Leica ngomel-ngomel pake suara toa.
"Maaf, Nisanak. Parjo Ndak sengaja."
Eh! Bukan Pak hantu serem?" Leuca kaget melihat cowok asing di hadapannya.
Cowok itu tersenyum lebar, kontras dengan wajahnya yang keras. "Bukan, Nisanak. Parjo kan, masih hidup jadi bukan hantu."
Leuca berbinar senang. "Bener. Lo juga gak serem. Makasih Lho udah bukain, Baek banget emang," Leuca mengoceh senang.
"Sama-sama,Nisanak. Nama Nisanak siapa?"
"Nama gue Leuca. Lo siapa?"
Parjo mengerutkan kening. Nama Nisanak Luca?"
Leuca menggeleng. "Bukan Luca, tapi Leuca."
"Aduh, namanya kok susah sekali. Parjo panggilnya Uca boleh?"
Leuca mengangguk cepat.
"Eh, iya, namaku Parjo, Uca hehe."
"Salken, Parjo." Cewek itu tersenyum cerah.
"Salken itu nama lengkapmu juga to, Uca?" tanya Parjo polos.
Leuca tertawa. "Lo aneh banget, sih, salken aja gak tahu. Salken itu salam kenal."
"Parjo baru tahu bahasa seperti itu. Di Wilwatikta Ndak ada kata-kata begitu, Uca."
"Hah? Wilwatikta tu tempat apaan?" tanya Leuca bingung. Serius, dia merasa gak pernah dengar nama itu.
"Negara, Uca. Kamu sekarang ada di Wilwatikta, di Kotaraja Trowulan. Masa Ndak tahu?"
Leuca menggeleng dengan ekspresi horor. "Lo pasti bohong, kan? Ini tuh di Indonesia, kan? Tadi gue main tornado di Dufan kok."
"Ndak, Uca. Parjo Ndak bohong. Parjo malah Ndak tahu tempat-tempat yang Uca sebutkan."
"Lo Nggak tahu Indonesia? Nggak mungkin. Indonesia tuh terkenal di seluruh dunia kok."
Parjo menggeleng serius. "Parjo sudah berlayar ke banyak tempat, Uca. Tapi, Parjo Ndak pernah mendengar nama Indonesia."
Leuca membelalak syok."Hah? Gak mungkin!"
***
Wah, Leuca bingung.
Sampe ketemu di part selanjutnyaa.
See you.
Achan❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
[Majapahit] Who Are You?
Narrativa StoricaHidup Leucaena Leucocephala Subsp Glabrata yang dihiasi kalimat istighfar dari guru agama, wejangan bermakna guru sejarah, mendadak jungkir balik ambyar. Takdir membawanya ke tempat yang tak pernah dia bayangkan, bertemu dengan orang yang tak dia me...