CHAPTER XXV (#25)

47 3 0
                                    

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan anak-anak kelas 10 dan 11 sudah menyelesaikan ujian kenaikan kelas mereka. Mulai hari ini, Zayden, Kimberly, dan Felicia sudah resmi menjadi anak kelas 11—Kenzo dan Nathan sudah resmi menjadi anak kelas 12. "Aku enggak nyangka aku udah kelas 11," gumam Zayden kepada Kenzo. Masih bersandar di motornya, Kenzo membalas, "Aku juga enggak percaya, lho, aku udah jadi kakak kelas. Satu tahun lagi aku udah masuk ke jenjang perkuliahan." Sambil mengikat tali sepatunya, Zayden bertanya, "Kamu jadi ambil interior designing?" "Iya, jadi. Bakat aku yang paling menonjol cuma di situ," jawabnya.

Zayden terkekeh kecil, "Tapi, 'kan, kamu jago pelajaran Ekonomi. Kenapa enggak ambil jurusan ekonomi atau akuntansi?" "Jago walaupun enggak minat, ya, sama aja bohong, 'kan?" jelasnya.

Hari itu adalah hari pertama dalam semester baru dan tahun ajaran baru. Oleh karena itu, tentunya ada upacara bendera pembukaan tahun ajaran baru dan pembagian regu-regu untuk anak kelas 10 yang baru mengikuti kegiatan MPLS. "Eh, berarti wali kelas kita ganti, dong?" tanya Zayden kepada Kimberly tepat sebelum upacara mulai. Dijawabnya oleh Kimberly, "Iya, lah. Aku sempat dapat bocoran wali kelas XI MIPA 3 nanti, cuma akunya lupa. Hehe." "Ih, dasar!"

Ketika upacara dimulai, Zayden langsung ditarik untuk berdiri di paling depan barisan siswa XI MIPA 3. Iya, dirinya adalah siswa putra paling mungil di kelas bersama Katarina sebagai siswi putri paling mungil di kelas. Itulah sebabnya mereka berdua berdiri di barisan paling depan. "Bosen, ya, Den, tiap kali upacara pasti berdiri paling depan," gumam Katarina basa-basi. Zayden merespons, "Iya. Pengen banget jadi tinggi." Sedangkan di barisan siswa putra XII IPS 2, Kenzo berdiri di paling belakang. Dengan tinggi badannya itu, walaupun paling belakang, Kenzo masih bisa melihat dengan jelas Zayden ada di mana. Ia terkekeh kecil ketika melihat tubuh mungilnya yang berdiri di depan barisan. Bahkan perbedaan tinggi badan Zayden dengan putra termungil kedua di XI MIPA 3 masih saja beda jauh.

#####

"Surprise~!" guru Biologi (Indah Anisputri, M.Pd.) mendobrak pintu kelas XI MIPA 3. Lanjutnya, "Ibu jadi wali kelas kalian tahun ini." "YEAY, BU INDAH~!" kelas menjadi heboh ketika mengetahui Bu Indah-lah yang menjadi wali kelas mereka tahun ini. Ia adalah guru paling favorit anak-anak XI MIPA 3 bahkan semenjak mereka kelas 10, since she is funny, humorous, chill, dan sangat humble juga dekat dengan murid-murid.

"Ya, karena hari ini hari pertama. Jadi kita mengurus struktur kelas aja kali, ya? Sistem struktur kepengurusan kelas mau diganti atau tetap sama kayak waktu kalian kelas 10?" Mendengar pertanyaan itu, Zayden langsung berteriak, "GANTI AJA, BU! SAYA CAPEK JADI SEKRETARIS KELAS!"

Bu Indah tertawa, "Capek kenapa, Den?" "Capek saya, Bu. Setiap pagi kudu isi buku jurnal kelas, isi absen dan buat rekapitulasi setiap hari, menulis catatan di papan tulis setiap guru kasih materi..." jelas Zayden panjang kali lebar kali tinggi. Bertanyalah Bu Indah, "Jadi, siapa yang mau jadi kandidat sekretaris kelas tahun ini—?" "FELI, BU! FELI!" teriak Zayden dan Kimberly secara serentak. Mendengar namanya dibawa-bawa oleh teman-temannya, langsunglah ia mengetuk kepala mereka satu persatu dengan kotak pensil. "SEMBARANGAN AJA LOE ORANG KALAU NGOMONG!"

Dengan candaan Bu Indah merespons, "Kamu mau jadi sekretaris, Fel?" "ENGGAK, BU! JANGAN! CEKER AYAM AJA LEBIH BAGUS DARI TULISAN SAYA."

"Hahahaha!" Bu Indah tertawa lepas. Lanjutnya, "Ya udah, deh. Ibu coba minta pengurus kelas yang lama maju ke depan semua, terus kasih saran untuk pengurus kelas yang baru." Maka majulah Ezekiel sebagai ketua kelas lama, Landon sebagai wakil ketua kelas lama, Zayden sebagai sekretaris kelas lama, dan Rachel sebagai bendahara kelas lama. Bertanyalah Bu Indah, "Kiel, Ibu mau nanya sama kamu. Menurutmu, siapa yang paling pantas menggantikanmu jadi ketua kelas?" "Menurut saya, sih...hmm, Channarong. Mungkin?" jawabnya. Bu Indah mengerutkan alisnya, "Channarong, teh, saha?" "Itu, Bu," Ezekiel menunjuk ke arah kursi paling tengah. "Owalah! Vincenzo!" Bu Indah mengangguk mengerti. Direspons oleh Landon, "Nama panggilan dia itu Channarong, Bu." "Nama belakangnya, ya?"

[BL/B×B] I don't give a fxck, you're mine.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang