29•

3K 253 41
                                    


.

Jaemin menatap hamparan luas yang sekarang tampak begitu tenang dan sepi di hadapannya

Bibirnya membentuk senyum

Perlahan jaemin melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam sana, mengunjungi mereka yang sudah menyatu dengan alamnya begitu tenang

Mata jaemin menyusuri sampai berlabuh pada dua gundukan yang saling berdampingan

Ah

Bahkan sampai di tempat terakhir pun mereka berdampingan ya

Jaemin lagi-lagi menarik kedua sudut bibirnya, bunga tulip putih yang dia bawa tadi di letakkan di masing-masing nama si pemilik rumah terakhir

"Hai bunda.... Hai ayah. Aku datang " Ucap jaemin

Kaki jaemin menekuk, tangannya dia letakkan di atas lekukan lutut itu tepat di tengah makam keduanya

"Kalian udah tenang kan disana? " Tanya jaemin

Jaemin menatap nisan sang ayah

"Ayah. Perginya ayah mungkin dengan cara yang ga baik, sedikit memaksa Tuhan untuk dibawa pulang. Tapi ayah udah ketemu kan sama bunda? " Tanya jaemin

Tangan jaemin menyentuh nama apik yang bertinta perak dan hiasan indah sekitar nama itu, ayahnya

"Ayah bener. Dunia ini kejam, orang baik nggak selamanya baik. Banyak topeng yang dipakai sebagai bentuk penipuan. Nana tertipu ayah"

Jaemin menunduk, dia tatap tangan yang sekarang nggak lagi memakai cincin pertanda hak milik seseorang

"Ayah. Nana gagal lagi, nana sendirian lagi, arah nana hilang lagi"

Mata yang tadinya berbinar mulai sendu

Bulir bening mulai meminta izin untuk mengalir pada wajah halus nan lembut jaemin

Ingatan jaemin memutar lagi

Dia yang pertamakali merasakan dunianya hancur kala sang bunda pergi di jemput Tuhan, rumahnya kehilangan tiang kokohnya

Jaemin ingat, awal bundanya pergi ayahnya pun tak kalah hancur. Hangatnya hilang, riang dan tawa dirumahnya lenyap, kosong, sepi, tak lagi utuh

Setelah itu hidup jaemin mulai dibentuk lagi, ayahnya yang masih berusaha bangkit bersama jaemin. Tapi caranya berbeda, ayah jaemin kehilangan jiwanya, cintanya, dan itu menjadikan dia sosok tak terkendali yang berfikir terlalu cepat

Jaemin dan ayahnya luntang lantung, dua laki-laki yang biasanya diberi kasih dan perhatian setulus itu oleh sang bunda, mana mungkin mereka tak gamang setelah ditinggal sebegitu jauhnya

Pegangan yang hilang menjadikan mereka tertatih, jaemin kecil mungkin belum begitu paham

Tapi jaemin tau, ayahnya masih ada, ayahnya masih bersamanya

Syukurlah, Tuhan tak terlalu kejam

Jaemin

Dia tau ayahnya mulai keluar dari arahan, dia tau ayahnya mulai keluar batas, dia tau ayahnya tak lagi ingat atau hanya ingin melupakan jalannya

Pertumbuhan jaemin mulai keras

Lari kesana-kemari, di penuhi degupan jantung yang begitu hebat karna ketakutan

Ayahnya diburu, tentu saja jaemin pun ikut dalam bahaya

Bertahun mereka hidup tanpa menetap

"Ayah..... Nana juga mau lari" Ucap jaemin lirih bahkan nyaris berbisik

Our Sweetest Embrace (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang