hujut

14.5K 1.6K 181
                                    

Happy reading! Tinggalkan jejak kalian! Kasih tau kalau ada typo..














Zavira melebarkan senyumnya ketika berhasil meminta izin agar Gavriel dapat menginap. Yah setidaknya ia sudah menyelamatkan alur ceritanya. Dengan semangat empat lima ia menuju lorong kamar Prince. Ia tidak sabar menonton cerita novel secara live. Sepertinya menyenangkan walaupun ia tidak menyukai cerita BL.

Dan kalian tau novel 'The sleeping prince' adalah satu-satunya novel bergenre lgbt yang berhasil ia baca sampai tamat. Biasanya novel seperti itu hanya berhasil ia baca sampai sipnosisnya saja. Kalau bukan karena paksaan sepupunya, mungkin ia tidak akan membaca novel itu.

Sebenarnya ia tidak terlalu memusingkan nasibnya disini. Nasibnya baik bukan. Ia menjadi putri satu-satunya keluarga konglomerat. Mempunyai keluarga dan teman-teman yang menyayanginya. Yah walaupun itu hanya sampai ketika si pemeran utama cerita berhasil mengalihkan perhatian mereka.

Tapi ia tidak akan membiarkan itu terjadi. Ia memang tidak akan mengganggu kisah percintaan pemeran utama. Tapi jangan harap Gavriel bisa merebut perhatian keluarganya. Kalau tentang kakak sulungnya Prince, ia tidak peduli. Lagipula ia dengan kakaknya itu tidak dekat dari dulu. Jadi 'o' aja ya kan.

Et tapi ia jadi kangen sama para pacarnya. Mereka sedih gak ya di tinggal dia. Zavira jadi mengingat pacar bontotnya Jae. Pacar yang umurnya lebih muda darinya itu. Ia terkikik geli ketika mengingat bagaimana dulu mereka bisa berpacaran. Ia ingat saat Jae yang masih memgenakan seragam putih birunya tiba-tiba menariknya berlari. Ternyata Jae sedang dikejar oleh gerombolan SMP lain. Yah mungkin musuh kali yak.

Gadis berseragam SMA tengah menatap tautan tangannya dengan bocah SMP. Mereka berada di gang sepi yang jarang dilewati untuk bersembunyi dari gerembolan yang mengejar bocah SMP tadi.

Zavira, gadis itu berdehem. Ia kemudian meminta bocah itu untuk melepaskan tangannya.

"EH!"

Bocah SMP itu tampaknya terkejut, ia tidak sadar telah membawa seseorang karena saking paniknya.

"Maaf"

Zavira mengangguk, ia kemudian beranjak pergi untuk pulang kerumahnya. Tetapi bocah itu menahan lengannya. Ia menaikan alisnya sarat tanya.

"Kakak cantik! Mau jadi pacarnya Jae gak? Maulah, masa nggak"

Zavira merasa geli dengan ucapan bocah itu. Sudah tak heran sih dia tiba-tiba ditembak orang. Tapi ini bocah SMP woy.

"Ok"

Senyum Zavira menular kepada Jae.

"Nama kakak siapa?"

"Panggil gue kak Zara"

Ia terkikik kembali mengingat itu. Saat itu Jae kelas delapan sedangkan ia sudah kelas tiga SMA. Agak gila sih. Ia bahkan membuat Jae menjadi satu-satunya orang yang memanggilnya Zara. Ia menghilangkan kata 'vi' pada namanya.

Ia berharap bisa bertemu dengan Jae bocil kesayanganya itu walaupun mustahil.

Zavira kembali menatap pintu di depannya. Ia penasaran apakah Prince sudah terbangun? Apa ia langsung masuk saja ya? Ok ia akan masuk.

Cklek!

Zavira membuka pintu perlahan. Ia kemudian berjalan masuk. Hanya kegelapan yang ia lihat. Aih mengapa kamar Prince gelap sekali. Ia berjalan sembari meraba dinding untuk mencari saklar lampu. Tetapi tiba-tiba pintu tertutup sendiri. Zavira keget tentu saja, kini satu-satunya sumber cahaya sudah tidak ada. Jadi ia harus tetap mencari saklar untuk menghidupkan lampu.

Lagipula Gavriel dimana sih. Ia ingin meneriaki namanya, tetapi entah sesuatu apa membuatnya merasa tertekan. Ia jadi kesulitan untuk sekedar mengeluarkan suaranya.

Zavira tidak berhasil menemukan saklarnya, jadi ia memutuskan untuk mencari pintu dan keluar dari sana.

Saat mencari pintu, tidak sengaja jari kelingking kakinya menabrak kaki meja sepertinya? Membuat reflek berjalan menjauhi meja itu. Tapi naasnya kakinya malah tersandung dan..

Cup

Zavira melotot kaget saat dia terjatuh dan bibirnya mendarat pada benda kenyal yang dingin. Dengan tergesa Zavira bangkit, tetapi malah ada yang menahan pinggangnya.

Tunggu! Lengan siapa ini?

Zavira menatap ke depan. Bisa ia melihat mata itu perlahan membuka. Zavira berhasil dibuat terpaku melihat iris biru yang seolah menyala di remang kegelapan kamar milik kakaknya.

Kamar kakaknya? Kakaknya? Prince dong? Jangan bilang pemilik mata biru ini...

Buru-buru Zavira bangkit. Untung saja tidak ada yang menahannya kembali. Ia juga entah kenapa bisa dengan mudah menemukan pintu keluar padahal tadi ia sulit menemukannya.

Zavira menutup pintu kamarnya lalu menguncinya. Ia berdiri dan menyandar pada pintu. Ia masih mencerna kejadian barisan.

Itu bukan Prince-kan? Tolong katakan padanya kalau yang tadi bukan Prince.

Ok Zavira anggap kau salah lihat. Anggap kau tidak melakukan apa-apa. Anggap kau tidak mengalaminya. Lupakan semuanya okey.

Zavira membanting tubuhnya di kasur. Mengapa ia terus terngiang? Zavira ingin menangis saja.

Sebuah notifikasi mengalihkan pandanganya. Zavira mengambil handphone itu dan mengeceknya. Ternyata pesan dari Gavriel.

Gavriel

Aster maaf, nginepnya gak jadi
iel ada urusan mendadak tadi
Maaf baru ngabarin 😖😔

Aster jangan marah👉👈

Hmm. ya gpp

Kalau begitu, sampai jumpa
besok di sekolah Aster

Mit malem 😁

Ya

Gavriel ada urusan mendadak? Jadi.. Gavriel udah ketemu Prince belum ya? Tapi tadi itu Prince? Kalau Prince udah bangun, berarti seharusnya Gavriel udah ketemu Prince dong. Berarti mereka udah ketemu kan? Ayo berpikir positif Zavira..












Yang masih merasa punya tangan silahkan vote, komen, and share. Hhe gratis kok.

Sekian terima linyi

Help MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang