Part 2

875 36 4
                                    

"Apa aku harus mengantarmu?" Tanya Rex di seberang telfon.

"Tidak usah,Rex. Lagi pula tempat konser itu dekat dengan kampus ku."

"Kalau begitu good luck, frey. Semoga ku mendapatkan tiket nya."

"Ya semoga, Rex." Jawabku singkat dan mengakhiri telfonnya.

Hari ini aku akan membeli tiket konser di O2. Tempat berlangsung nya konser. Lokasi nya tidak jauh dari kampus ku, jadi aku bisa langsung pergi ke kampus setelahnya.

Sekitar tiga puluh menit akhirnya aku sampai. Astaga antriannya panjang sekali. Mengapa semua orang juga sama seperti Jane? Ingin menonton group aneh itu. Aku kira mereka band yang tidak terkenal, maka dari itu aku yakin tak ada yang ingin menonton mereka. Ternyata aku salah.

Kebanyakan dari mereka seumuran ku. Tapi ada juga tante-tante yang mengantri di depanku, entah untuk anak nya atau untuk dirinya sendiri. Dia memakai tas yang mengkilap. Dan itu yang mengalihkan perhatian ku. Bukan karena tas nya yang aku sukai, tapi di dalam nya. Jiwa pencopet ku mulai keluar. Tapi tempat ini terlalu ramai, dan terlalu beresiko.

"Hai." Sapaku pada nyonya itu.

Dia berbalik ke arahku dan memberikan senyum yang ringan dan ramah.

"Hai, kau menyukai mereka juga?" Tanya ku basa-basi.

"Bukan. Ini untuk anakku. Dia sangat menyukai the vamps. Kau tau? Dia menangis histeris saat bertemu mereka pertama kali di Jepang." Jawab nya panjang lebar dengan wajah exciated.

"Oh ya? Mengapa mereka bisa ada di Jepang?" Aku memancing nya untuk terus bercerita. Saat itu juga tanggan ku merayap ke belakang nya, untuk membuka tas.

"Ya, saat aku liburan dengan keluarga ku, dia mendengar mereka sedang konser disana. Dan dia terus merengek untuk menontonnya. Terpaksa aku kabulkan. " aku pun berusaha memberi raut wajah tertarik pada cerita ibu itu.

"Bodoh, aku tak peduli betapa cintanya dan betapa sering nya anak mu menonton mereka. Aku hanya ingin isi di dalam tas mewahmu, nyonya." Batin ku terus menjaga raut wajah ku tak berubah agar dia tak curiga.

"Dan kau? Juga sama seperti anakku?"

Pertanyaannya mengejutkanku yang berusaha keras mengambil dompet nya, aku nyaris menyentuh dompet di dalam nya. Tapi dia terus bergerak.

"Mm..aku...aku.. tentu suka dengan mereka. Maka dari itu aku rela mengantri hanya untuk mendapat tiket itu." Dustaku pada nyonya itu.

"Dapat."

Aku menengok kesana-kemari memastikan tak ada yang melihat aksi ku ini.

"Lalu bagaimana caranya agar aku bisa pergi?" Aku melihat papan besar di atas meja pembelian tiket. "FESTIVAL A". Tentu otak pencopet memang lah cerdas saat keadaan genting.

"Maaf nyonya, aku ternyata salah masuk antrian. Aku harusnya mengantri di bagian VIP. Jadi aku permisi nyonya." Sebelum aku pergi, aku memasukan dompet itu ke dalam tas ku. Lantas pergi meninggalkan dia.

Aku langsung mencari arena VIP, sebelum nyonya itu menyadari dompet nya telah hilang. Tapi, Memang aku benar-benar ingin membelikan tiket yang paling mahal agar dia puas bisa melihat band itu secara lebih dekat.

Terpaksa aku harus mengantri dari belakang lagi.

Sekitar setengah jam aku mengantri. Akhirnya aku berada di barisan paling depan.

"Maaf, untuk anak usia di bawah 12 tahun harus menonton di arena tribune."

"Tapi, adik saya ini berumur 12 tahun. Mana bisa dia melihat mereka di arena paling belakang. Apa yang bisa dia lihat? Lagi pula dia pendek."

PRETEND LOVE (THE VAMPS FANFICTION INDONESIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang