-Freya-
"Wake up!" Suara berat itu terulang kali terdengar di telinga ku. Badan ku terus di goncang beberapa kali oleh tangan yang besar.
Mata ku terasa sangat berat. Membuka mata, Aku langsung memandang langit-langit ruangan.
"Wake! Up!" Astaga wajah pria sinting itu tiba-tiba ada diatas ku dengan rambut kriting nya yang masih basah. Butiran-butiran air yang turun dari rambutnya jatuh ke muka ku.
Aku bangun dari sofa menghilangkan air yang masih di wajahku dengan tangan, tunggu! Tangan ku sudah bebas dari borgol yang mengekang kedua tangan ku dengan erat. Aku mendongak pada pria sinting itu dan,
"Astaga!!Kau!!!" Aku reflect teriak dan memejamkan mataku rapat saat pria sinting itu muncul hanya memakai celana pendek tanpa pakaian. Dia shirtless.
"Hei dengarkan aku dulu!"
Pelan aku membuka mataku. Dan dia masih ada dihadapanku.
"Setelah itu aku akan mengantar mu pulang. Jadi sekarang, kau bersiap! Sementara aku berpakaian." Katanya ketus, dan pergi keluar ruangan.
Aku langsung pergi ke wastafel. Membasuh wajah ku dengan air yang dingin. Huft. Sebentar lagi aku bebas dari si keparat ini. Dan aku bisa kembali ke rumah ku.
Setelah si pria sinting itu selesai dengan pakaian dan semua urusannya yang sangat lama, aku mengikutinya keluar apartemen untuk segera pulang. Yeay!!
Aku masuk ke dalam mobil sport mewah nya. Astaga aku benar-benar nyaman berada disini. Mobil bewarna merah dan semua aksen di dalam mobilnya juga bewarna merah dan hitam.Belum pernah menumpangi mobil se keren ini.
"Shit!" Aku berpegangan pada sabuk pengaman ku. Dia menginjak pedal dalam sekali hentakan. Membuat badan ku terdorong kebelakang.
Selama perjalanan tak ada satupun dari kami yang bersuara. Dia menggenggam erat setirnya dan fokus ke jalanan. Ingin rasanya aku menyalakan radio ini. Tapi aku tak berani, karena tau sikap nya yang kasar dan pasti akan mengomeli ku jika aku lancang.
"Setelah ini belok kemana?" Tanyanya tanpa menengok ke arahku.
"Di pertigaan depan, belok kanan."
Setelah itu keheningan kembali datang. Jujur aku tak nyaman ada di samping pria sinting ini lama-lama. Seperti aura negatif yang ada di sekelilingku. Lihat saja wajahnya begitu datar dan dingin. Apa dia masih menganggapku mencuri handphone nya? Walaupun sebenarnya memang iya.
"Apa tanggan mu sakit?" Aku menegok padanya. Aneh.
"Eh? Di memperhatikan tanganku?" Batinku dengan menatapnya heran. Mengapa dia bisa begitu peduli?"Ya-- sedikit ngilu di bagian pergelangan." Jawabku sedikit gelagapan.
Setelah itu dia tak merespon
Aku menunggu apa yang akan keluar dari mulutnya. Apa dia akan memberi solusi?
Benar saja. Dia hanya basa-basi bukan bertanya karena merasa bersalah. Dan bodohnya mengapa aku mengharapkan dia akan mengajak ku mengobrol pada situasi yang canggung ini?
********
Kami sampai di depan apartemen ku. Dia tak berkata sesuatu atau mengusirku untuk turun. Beberapa saat kemudian dia menyandarkan kepalanya pada jok dan memejamkan mata. Apa dia stres?
"Kau kenapa? Kau bisa bercerita padaku sebelum aku pergi"
Cepat-cepat aku menamaparkan diriku pada kenyataan. Bahwa dialah orang yang sudah menculik ku dan membuatku panik jika dia akan membawaku ke kantor polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETEND LOVE (THE VAMPS FANFICTION INDONESIA)
RomansaYa ini bukan soal dia yang mencuri handphone ku saat itu. Tapi apa yang kudapatkan karena telah menghakimi nya selama ini-Brad- Andai aku tau ini akan menjadi rumit. Lebih baik ku pergi mencari lelaki tua di club untuk mendapatkan uang. Daripada ber...