"Freya buka pintunya!"
Teriak seseorang menggedor-gedor pintu apartemen ku.
"Ya, sebentar!"
Aku membuka pintu dan Jeremy dihadapanku dengan terengah-engah. Dia terlihat panik.
"Ada apa Je?"
"Rex--dia--Rex--disana!" Jeremy gelagapan dan terus menunjuk-nunjuk ke jalan.
"Ada apa dengan Rex? Kau harus tenang Je."
Jeremy adalah teman ku dan Rex. Dia patner copet kami. Dan terakhir Rex pergi bersama Jeremy.
Jeremy menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.
"Rex tertangkap saat mengambil dompet seorang polisi."
"APA??"
"Frey, sekarang kau yang harus tenang." Jeremy menutup telinga nya karena mungkin suara ku melengking cukup keras tanpa kusadar.
Mengetahui hal itu membuat lutut ku lemas dan darah ku mengalir tak beraturan di seluruh tubuh ku.
"Oke-oke antar aku ke kantor polisi."
Aku pergi ke dalam untuk mengambil tas kecil dan langsung mengunci pintu.
Jeremy memacu motor nya vespa nya dengan cepat. Aku khawatir dengan Rex. Apa dia tertangkap basah saat mencopet dan di hajar masa? Bagaimana keadaannya, apa dia babak belur?
"Kau tau darimana jika Rex di tangkap polisi?" Tanya ku hampir teriak karena kebisingan kota.
"Aku sedang berkumpul bersama teman ku lalu aku mendapat telfon dan itu dari kantor polisi. Tadi pagi aku datang untuk memastikan dan benar Rex ada di jeruji besi itu." Kata Jeremy menjelaskan.
"Mengapa dia tak memberi nomer ku pada polis?" Kataku pada diriku sendiri.
"Apa Frey?" Jeremy sepertinya mendengar apa yang barusan ku katakan.
"Lalu bagaimana keadaannya?"
Entah mengeluarkan pertanyaan itu membuatku takut. Takut karena perasaan ku tidak enak. Kalian mengerti kan perasaanku? Bagaimana seseorang yang sangat dekat dengan kalian akhir nya mengalami hal buruk yang sebenarnya sudah kalian khawatirkan sejak lama. Dan terjadi juga.
"Dia....dia baik-baik saja. Nanti kau juga akan tau." Jeremy tiba-tiba memelankan suara nya dan mengehela nafas berat seolah ada sesuatu yang rumit.
Kantor polisi ada di sebrang sana. Dan kami terjebak di lampu merah. Astaga rasanya lama sekali perjalanan menuju kantor polisi. Padahal Rex sudah memacu motor nya sampai badan ku berulang kali terjengkang kebelakang.
"Ayolah, Je. Kau terobos saja lampu merahnya." Desakku pada Jeremy.
"Sabar lah, Frey. Kita sebentar lagi sampai."
Aku diam. Menunggu lampu itu menjadi hijau. Dan beberapa menit kemudian itu terjadi, membuat sedikit kelegaan dalam diriku.
Hanya beberapa meter lagi kantor polisi, dan Jeremy melewatinya. Ya, Jeremy terus menginjak pedal tepat di depan kartor polisi itu.
"Je, mengapa kau tak berhenti?" Kataku dengan kesal.
"Maksud ku dia tidak di kantor polisi sekarang." Jawab Jeremy dengan sedikit menengok kepadaku sekilas.
"Dimana? Kau bohong!"
"Nanti kau juga akan tau."
Aku semakin khawatir dengan keadaan Rex. Apa maksud Jeremy dia tak ada di kantor polisi?
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETEND LOVE (THE VAMPS FANFICTION INDONESIA)
RomanceYa ini bukan soal dia yang mencuri handphone ku saat itu. Tapi apa yang kudapatkan karena telah menghakimi nya selama ini-Brad- Andai aku tau ini akan menjadi rumit. Lebih baik ku pergi mencari lelaki tua di club untuk mendapatkan uang. Daripada ber...