-Freya-
"Ayo Jane cepat." Aku menuntun Jane agar dia berlari.
"Aku lelah, Frey. Kau tak bisa membawa ku pulang. Konser akan dimulai malam ini dan aku harus kesana." Jane melepaskan genggamanku dan berlari.
Kini aku harus mengejarnya sebelum si pria sialan ini menemukanku.
"Jane, ayo..." aku meraih tangannya dan meyeretnya.
"Jane, kita akan tetap menonton konser! Tapi kita harus pulang!" Sentak ku pada Jane. Dia diam dan suara tangisan muncul.
Astaga aku sudah membuat nya menangis lagi. Seharusnya aku tak sekeras itu pada Jane. Tapi sekarang keadaan mendesak.
Aku sedikit berjongkok untuk menatapnya. Membasuh air matanya dan memeluknya.
"Maafkan aku Jane. Sekarang mendadak kepala ku pusing. Nanti malam kau akan kembali kesini bersama Rex. Oke?"
Dia mengangguk dan kami berjalan sedikit lebih pelan. Seperti nya pria itu tak membuntuti kami.
Setelah siang yang melelahkan dan menegangkan ini. Akhirnya kami sampai di apartemen. Di ruang keluarga sudah ada Rex yang menonton televisi.
Jane langsung menghampiri Rex dan duduk di sampingnya.
"Untung aku yang masuk kedalam apartemen mu. Jika orang lain bagaimana? Bisakah kau mengunci apartemen mu sebelum pergi?" Kata Rex memperingati untuk kesekian kalinya.
Aku membuka sweeter dan hanya menyisakan tanktop.
"Ya, Rex. Maafkan aku, aku lupa. Kau membawa apa?" Kataku sambil menunjuk dengan menatap kresek putih di meja makan.
"Oh ya, aku membawa makan siang. Tadi aku mampir ke toko pasta di sebrang sana."
"Kalau begitu aku akan membawa piring." Aku melangkah menuju dapur. Membawa tiga piring dan tiga kaleng coke di kulkas.
Langsung aku memposisikan duduk disamping Rex.
"Rex, bisakah kau pergi mengantar Jane ke konser?"
"Mengapa?" Tanya Rex mulai melahap spagethi di piringnya.
"Badan ku lemas. Peraturan dari konser itu anak dibawah umur 12 tahun harus di dampingi. Jadi aku tak bisa menemani Jane."
"Kau tau? Tempatku bukan tempat konser basi seperti itu. Tempat ku di track balapan, diskotik, jalanan, halte, atau underground konser."
"Ayolah Rex. Temani aku. Freya berbohong dia bilang lemas. Padahal dia memang membenci idolaku." Jane memanyukan bibir nya.
"Hai!" Kami bertiga menengok secara bersamaan ke arah suara itu.
Seorang wanita dengan flower dress selutut dan rambut terurai pirang, melambaikan tangannya pada kami di ambang pintu.
"Dakota!!" Aku langsung berlari ke arahnya dan berhambur ke pelukannya. Kini semua rindu yang ku simpan sampai usang, kini sudah tertuang dalam pelukannya.
"Darimana kau tau tempat tinggal ku?"
Tanya ku masih tak percaya.
"Hmm.. kau lupa kemampuan meramalku?" Dia menaikan kedua alisnya.
"Mengapa kau baru mengunjungiku? Apakau tidak rindu padaku?" Tanya ku pada Dakota.
"Hmm.. sebelumnya aku turut prihatin atas musibah yang menimpa keluargamu. Sulit bagiku bisa menemukanmu disini. Setelah orang tua mu berpisah, dan kau pindah kesini aku kehilangan teman terbaiku." Ada rasa kecewa dan sedih saat Dakota menatapku.
Ya, dia teman saat di bangku SMA. Setelah keluarga ku berantakan, aku dan Jane pindah bersama ibu ke London. Sebelum akhirnya ibu pergi ke Swedia. Dan aku belum sempat mengucapkan kata perpisahan.
"Ya terima kasih. Maaf aku tak sempat perpisahan dengan mu. "
"Baiklah. Cukup drama diantara kita. Kau tak ingin mengajakku kedalam?"
"Oh ya sampai aku lupa."
Dakota mengikuti dari belakang masuk ke apartement, menghampiri Rex juga Jane.
"Apakah ini Jane?" Dakota terlihat pangling saat melihat Jane yang duduk disamping Rex.
"Ya, apa kau Dakota? Teman Freya yang selalu mengajakku main barbie?" Sama dengan Dakota, Jane terlihat menerawang.
"Tidak salah lagi. Yang kau maksud itu adalah aku, Jane." Dakota memeluk Jane yang berdiri di hadapannya.
"Oh ya Dakota, Dia Rex sahabatku. Rex, ini Dakota. Teman disekolahku dulu." Kataku memperkenalkan kepada mereka masing-masing.
Mereka saling berjabat tangan. Dakota yang mempunyai senyum indah sepertinya membuat Rex saling tingkah dibuatnya. Rex menggaruk belakang kepalanya karena bingung harus berbuat apa setelah ini.
"Oh ya. Boleh kah aku menginap untu sampai lusa? Sampai aku menemukan hotel yang tepat?"
"Tentu. Kau bisa tidur dikamar ku. Tapi...."
Tiba-tiba muncul ide saat menatap Jane dan Dakota secara bersamaan.
"Tapi apa?" Tanya Dakota penasaran.
"Kau harus menemani Jane ke konser The Vamps malam ini."
"Bagaimana ya? Hm.. baiklah. Aku pun lumayan menyukai mereka. Ide yang tak buruk." Dia mengengindikkan bahu, tanda tak masalah menerima tawaranku.
Untung saja Dakota mau menemani Jane pergi ke tempat konser. Aku takut jika pria yang merupakan idola Jane memergoki ku dan menangkapku.
Kulihat handphone pria itu tergeletak di meja belajar ku. Jika aku tak cepat-cepat jual dia akan terus menerorku. Tapi jika aku jual, aku takut ada sesuatu yang penting di dalam handphone itu.
"Ayolah, Frey. Kau tak pernah memikirkan para korban mu. Sekarang, kau sudah mendapatkan barang yang bagus, malah merasa tak enak telah mencuri nya."
"Frey, kami pergi dulu ya." Teriak Rex diluar kamar ku.
"Ya hati-hati kalian."
Dakota dan Jane diantar Rex. Karena Rex juga akan pergi ke arena balap seperti biasa.
****************
"Kami pulang!!!" Suara Jane membangunkanku yang tertidur di atas meja belajar. Kulihat jam dinding menunjukan pukul 10 malam.
"Frey!!!Frey!!!" Giliran Dakota yang meneriaki namaku, dia terlihat ketakutan.
"Ada apa Frey?"
"Tadi....tadi kami seperti diikuti seseorang. Dia naik mobil sedan berwarna hitam. Mengikuti kami sampai depan gang." Dakota masih terlihat panik.
"Oke. Sekarang kau istirahat biar aku mengunci pintu apartemen."
Langsung aku bergegas mengunci semua pintu masuk apartemen ku. Dan menutup semua jendela. Aku tak begitu khawatir. Karena lingkungan apartemen ku semua anak berandalan yang akan selalu menjaga kami. Walau mereka berandalan dan suka berkelahi, tapi aku merasa aman punya tetangga seperti mereka.
*Imagine
Laura marano (Freya)
Brad simpson (him self)
Calum hood (Rex)
Suri cruise (Jane)
James McVey (him self)
Tristan Evans (him self)
Connor Balls (him self)
Joe 'Manager' (him self)
Laura 'fifty harmony' (Laura)
Dakota Faning (Dakota)
Anna Kendrick (Becky)
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETEND LOVE (THE VAMPS FANFICTION INDONESIA)
RomanceYa ini bukan soal dia yang mencuri handphone ku saat itu. Tapi apa yang kudapatkan karena telah menghakimi nya selama ini-Brad- Andai aku tau ini akan menjadi rumit. Lebih baik ku pergi mencari lelaki tua di club untuk mendapatkan uang. Daripada ber...