1. THE BEGINNING

15.5K 488 51
                                    

Setiap manusia yang ingin mendapatkan keberkahan dan kesenangan di dunia, haruslah berusaha. Kekayaan, kecerdasan dan sanjungan orang-orang bisa didapatkan ketika manusia bekerja keras mendapatkannya. Tetapi, ada saja manusia yang ingin mendapatkan semuanya tanpa berusaha dan bekerja. Memakai cara kotor dan melanggar hukum untuk mendapatkan kekayaan dan sebagainya.

Ada juga yang menggunakan cara terlarang dan diluar nalar manusia. Yakni membuat perjanjian dengan iblis. Memang perjanjian tersebut menghasilkan kekayaan, kecerdasan dan sanjungan orang-orang dengan mudah, tetapi setiap perjanjian pasti ada yang diberikan dan diterima.

Seperti yang dialami oleh Keluarga Cakrawangsa. Sang iblis, menginginkan tumbal anak kandung perempuan yang dimiliki Keluarga Cakrawangsa. Penumbalan ini sudah dilakukan sejak dahulu.

Pada tahun 2023 ini, iblis kembali meminta tumbal. Serinaraya Cakrawangsa, keturunan Cakrawangsa ke-256 adalah tumbal berikutnya.

***

[Tahun 1973]

Sebuah keluarga berkumpul didalam ruangan dengan pencahayaan yang remang-remang. Mereka adalah keluarga kecil yang tak memiliki pengaruh besar di Indonesia pada masa itu. Mereka hanyalah petani dengan sebidang tanah yang tidak luas.

Berkumpulnya mereka di ruangan tersebut adalah untuk membahas masalah yang sedang melanda keluarga ini, yakni krisis ekonomi. Ekonomi mereka saat ini sedang tidak baik-baik saja, keadaan ladang yang tidak subur, serta hujan yang jarang turun membuat panen mereka tahun ini gagal.

"Jika terus seperti ini, kita bisa menjadi miskin dan mati kelaparan!" ungkap Aji—anak pertama dari keluarga ini.

"Aji! Jaga ucapan kamu!" teriak Arum—istri dari sang kepala keluarga.

"Tapi ... yang dikatakan Mas Aji ada benarnya ibu..." sela Arini—anak terkahir dari Arum.

"Kamu jangan ikut-ikutan terlebih dahulu Arum," tukas Daru—anak kedua dari Arum.

Keributan itu nampak tidak menarik untuk sang kepala keluarga. Sedari tadi Karta—sang kepala keluarga—hanya diam sembari memegang kepalanya. Anak-anaknya yang malas dan boros membuat Karta bimbang. Cara satu-satunya mengatasi krisis ekonomi adalah dengan bekerja, sedangkan anak-anaknya tidak ada yang mau bekerja. Keempat anaknya tidak berguna.

"Bagaimana kalau kita mencoba jasa dari dukun yang baru saja pindah kemari?" tanya Teja—anak ketiga dari Karta dan Arum.

Semua keributan tadi tiba-tiba lenyap. Semuanya terdiam. Lamunan Karta ikut terpecah mendengar celetukan Teja.

"Apa maksudmu, Teja? Kau ingin kita menggunakan ilmu hitam untuk mengatasi krisis ekonomi ini?" tanya Karta.

"Tentu saja, mudah bukan? Kita tak perlulah bekerja terlalu keras," jawab Teja.

"Bukankah jika kita menggunakan ilmu hitam seperti itu, kita perlu mengorbankan sesuatu?" tanya Arum.

"Paling kita hanya perlu memberi dukun itu uang atau kita berbagi hasil dengan dukun itu. Aku setuju dengan pendapat Teja," ungkap Aji.

"Tapi itu terlarang, ya walaupun kita bisa dengan mudah mendapatkan kekayaan," sambung Arini.

Semua mata kini memandang kepada Karta. Karta yang sedang pusing dengan tingkah anak-anaknya yang malas ditambah dengan hasil panen yang gagal, sedikit tergiur dengan hal yang diungkapkan putra-putrinya. Imannya tidak terlalu kuat, bisikan-bisikan aneh terdengar ditelinga Karta.

Tumbal Keluarga CakrawangsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang