Bab 3B Nyaman

117 6 1
                                    

BAB 3B Nyaman

"Kamu yakin mau memikat hati Bang Zein?"

Syila mengangguk.

"Tidak perlu menjadi orang lain, Syila. Jadilah dirimu sendiri. Bang Zein memang suka wanita cantik, tapi gue tahu betul dia paling suka wanita yang cantik sekaligus baik hati. Jadi, selain wajahmu yang glazed-skin, pastikan hatimu juga bercahaya."

"Ckk, sama aja. Aku harus cantik dan baik hati."

"Kenapa sih lu nggak pede gitu. Wajah lu memang pas pasan. Tapi lumayan lah kalau di pajang di depan umum."

"Memangnya aku manekin?!" teriak Syila tak terima. Refan terkekeh melihat Syila yang murka.

"Ingat selalu gunakan kosmetik, di depan suamimu!" Saran Refan membuat Syila sejenak terdiam dan berpikir.

"Kalau saja make up ini aku hapus, orang-orang pasti mencibirku," guman Syila sembari memegang pipinya yang tertutup hijab. Wajah berjerawatnya memang sedang dalam perawatan menggunakan kosmetick. Ia berharap hasilnya cepat terlihat seperti yang Refan sarankan.

"Ah, aku harus rutin mencoba saran dari Refan."

Tanpa sadar mereka sudah berjam-jam memainkan game itu sampai larut. Syila menguap beberapa kali, sementara Refan masih belum merasakan kantuk. Ia masih terjaga efek dari kopi yang diminumnya.

"Sudah tidur sana kalau mengantuk!" pinta Refan. Namun Syila sudah setengah sadar hanya berguman tidak jelas. Kepalanya ambruk ke bahu Refan. Pun ponselnya jatuh di pangkuan. Refan segera mengambil ponsel itu, lalu meletakkan di sampingnya. Ia memindahkan tubuh Syila ke ranjang, supaya tidak pegal jika dibiarkan tidur di sofa.

"Tidurlah yang nyenyak. Biarkan malam pertamamu tidak terlewat sia-sia."

Refan mendekatkan wajahnya ke wajah Syila. Memindai wajah kusam yang terlalu lama menangis akibat ulah abangnya.

"Cantik. Sayangnya, lu terlalu polos, Syila."

Jari telunjuk Refan menyusuri dahi Syila. Ia mencoba menghilangkan kerutan-kerutan di sana. Tak berhenti disitu, jarinya lalu menuju hidung dan berakhir di bibir tipis yang memancing gejolak di dalam sana. Ia pria yang normal. Sayang sekali, Syila memilih Zein daripada dirinya.

"Astaga. Gue bisa gila kalau lama-lama di sini." Refan segera menarik tubuhnya menjauhi ranjang. Diambilnya selimut yang terlipat rapi di sisi ranjang, lalu ditutupkan ke tubuh Syila hingga sebatas leher.

"Semoga mimpi indah, Arsyila Ramadanti."

Refan menatap ke arah jam weker di nakas. Tepat jam setengah satu malam. Gegas ia kembali ke kamarnya. Membuka pintu dengan satu tangan menutup mulut akibat menguap, ia dikejutkan oleh Zein yang berdiri di depan pintu kamar.

"Abang!" Matanya yang hampir meredup seketika membelalak sempurna.

"Apa dia sudah tidur?" Terlihat wajah khawatir Zein seraya melongok ke dalam. Refan segera keluar kamar dan menutup pintunya.

"Sampai kapan Abang mau membuatnya tersiksa?" 

Zein tidak berniat menjawab. Ia hanya mengedikkan bahu, lalu menerobos masuk ke kamarnya.

"Abang mau ngapain?"

"Ambil baju."

"Sania?" cecar Refan. Zein meletakkan telunjuknya di bibir supaya Refan tidak berisik.

"Sudah tidur." Zein menutup almari setelah mendapatkan piyama tidur, karena kemeja yang dipakai sebelumnya masih melekat di badannya.

"Ayo keluar sana!"

"Abang mau tidur di mana?" Refan sudah bersikap layaknya polisi yang sedang patroli.

"Di sana lah. Nanti Sania mengamuk kalau bangun-bangun nggak ada abang di sana."

"Ckk. Kirain abang mau tidur sini." Refan terkikik pelan.

"Nggaklah. Tolong jaga Syila baik-baik, Fan! Selagi abang nggak bisa mengawasinya."

"Pasti. Gue juga bisa menjaganya di sini sampai besok pagi, kok. Nggak masalah." Refan mengangkat alisnya ke atas, sedangkan Zein hanya mendecis.

"Gila kamu! Memangnya aku nggak tahu kalau singa tidak pernah menolak saat disodori daging segar?"

Refan terbahak, reflek Zein segera menutup mulut sang adik lalu menyeretnya keluar.

Pagi-pagi, Syila sudah memulai dengan kebiasaannya salat Subuh, lalu mandi dan menuju ke dapur. Meskipun semalam ia tidur larut entah jam berapa dirinya sudah tidak ingat. Ia masih sempat membentangkan sajadah di sepertiga malamnya. Ia berkeluh kesah pada Rabbnya. 

Syila tidak tahu kapan dirinya pindah ke ranjang. Pikirannya terusik, siapa yang memindahkan dirinya ke ranjang, Zein atau Refan. Malu benar rasanya jika Refan yang melakukannya.


*****

 Komen dan vote yuk. Biar aku semangat UP lagi.😊

Ingin cepat baca next part, langsung kesini ya.

https://karyakarsa.com/DLista/adik-iparku-384752

https://m.goodnovel.com/book_info/31000475553/Romansa/Bertukar-Akad-Menikahi-Adik-Ipar-Sendiri?shareuser=41288348&ch=apps

https://read.kbm.id/book/detail/6486eb1a-6b88-4a2e-937f-ad395e0be3c5?af=08766731-6eb8-f75c-fdfb-495b8e9a677c

Menikahi Adik Ipar Sendiri (Bertukar Akad)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang