Bab 6B Bromo

88 1 0
                                    

BAB 6B Bromo

"Oh ya, maaf, Mas, sudah sold out kamarnya. Silakan isi datanya, Mbak! Pembayaran mau di muka atau di belakang?" Laki-laki itu sedikit menyingkir, tetapi masih mengamati gerak gerik Syila. 

"Saya bayar separo dulu ya, Mas." 

"Separonya saya yang bayar, Bang. Kamarnya ada dua, kan? Nggak masalah."

Mata Syila terbelalak. Bisa-bisanya tuh orang menyerobot semaunya. 

"Udah Mbak, kasih aja. Enak kan, jadi ringan bayarnya." 

"Iya, nggak mubadzir juga kan, Bang," selorohnya membuat napas Syila kembang kempis. Mau berteriak kok ya sudah malam, dikira ada maling penghuni pada keluar semua. 

"Hufh, nasib mau liburan jauh-jauh dari bos dingin. Eh ketemu sama laki-laki tampang playboy gini," gerutunya dalam hati.

Demi menghemat kantong biar ngga kering, Syila menyewakan satu kamarnya. Sayangnya, kamar mandi dan dapur dipakai bersama. Keduanya sepakat untuk menjadi penghuni saling asing. Artinya tidak ada dua orang di tempat yang sama. Saat salah satu menggunakan dapur, maka salah lainnya tidak berada di situ. Terdengar ribet, tapi demi keamanan bersama terutama Syila yang aslinya gadis polos lulusan pesantren. Di luarnya saja dia menjadi gadis bar-bar untuk tameng dari godaan playboy. 

Pria itu mengenalkan diri dengan nama panggilan Refan. Syila sempat membatin, pria itu mirip bosnya. Namun kelakuan mereka bertolak belakang. Apalagi penampilan Refan berambit gondrong, menambah kesan plaboynya.

Menjelang malam, cacing di perut mulai berteriak protes. Syila mengeluarkan bahan untuk makan malam yang sudah menjadi bekal di tas. Keluar kamar dengan kerudung instan, kaos panjang dan celana training. Wajah celingukan tak nampak laki-laki pemilik nama Refan. Dia melenggang menuju dapur. Tangan lincah mengadu perkakas dapur. Bukan pandai memasak sih aslinya, hanya khusus menu inilah yang dia bisa, karena sering memasaknya saat tinggal di kontrakan ibukota. 

Terdengar pintu berderit, sepertinya penyewa kamarnya juga merasa kelaparan. 

"Hai, Syila! Pesan makan malam buat gue sekalian bisa, nggak?!" teriak Refan. 

Hening, Syila tampak memutar otak. Tercetus ide menambah isi kantongnya. 

"Bisa, tapi mau enggak menunya?! Dan juga ini enggak gratis!" balasnya berteriak. 

"Hmm, terserah menunya." 

"Oke, soto dan jahe panas." 

Refan menelan ludah sambil meremas perut yang mulai keroncongan." 

Menikahi Adik Ipar Sendiri (Bertukar Akad)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang