Takdir & Waktu

6 3 1
                                    

Aku merasa hidupku sudah sangat indah. Rumah kecil di kota yang sejuk, kucing kecil yang manja, dan lelaki tampan yang memanjakan. Anggara, nama yang indah. Aku pertama kali bertemu dengannya saat menghadiri pesta pernikahan Roni, sahabatku.

Saat itu aku terpesona dengan tatapan dinginnya, sama seperti gadis muda lainnya. Di mata penuh dengan perasaan kagum, aku melihatnya begitu sempurna. Itu adalah pertemuan pertama kami, senyuman yang dia suguhkan masih teringat jelas. Roni berkata dia adalah keturunan pengusaha besar di kota tempat dia belajar. Mendengar itu aku semakin mengaguminya.

Sepertinya dia menetap sedikit lama di kota ini. Hampir setiap hari aku melihat wajahnya membuat hati gadis penuh cintaku meledak mekar, merasakan indahnya cinta pertama.

Aku dan dia perlahan semakin dekat. Sebenarnya, aku berusaha keras untuk mendekatinya. Awalnya dia terlihat dingin dan terasing, tapi semakin banyak waktu yang aku habiskan dengannya semakin aku mengerti bahwa dia begitu lembut dan perhatian.

Tidak butuh waktu lama sebelum kita memutuskan untuk bersama. Melihatnya hari demi hari tersenyum kepadaku. Merasakan betapa lembut sentuhannya di wajahku. Aku tidak pernah merasa begitu bahagia.

Tentu saja dia tidak menetap di kota kecil ini. Dia akan pergi ke kota asalnya jika ada sesuatu yang memerlukan dia untuk datang. Dia mencoba yang terbaik untuk tetap dekat denganku. Jauh dariku membuatnya lemas, katanya di salah satu surat yang dia kirimkan.

Dua tahun hubungan antara kita tidak pernah dingin. Aku tidak merasa ada yang salah, kecuali beberapa bulan ini dia terlihat begitu sibuk. Aku menanyakan padanya apa yang terjadi, dia balas menatapku dengan senyum manis yang sama seperti dua tahun lalu, meski bayangan lelah tercetak di sudut bibirnya. Dia berkata tidak ada masalah besar, hanya masalah pekerjaan.

Dia masih memelukku dengan kehangatan yang sama. Masih mencetak ciuman manis di dahiku dan berkata semua akan baik-baik saja. Aku ingat dengan benar senyum manisnya ketika melambaikan tangannya sebelum pergi kembali ke kota asalnya.

Waktu berlalu biasa saja sejak saat itu. Dia masih datang padaku seperti biasanya. Tapi sayangnya waktunya untuk tinggal menjadi semakin berkurang. Dia bahkan pernah sampai tepat tengah malam di rumah kecilku hanya untuk memeluk dan menciumku sebelum kembali lagi ke kota asalnya.

Sudah terasa sangat lama aku belum mendengar suara rendahnya di telingaku. Hati penuh cinta milikku mulai merindukannya. Hari demi hari semakin terasa berat tanpa mengetahui kapan dia akan datang. Sudah dua bulan berlalu dari surat terakhir yang aku kirimkan, belum juga ada balasan dari sisinya.

Sore itu langit terlihat sangat indah. Warna lembut yang melembutkan rasa rinduku padanya. Hatiku seolah merasakan kehadirannya. Langit sore ini seperti membawa pertanda bahwa dia akan segera datang. Aku tidak pernah merasa begitu tidak sabar sepanjang hidupku. Ingin sekali aku mendengar suaranya di telingaku, mendekat padanya dan mengatakan berulangkali padanya bahwa aku mencintainya.

Matahari tenggelam, sinarnya ditelan kegelapan malam dan digantikan oleh lembutnya sinar rembulan. Aku menggoda kucing gemuk di pelukanku seraya mendengarkan cerita dunia luar melalui televisi tua di ruang tengah. Puas aku menggosok kucing kesayangan milikku aku menoleh ke televisi yang sempat ku abaikan.

Sesuatu menarik perhatianku. Sesosok wanita anggun dan lembut memenuhi layar televisi. Terlihat begitu tenang dan dewasa saat orang-orang melemparkan pertanyaan mengenai pernikahannya. Ah.. betapa beruntungnya lelaki yang bisa menikahinya. Aku teringat akan orang yang aku rindukan. Sepercik kehangatan melewati hatiku sebelum aku kembali fokus ke televisi usang di depanku. Di sana berdiri dengan perawakan yang sangat aku kenal, Anggara, menautkan lengannya dengan wanita disampingnya.

Tubuhku membeku saat aku merasakan jantungku hampir berhenti berdetak. Lengan itu, lengan yang telah memeluk tubuhku berkali-kali sekarang tertaut erat dengan lengan seputih susu. Senyuman manis yang aku rindukan berada tepat di depanku, tapi hatiku tidak sama lagi. Tidak ada perasaan hangat yang sama seperti yang seharusnya terjadi.

Antara Takdir & WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang