meet for the first time

628 70 1
                                    

Bisikan fajar terdengar saat Philippe keluar dari hutan. Dia melaju kencang menuju desa hingga tanah bergemuruh.

Matahari segar muncul di cakrawala, dan Jungkook pun sudah bangun dari tidurnya. Dia sibuk mengurus kubis-kubis rusak akibat injakan Jimin.

Sebuah ringkikan mengganggunya. Dia mendongak dan menemukan Philippe yang terlihat haus dan kelelahan. Ia bergegas mendekat pada Philippe.

"Philippe?"

Namun yang lebih mengkhawatirkan adalah, Jungkook tak melihat ayahnya ikut pulang bersama Philippe.
Jungkook menarik tali kudanya saat kuda itu tengah minum dengan rakus dari palung.

"Apa yang terjadi? Di mana ayah?"

Jungkook diam dalam rasa cemas. Memperhatikan tali kekang Philippe yang robek dan compang-camping. Dalam ketakutan, pandangan Jungkook mengarah ke hutan.

"Bawa aku padanya!"

Sinar matahari nyaris tidak menembus cabang-cabang tebal pohon untuk menerangi jalan Jungkook saat Philippe berpacu membawanya melewati pohon besar yang tumbang di dalam hutan.

Jungkook bergerak bersama Philippe melewati hutan ajaib itu, hingga akhirnya tiba di tempat gerobak ayahnya yang telah terbalik. Dia melihat beberapa peti kayu yang patah dan kotak musik yang berserakan di atas salju tipis yang menutupi jalanan.

Salju pada bulan Juni? Bagaimana bisa? Jungkook memindai sekitar dengan kilatan risau pada matanya. Ia sedikit menganga. Ini tempat apa sebenarnya?

Dengan campuran rasa takut dan tekad yang menjadi satu, Jungkook mengatupkan rahangnya, dan terus berpacu sampai jalan membawanya ke sana-ke istana.

Jungkook turun dari punggung Philippe. Menemukan dahan yang tebal, dia memegangnya seperti tongkat, menjadikan itu sebagai senjatanya. Lalu dengan berani ia menyeberang melewati anak tangga dan masuk lebih dalam.

Matanya memandang jauh pada bangunan besar yang mirip istana di cerita-cerita dongeng yang saat kecil selalu dibacakan ayahnya.

Kayu di tangannya terangkat tinggi, siap digunakan untuk membela diri kalau-kalau ada penjahat di dalam sana. Jungkook dengan hati-hati membuka pintu dan mengintip ke dalam.

Suasana istana yang mencekam seolah menekan Jungkook. Patung-patung naga menyeramkan di tangga tampak seperti sedang menonton dirinya. Dan bayangan menakutkan membentang di lorong-lorong yang sangat panjang.

"Lihat, Yoongi! Seorang pemuda yang cantik!" Candelabra itu bergerak perlahan, bersemangat mengetahui seorang pemuda dengan balutan pakaian sederhana masuk ke dalam istana dengan tatapan mata yang takut namun juga berani secara bersamaan.

"Ya, aku bisa melihatnya. Aku kehilangan tanganku, bukan mataku," balas Yoongi. Berusaha untuk tak membuat pergerakan yang mencurigakan dan mengendalikan volume suaranya.

"Tapi bagaimana jika dia orangnya? Orang yang bisa mematahkan kutukan dan sihir di tempat ini?" Hoseok justru semakin mengeraskan suaranya, bentuk dari rasa antusiasnya yang menggebu-gebu.

Jungkook yang mendengar semua percakapan yang cenderung berbisik-bisik itu pun bereaksi. Dengan cepat ia bergerak ke arah suara.
"Siapa yang berbicara? Siapa di situ?" Suara Jungkook menggema di ruangan itu.

Jungkook berdiri tepat di tempat di mana dia mendengar suara-suara itu. Tidak ada orang di sana. Hanya sebuah jam mantel dan candelabra. Tiba-tiba, suara batuk terdengar dan bergema di istana itu. Dengan segera Jungkook meraih Hoseok sebagai alat penerangan, kemudian berlari kecil menaiki tangga yang panjang.

Sementara Yoongi-jam mantel itu hanya mampu tergugu karena tak bisa menahan Jungkook untuk tidak pergi ke atas sana.
"Oh tidak," ucapnya dengan tatapan ngeri.

beauty and the beast • tk (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang