a young man in the castle

675 65 3
                                    

Jungkook masih meringkuk di sudut penjara. Dia terlelap setelah menangis. Tiba-tiba pintu sel terbuka. Jungkook berjengit kaget, ia lantas membuka matanya.

"Maaf sudah mengganggu, Tuan. Tapi aku harus mengantarkan mu ke kamarmu."

Mendengar suara itu, Jungkook segera menyeka sisa air matanya dan berdiri. Dia mengambil bangku kecil, mengangkatnya cukup tinggi, siap untuk menyerang. "Kamarku? Tapi ku kira ..."

"Apa? Oh dia bilang 'begitu ini tertutup, pintu ini tak akan terbuka lagi, RAWRRR', Ya? Aku tahu. Dia memang suka bersikap dramatis."
Suara itu membalas. Menirukan ucapan dan gaya bicara makhluk tadi.

Melihat bayangan seorang pria dewasa, Jungkook segera keluar dari sel, mengangkat bangku untuk memukulnya. Namun sebaliknya, Jungkook justru melihat candelabra yang ia bawa tadi melambai ke arahnya. Benda itu hidup!

"Halo!" ucapnya sembari bergerak turun ke lantai setelah tergantung beberapa saat.

"AAAA!" Seperti melihat seekor tikus, Jungkook memukul candelabra itu. Suara dentingan besi bergemerincing di lantai yang terbuat dari batu. Lilinnya padam akibat pukulan Jungkook.

WHOOSH—lilin kanan menyala kembali. Dan WHOOSH—begitupun lilin di bagian kiri. Diterangi oleh dua lilin pada lengan candelabra itu, Jungkook melihat dengan jelas ukiran sebuah mata dan wajah yang cukup sempurna dalam desainnya.

"Kau kuat sekali. Itu kualitas yang bagus." Candelabra itu menyingkirkan kursi yang menindih dirinya.

"Kau ini apa?!" Dengan perasaan yang masih terkejut, Jungkook bertanya dengan nada yang agak tinggi.

"Aku Hoseok!" Riang sekali ia menjawab.

"Kau bisa bicara?" Jungkook masih tak dapat menerima semua hal aneh ini untuk masuk ke dalam akalnya, benar-benar tak masuk akal.

Tiba-tiba suara lainnya menyahut, Yoongi muncul. Dia terengah-engah."Tentu saja dia bisa bicara, hanya itu yang bisa dia lakukan setiap hari."

Jungkook melihat jam mantel yang ia yakini tadi berada di lantai dasar di atas meja kayu cantik—kini dengan susah payah menaiki anak tangga untuk bisa sampai di tempat Jungkook dikurung.

"Hoseok, aku sebagai kepala pelayan memintamu agar segera mengembalikannya ke dalam sel." Yoongi berkata dengan tegas. Enggan dibantah.

Jungkook benar-benar ketakutan sekarang, dia mundur ke dalam selnya, mencari senjata yang lebih baik untuk memukul.

"Kau mau jadi apa untuk sisa hidupmu, Yoongi? Manusia, atau jam?" Hoseok bangkit.

Hoseok menatap Jungkook yang muncul kembali dari sel. "Kau siap, Tuan?" tanyanya pada Jungkook kemudian. Setelah itu, ia kembali berkata pada Yoongi, "percaya padaku, Yoongi."
.
.
.
.
.
;

Ditangannya, dia membawa Hoseok. Jungkook mengikuti Yoongi melintasi jalan batu yang tinggi di atas tanah. Matanya menajam, mencari jalan keluar. Namun sebaliknya, dia justru melihat betapa luasnya istana dan hutan itu.

"Aku minta maaf atas kesan pertamanya, semoga kau tak terlalu kaget."

Jungkook menatap Hoseok dengan tatapan tak habis pikir. "Coba kau pikir kenapa aku harus kaget? Aku berbicara dengan lilin!"

"Candelabra, aku adalah sebuah candelabra, bukan lilin. Itu perbedaan yang besar." Hoseok mengoreksi ucapan Jungkook yang bahkan tak mau tahu akan hal itu. "Tapi aku siap melayani, karena istana ini adalah rumahmu sekarang," sambungnya.

Jungkook terus mengikuti Yoongi yang berjalan tak jauh di depannya. Dengan langkah kecilnya. Sementara matanya melirik pada Hoseok di tangan kirinya yang sedari tadi tak berhenti mengoceh.
Menara-menara tinggi istana menarik perhatiannya, terlihat gelap dan tak tersentuh.

beauty and the beast • tk (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang