Pintu depan sebuah pondok yang nyaman terbuka, memperlihatkan seorang pemuda dengan balutan pakaian berwarna biru dan putih—dia Bellecoeur Jungkook Jeon—yang diberkati kecantikan murni pada wajahnya serta kecerdasan di atas rata-rata, juga dengan mata gelap yang penuh rasa ingin tahu. Dengan buku di tangannya, dia menghirup udara pagi dalam-dalam dan menatap ke arah bangunan tinggi gereja yang mengintip di sela atas atap perumahan desa.
Mulut kecilnya mulai bernyanyi dengan suara pelan, menyenandungkan nada-nada indah seiring dengan langkah kakinya yang menjauh dari rumah.
Ia menatap sekeliling, ini sebuah desa yang kecil dan tenang. Tak ada yang begitu menarik baginya selain perpustakaan desa. Ia suka sekali buku, omong-omong.
Desa nya monoton, yang dilakukan para penduduk setiap hari selalu sama. Ia bahkan mampu menyebutkannya jika diperkenankan, tapi dia bukan orang yang mau membuang-buang waktu untuk itu.
Jungkook melihat menara jam di gereja menghitung satu sampai tiga hingga jarum jam menunjukkan tepat pukul 8 pagi.
Tepat ketika menara jam berbunyi, penduduk desa memulai hari mereka. Seorang ibu rumah tangga membuka jendela, mengangguk menyapa pada seorang wanita yang mengibaskan permadani di dekatnya. Seorang tukang daging membuka tokonya, melambai ke tukang sepatu yang lewat dengan gerobaknya.
"Bonjour!"
"Bonjour!"
"Bonjour!"
"Bonjour!"
Seorang gelandangan tua adalah satu-satunya orang yang memperhatikan dan menyapa Jungkook. "Bonjour!" Dia tersenyum pada Jungkook saat tubuhnya dilempar ke dalam ruang penampungan oleh dua orang petugas keamanan desa.
(Bonjour: salam umum yang digunakan di Prancis, artinya "halo" bisa juga "selamat pagi")
Jungkook berkelok-kelok di antara penduduk desa, membuat dirinya hampir tidak terlihat. Dia melewati tukang roti yang terburu-buru, membawa nampannya seperti biasa, dengan roti-roti dan kue gulung yang sudah dipanggang dan siap dijual.
Ia mendekat, membeli sebuah baguette tanpa mengatakan apapun pada si penjual roti. Membuat penjual roti itu menatapnya aneh.
(Baguette: roti khas Prancis yang bentuknya panjang, disebut juga French stick)
Pemuda ber-surai cokelat gelap itu tak menggubris tatapan aneh itu, hanya memasukan roti dengan santai ke dalam kantung kain yang tersampir di pinggangnya.
Semua kegiatan di desa ini tak berubah, masih sama seperti saat Jungkook dan ayahnya datang kesini untuk pertama kali bertahun-tahun yang lalu.
Jungkook mendekati Tuan Siwon Choi—si pembuat tembikar—yang sedang merawat bagal-nya.
(Bagal: merupakan keturunan silang antara kuda betina dan keledai jantan.)
"Selamat pagi, Jungkook!"
Ia menyapa sembari menggaruk kepalanya, mencoba mengingat sesuatu. Dia menggeledah gerobaknya yang penuh dengan tembikar.
Jungkook berjalan sembari tersenyum menghampirinya.
"Selamat pagi juga, Tuan Choi! Kau kehilangan sesuatu lagi?"
Jungkook sedikit terkekeh, pria itu selalu merasa bahwa ia kehilangan sesuatu setiap harinya."Aku yakin begitu, tapi masalahnya aku tak ingat itu apa. Pasti sebentar lagi aku mengingatnya."
Padahal tidak, dia tidak pernah bisa mengingatnya entah kenapa, hanya dapat merasakan bahwa memang ada sesuatu dari miliknya yang hilang.Jungkook menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Kakinya kembali melangkah melanjutkan perjalanan.
"Kau mau kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
beauty and the beast • tk (✓)
FantasiaJungkook dikurung di dalam istana milik seorang makhluk buruk rupa setelah berusaha menyelamatkan ayahnya. "Tale as old as time Song as old as rhyme Beauty and the Beast " © remake from disney movie; beauty and the beast © cover from pinterest, edit...