hepta-

75 13 18
                                    

bab 7 cinderella isn't cinderella

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bab 7 cinderella isn't cinderella

"👡"

RUBBYJANE tengah bergelut dengan selimut dan laptopnya. Matanya tak lelah atau berkedip sedikitpun menatap layar laptop.

Sesekali tersenyum kecil, melihat ending dari kisah Ella dan Pangeran Kieth yang bersatu dalam cinta sejati nan abadi.

"Inilah yang membuatku mencintai Disney dan ingin hidup sebagai tokoh utamanya," ucap Rubbyjane menarik selimut menutupi wajah.

"Bukankah saat ini kamu adalah putri di istana ini, Rubby?" suara itu begitu familiar di telinga Rubbyjane.

Gadis itu menoleh dengan ragu. Bah, ya! Siapa lagi jika bukan sang Ibunda.... Raden Ayu Roro Ajeng, putri dari raja ningrat yang rela meninggalkan kebangsawanan demi menikah dengan rakyat jelata.

Bola mata Rubbyjane berputar malas. "Aku beruntung tidak di besarkan di Keraton atau tempurung lututku akan tersiksa karena selalu digunakan untuk mlaku dodok."

"Well. Terserah kamu mau menghujat Keraton, yang terpenting saat ini waktunya kau tidur. Besok adalah hari pertamamu ujian di kelas dua belas," nasehat Ibunya dengan nada selembut mungkin.

👡

Setelah bel ujian berbunyi seluruh siswa di SMAIS langsung berhambur meninggalkan ruang ujian, kecuali anggota klub Smakhartabasa. Mereka masih sibuk
diskusi untuk persiapan ujian bulan depan, awalnya baik-baik saja hingga Rubbyjane menatap rak sepatu yang sudah bersih.

Ini bukan halusinasi Rubbyjane bukan? Bagaimana bisa sepatu hells miliknya yang harganya ratusan juta bisa hilang? Yah, jelas. Ini bukan mimpi. Seluruh pasang mata mengunci tatapnya kepada Rubbyjane, ketika gadis itu mengeluhkan keluhannya kepada kepala kedisiplinan.

"Saya kehilangan sepatu, Pak!"

"Model sepatunya?"

"Hells warna putih dengan taburan batu berlian."

"Hah! Sudah ku bilang, kan? Seluruh murid di sini tidak boleh mengenakan barang-barang bermerk."

"Maksudmu? Sepatuku terlalu mahal sehingga di curi begitu?"

Rubbyjane merasa kesal karena sepatu hells itu bukan sembarang hells, bukan tentang harga. Dia mampu membeli sepatu lebih mahal dari itu. Harus diperjelas... sepatu hells itu adalah pemberian Designer dan benar-benar dibuat khusus untuknya.

Lihat? Karena orang gila yang mencuri sepatunya itu, Rubbyjane harus nyeker.

"Sial! Siapa yang berani nyolong sepatu gue?" teriak Rubbyjane menggelegar di koridor sekolah.

Me, The ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang