tri-

79 20 47
                                    


bab 3 Insiden

Aku menghadapi kejamnya dunia sendirian semua masalah selalu aku tanggung tanpa ada yang mengerti betapa aku sangat lelah.

" 🎭"

MALAM itu tidak ada yang spesial bagi Nash, dia dan kedua orang tuanya makan malam bersama di meja makan.

"Nash, kamu gak jadi ke Bangkok hari ini?" tanya Irene dengan mengangkat wajan yang telah digunakan untuk menggoreng tempe.

"Aku ketinggalan pesawat, Ma," jawab Nash lesu sembari menyomot tempe goreng membuat Irene tersentak.

"Kamu sudah cuci tangan, Nash?" tanya Irene curiga.

Nash menyengir kuda lalu menggeleng.

"Astaga, Nash! Berapa kali Mama bilang, jangan sentuh makanan jika belum cuci tangan. Meski tangan kamu kelihatan bersih, namun belum tentu terhindar dari bakteri dan kuman." Irene memberi wejangan kepada Nash lalu menyimpan piring berisi tempe goreng ke suatu tempat.

Nash memberi kode kepada Papanya dengan menunjukkan wajah melasnya, meminta pertolongan.

"Nash, apa perbedaannya plasma dengan serum?" tanya Ardytha membuat Irene semakin mencebik bibirnya.

"Perbedaan antara plasma dan serum juga
terjadi karena pada serum tidak terbentuk fibrinogen dan beberapa faktor koagulasi lainnya, sedangkan plasma mengandung semua protein yang terdapat di dalam darah yang bersirkulasi dan mengandung partikel antikoagulan EDTA yang dapat mempengaruhi pemeriksaan," sahut Nash dengan santai. "Papa lagi nguji sesuatu hal dengan metode sentrifugasi, ya?"

"Tadi pagi Papa tadi dapat tugas memisahkan sel darah merah dengan cairan darah atau plasma darah," sahut Ardytha.

"Berhenti. Ini meja makan bukan laboratorium, kalian bisa membahas metode sentrifugasi setelah makan malam." Irene mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.

Keduanya sama-sama terkekeh. Kata mereka, sifat dan kecerdasaan diturunkan oleh gen ibu sepertinya itu tidak berguna untuk Nash dan Ardytha. Mereka berdua memiliki sifat yang sama, sama-sama bikin Irene kesal.

Mereka bertiga akhirnya memilih diam, menikmati masakan Irene untuk malam itu. Hanya terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring porselen, tidak ada pembicaraan zat kimia atau bahkan rumus stikoimetri.

Keheningan itu akhirnya pecah dengan suara berita, di layar kaca memberitakan bahwa Atlet Ice Skaiting pada malam itu mengadakan konser tunggal di Bangkok, Thailand mengalami kecelakaan.

"Pemirsa, Figure Skater Elakshi Rubbyjane pada pukul sebelas malam terjatuh dari panggung dengan tinggi 2 meter. Polisi tengah mencari penyebab dari kecelakaan yang dialami Figure Skater Elakshi Rubbyjane, saya Melody undur diri."

Tangan Nash terasa lemas, sendok yang sedari tadi dia genggam akhirnya lepas. Menghasilkan suara nyaring, membuat Irene dan Ardytha menatap Nash dengan tatapan bingung.

"Kamu baik-baik saja, Nash?" tanya Irene kahwatir.

Nash tidak menjawab, dia malah bergegas masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar, laki-laki itu tengah duduk di meja belajar dengan laptop dihadapannya. Tangannya dengan cepat langsung mengetik nama Elakshi Rubbyjane di kolom pencarian. Sedetik kemudian, ada banyak sekali berita jatuhnya Elakshi dan beberapa foto di TKP, hingga akhirnya Nash memutuskan membuka salah satu artikel di sana.

Me, The ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang