Chapter 3

287 23 0
                                    

"Apa sarapannya sudah siap Luis?" seorang wanita paruh baya yang begitu mirip dengan Linne mendatangi dapur. Dia pasti ibu dari kedua gadis kembar dan seorang kepala pelayan.

"Sebentar lagi akan siap" jawab juru masak Luis yang sedang mengangkat kentang panggang.

"Lotte! Linne! Sedang apa kalian disini? Seharusnya kalian menemani nona muda Brunella"

Nella yang berada dibelakang Lotte dan Linne karena sedang menata adonan untuk eskrim tidak terlihat oleh bibi Karin kepala pelayan. Ya, lagi pula tubuh Brunella lebih pendek dari Lotte dan Linne. Hanya sedikiiit lebih pendek.

"Ibuuu... Jangan marah. Kami berdua sedang membantu nona Brunella" jawab Linne yang diangguki Lotte.

"Nona Brunella? Dimana? Kalian jangan bercanda pada ibu!"

"Jangan memarahi Lotte dan Linne, mereka sudah melakukan tugasnya" ucap Nella. Lotte dan Linne merasa senang dan juga malu dibela oleh sang nona. Sementara bibi Karin sangat terkejut melihat Nella.

"Salam nona muda Brunella" ucap bibi Karin spontan membungkuk hormat.

"Tidak perlu berlebihan bibi"

Bibi Karin tampak terkejut mendengar perkataan nona mudanya. Sangat jarang nonanya itu berbicara, jikapun berbicara hanya satu atau dua kata saja. Itupun hanya dengan keluarganya bukan dengan pelayan seperti dirinya. Tapi sekarang nona nya berkata banyak dengan nada hangat.

Melihat bibi Karin terdiam Nella meringis malu. Sepertinya dirinya membuat banyak perubahan dari sikap Brunella asli.

"Bukankah bibi akan mengantar sarapan?" tanya Nella membuat bibi Karin tersadar dan mengangguk.

Para pelayan menata makanan dan minuman di atas troli makanan. Bibi Karin bersama para pelayan pergi dari dapur menuju ruang makan.

"Nah sekarang masukan ke dalam kotak pembeku es"

Lotte dan Linne sigap mengambil wadah tertutup yang diberikan Nella. Mereka memasukannya ke dalam kotak pembeku es. Sama seperti freezer hanya lebih besar dan luas.

Setelah membuat es, Nella pergi ke ruang makan di antar kedua pelayan kembarnya. Saat membuka pintu terlihat dua orang yang sedang menikmati sarapannya. Mereka Marquess Gaetrn dan Marchioness Gaertn.

"Ayah, ibu" lirih Nella pelan.

Wajah Marquess dan Marchioness Gaertn sangat mirip dengan wajah kedua orangtuanya. Hanya saja rambut dan manik matanya yang berbeda. Rambut brown dengan mata biru milik Marquess Gaetrn, sementara Marchioness berambut blonde dengan manik mata coklat terang.

"Ayah, ibu!"  panggil Nella tersenyum cerah.

"Brunella anakku?!"

"Anak tetangga sebelah" jawab Nella menatap Marquess dan Marchioness Gaertn kesal. Memangnya ada orang tua yang menanyakan apakah dia anaknya atau bukan. Padahal baru saja dirinya merasa senang tapi langsung berubah jadi kesal kan.

"Kau sarkas, persis ibumu" ujar Marquess Gaetrn kaget. Baru pertama kalinya sang anak bersikap seperti itu biasanya hanya diam dan menatap tajam saja.

Nella dan Marchioness Gaertn menatap tajam Marquess Gaetrn. Bukannya takut Marquess Gaetrn malah tertawa melihatnya.

"Kau tampak berbeda sayang?" Marchioness Gaertn mengajak Nella untuk duduk di sampingnya.

"Aku malas menjadi pemalas, Bu. Aku takut mati kelaparan" jawab Nella membuat Marchioness Gaetrn terkekeh.

"Bicaranya seperti mu" ucap Marchioness Gaetrn membuat Marquess Gaetrn mengangguk.

"Jelas saja aku ini anak kalian berdua" 

Nella tidak merasa asing dengan Marquess dan Marchioness Gaertn. Keduanya sangat mirip dengan orangtuanya yang asli makannya dia berani bersikap seperti Nella di bumi. Dari sikap dan gaya bicara mereka hanya saja Marquess dan Marchioness Gaertn tampak awet muda. Jika saja kedua orangtuanya masih hidup mungkin sudah seperti kakek nenek yang wajahnya keriput.

"Ayah dan ibu sedang makan, apa Nella bisa ikut makan bersama?" tanya Nella menatap Marquess Gaetrn dan Marchioness Gaertn bergantian.

Marchioness Gaertn mengangguk mengusap kepala Nella sayang. Perlakuan Marchioness Gaertn persis seperti ibunya membuat Nella merasa ibunya kembali dalam sosok Marchioness Gaertn.

"Kita akan makan bersama-sama" ujar Marquess Gaetrn tersenyum bahagia.

"Nella tidak suka roti gandum, ayah" ucap Nella pelan saat Marquess Gaetrn menaruh roti gandum di piringnya.

"Maafkan ayah sayang, ayah tidak tau apa yang tidak kamu suka"

Marquess Gaetrn merasa bersalah. Dirinya tidak tau apa tidak disukai putri bungsunya. Putri bungsunya itu jarang sekali berinteraksi dengan kedua orangtuanya semenjak kepergian Ariella.

"Ayah jangan sedih, Nella tidak akan menjadi anak pendiam dan pemalas lagi. Lihat tubuh Nella yang kurus ini"

Marquess dan Marchioness Gaertn memperhatikan kondisi tubuh putri bungsu mereka. Tubuhnya kurus dan tampak begitu rapuh.

"Sekarang Nella akan banyak dan menjadi kuat!" seru Nella semangat. Marquess dan Marchioness Gaertn mengangguk dan tersenyum.

"Nella suka kentang ibu"

Joanne Gaetrn tersenyum bahagia mendengar rengekan anak bungsunya. Sudah lama putrinya tidak bermanja padanya. Jika Ariella sangat manja hanya pada sang ayah, Brunella manja kepada kedua orangtuanya.

"Dagingnya terlalu banyak ayah, sayuran nya ditambah juga agar Nella sehat dan kuat"

Marquess Gaetrn yang bernama Noah Gaetrn mengangguk. Noah meletakkan sayuran dalam piring Nella. Putrinya kembali ceria. Noah merasa bahagia sekarang. Sejak kepergian Ariella, Brunella berubah membuat suasana kediaman Marquess Gaetrn juga berubah. Tapi sekarang Brunella kembali ceria, apapun keinginan Brunella akan Noah penuhi. Apapun untuk kebahagiaan putri bungsunya.

"Catatan apa ini?"

Brunella de Gaertn. Putri kedua Marquess Gaetrn lulus di tahun ke-3 pembelajaran akademi. Mahir dalam semua pembelajaran kecuali teknologi.

Nella mengambil sebuah buku bertuliskan, catatan Brunella de Gaertn. Buku itu seperti laporan hasil pembelajaran Brunella. Ternyata Brunella itu pintar, tapi kakaknya hanya bilang Brunella pemalas. Ada juga buku-buku lain yang sama dengan bertuliskan banyak nama. Sepertinya itu buku milik setiap keturunan Gaetrn.

Setelah sarapan Nella meminta ijin untuk membaca di perpustakaan. Noah dan Joanne jelas mengijinkannya. Brunella saat kecil sangat suka pergi membaca di perpustakaan. Sepertinya putri bungsu mereka benar-benar kembali.

Perpustakaan ini sangat luas. Berbagai buku ada di perpustakaan ini. Buku politik ekonomi, buku sejarah, buku kuno bahkan  novel dan kumpulan puisi juga ada.

Nella menelusuri setiap rak dan sampai pada rak buku kuno. Nella penasaran dengan buku bergambar buah coklat dan mengambilnya. Dia duduk di kursi dan mulai membuka bukunya.

"Loh ini pakai bahasa Inggris?"

Nella mengambil buku secara acak lalu membukanya. Tulisannya tampak asing tapi Nella dapat membacanya dengan mudah. Nella juga mengambil catatan pembelajaran Brunella lagi dan itu juga ditulis dalam tulisan huruf-huruf asing. Nella baru menyadarinya sekarang.

Nella menyimpan buku dan catatan Brunella. Lalu kembali membuka buku kuno. Buku itu menjelaskan bahwa tanaman bernama Cacao merupakan hadiah dari dewa kepada seseorang. Terdapat banyak penjelasan sejarah dan cara pengolahan Cacao sampai menjadi minuman. Buku itu juga menjelaskan jika pohon Cacao hanya tumbuh di dua tempat, yaitu Guatemala dan Veracruz.

Guatemala adalah wilayah kekuasaan Marquess sebelum berubah nama menjadi Gaetrn. Sementara Veracruz berada jauh dari Guatemala. Hal ini terjadi karena dua anak  seseorang yang menerima Cacao dari Dewa memisahkan diri karena pertengkaran.








27/6/2023
1041

LADY CACAOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang