07

838 29 1
                                    


"FREEN SAROCHA CHANKIMHA" suara yang tinggi melenting membangunkan tidur seorang freen. Terhuyung hayang member turun dari katil berlari ke arah bawah dengan mata separuh tutupnya.

"Hm hm ya ada apa? Saya salah apa puan?" tanyanya masih dalam keadaan mamai separuh sedar.

"Ibu mu menelefon mu, katanya suruh kamu ke sana segera" info becky santai ke arah freen membuatkan gadis itu membuat wajah datar miliknya kemudian naik semula ke atas.

Berapa minit kemudian freen datang kembali lengkap dengan pakaian casual miliknya berjalan tergesa gesa meninggalkan becky kesorangan tanpa ingin pedulia sama sekali

"Hm..kembali kepada keadaan asal yah?" gumamnya kepada diri sendiri melihat sifat dingin freen kembali lagi di pagi hari ini

"Haha tidak mengapa" ucap becky dengan dirinya sendiri berserta senyum tipis dia perlihatkan sebelum helaan nafas kasar dihembuskan

Sementara itu freen yang berada diperjalanan ke mansion milik ayahnya, masih dilema perasaan binggung. Binggung kenapa ibunya memanggilnya, karna ibunya tidak akan memanggilnya jika tidak ada urusan penting.

Pedal minyak dipijaknya kuat hingga hampir kebatasannya beberapa kereta yang lalu lalang hampir berlanggar satu sama lain akibat kelajuan kereta miliknya menebus laju membelah jalan raya yang sedikit sibuk.

5 minit setelah itu dirinya sampai di perkarangan mansion milik ayahnya, kelihatan kelibat ibunya sedang menunggunya di luar rumah. Sepantas kilat kakinya berlari kearah ibunya mendapatkan sang ibu.

"Ya ma? Kenapa panggil freen? Urusan penting apa?" tanya freen bertubi tubi.

"Kakak mu freen" jawap ibunya memperlihatkan gambar yag dihantar satu no unknow ke arah ibunya. Setangkas itu pula tangannya mengambil telephone di tangan ibunya dan dibawa masuk ke dalam mansion.

Beberapa peralatan teknologi dikeluarkan olehnya salah satunya komputer. Dengan lihai tangannya beradu dengan papan kekunci menaip sesuatu, berapa minit setelah itu terpampang satu lokasi di minator didepannya.

"Di banglo? Cikgu...?, sialan" kata kasar keluar dari bibir indah miliknya disaat dia mengenal siapa punya angkara.

"Mama tunggu sini aku selamatkan kakak, okey. Mama tidak usah kawatir atau gelisah. Andai aku tidak pulang sampai tengahari besok lapor kepada polisi untuk mengikutiku dan....jangan mencariku, paham?" selesai dengan penjelasannya freen sepantas kilat mengatur langkah kakinya keluar mansion menyelamatkan kakaknya tanpa mendengar balasan dari ibunya.

Ibunya yang mengerti akan kata anaknya itu mula mencari beberapa anggotanya untuk memerhatikan freen dari jauh.

"Ku mohon freen jangan mengorbankan dirimu" bisik hati ibu freen memandang sayu kearah foto freen ketika masih berumur 4 tahun lebih.

Manakal freen yang dikuasai emosinya sendiri meluncur laju atas jalan raya tanpa memperdulikan bunyi hon dari kenderaan lain. Berapa minit setelahnya kereta meluncur laju masuk ke banglo didepannya melanggar pintu masuk ke banglo tanpa peduli kereta ferrari miliknya hancur.

Freen keluar dari keretanya melihat kakanya yang diikat dikerusi dalam keadaan lemas tak berdaya, dengan pantas dia berlari kearahnya dan membuka ikatan tali yang mengikat tangan kakaknya sepantas yang dia boleh sebelum albert menemui mereka.

Digendongnya kakaknya memasuki ke keretanya dan berlari ke tempat pemandu setelah menutup pintu penumpang namun disayangkan lagi sebuah peluru dilepaskan dan menebusi lapisan lemak yang ada ditangan kiri freen menyebabkannya meringis kesakitan dan menghentikan langkahnya menahan kesakitan yang dia terima.

Dilihatnya ke arah peluru itu datang. Albert. Mengacukan pistol kearahnya dengan senyuman tipis sebelum tawa terbahak bahak melihat reaksi yang freen berikan. Menyedari hal itu freen kembali menganti ekperasi wajahnya kembali datar.

Ckk...

Albert berdecih kesal melihat freen kembali ke reaksi datar miliknya berapa tembakan kembali dia lepaskan dan beberapa bahagian dibadan freen mengeluarkan darah akibat tembakan yang mengenai tubuhnya namun freen tetap dengan pendiriannya untuk tetap memperlihatkan ekperasi datar miliknya seolah tidak ada satu pun tembakan yang mengenai tubuhnya.

"Ckk sialan, kenapa, kenapa, kenapa bukan kah itu menyakitkan freen sarocha chankimha" tengkinya kepada freen.

"Biarkan kukatakan itu sama sekali tidak menyakitiku, kenapa? Karna aku masih boleh sembuh daripada luka namun aku tidak boleh hidup kembali karna kematian" ucapnya santai memperlihatkan smirk indah tertata di bibir pinknya.

'sialan kenapa boleh sesakit ini, seharusnya aku sudah terbiasa dengan kesakitan. Okey tenang freen tenang selagi kau tidak berreaksi kepadanya kau akan menang, ketenangan kunci sebuah kemenangan. Cukup memerhati dan menciptakan strategi"

"Ckk..dasar arghhh!! Kalian semua ambilkan aku peluru secepatnya!!" bentak albert kepada pengikutnya.

Melihat kesempatan yang ada freen mengerakan badannya untuk berlari kearah albert unutk merampas pistol darinya, namun kakinya terhenti dipertengahan dan kembali berlari ke arah kanan keretanya untuk bersembunyi sementara waktu.

"Sialan mereka mempunyai senjata lebih dari satu sialan, sialan, sialan. Apa yang harusku lakukan. Pikir, pikir, pikir ishh tidak ada jalan lain selain ku tempuhi saja"

Freen keluar dari tempat sembunyinya dan melihat kedalam keretanya memeriksa keadaan sang kakak yang terlihat tetidur lelap, penat agaknya.

Freen melangkah perlahan ke arah albert yang masih memasukkan peluru ke pistol miliknya dan diacukan kearah tepat di kepalanya. Tidak diduga freen berlutut didepan albert

"jika tidak tempuh kita guna trik psychology 'manipulasi'" bisiknya dan tersenyum tipis sebelum mengangkat kepalanya melihat kearah albert.

"Saya menyerah kalah, kamu yang terhebat tidak dapat saya kalahkan, saya dengan senang hati menerima menjadi hamba mu, apa yang kau inginkan? Uang? Perusahaan ku? Atau kematian ku? Atau becky?" kata freen menarik perhatian albert. Albeet yang terpedaya turut berjalan kearahnya berjongkok di hadap freen dan mengangkat dagu freen dengan pistol

" kena"

Dengan cepat tangannya mengambil pistol dari tangan albert dan berdiri dengan hujunh pistol dia tempelkan ke kepala albert

"Dan kamu berharap aku akan mengatakan itu? Aku tidak seformal itu tuan albert" tekan freen

Beberapa anak buah albert mulai mengambil senjata didekat mereka ingin menembak freen. Namun terhentikan ketika freen memberi isyarat yang dia akan menembak albert jika dia ditembak.

Salah satu anak buah albert bersekera unutk menembak freen dan satu tembakan dilepaskan.

Dor....

Darah segar mulai keluar dari perutnya.

"arghh shit dia menembak bahagian vitalku, sialan" teriaknya di dalam hati namun ekperasinya tetap tenang dan dorr....dia melepaskan tembakan tepat dikepala albert.

"HAHAH....Kamu kira aku berbohong tidak sama sekali, aku perduli apa kalo kamu tidak punya pemimpin dan ingat aku pernah tidak takut masuk neraka aku hanya takut dipenjara karna itu hal yang membosankan, paham" bentaknya sehingga satu banglo dikuasai dengan nada suara melenting miliknya sebelum semua orng yang berada di situ dia habiskan dengan tembakan satu demi satu.

Setelah semuanya mati tak bernyawa freen kembali membuka suara.

"Bagimu mereka ini mati atau hanya tidak bernafas? Jika secara logiknya mereka hanya tidak bernafas karna mereka masih hidup di alam satunya dan tidak akan pernah mati, dan kenapa manusia mengatakan itu adalah 'mati'. Kematian itu adalah dimana hari perhakiman sudah tiba, aa aku malas mau perduli" ucapnya sebelum kembali menembak satu lagi das yang mengena tepat ke jantung albert.

Freen berjalan perlahan mencapai keretanya dan memandu ke mansion ibunya meninggikan kakaknya di gate depan mansion tempat pengawal berada dan kembali ke apartment miliknya.

Done for today, kira kira apa reaksi becky yah?
Kita lihat di part seterusnya, byee😜👋

A litte bit psycho, girlfriendWhere stories live. Discover now