03

1K 37 0
                                    


Langkahnya makin melaju meninggalkan perkarangan rumah cikgunya, albert. Perasaannya yang bercampur aduk menyebabkan dia tidak dapat berfikir jernih, langkah kakinya melaju menuju stesen bas di hadapannya. Menunggu disana dalam beberapa minit, namun satu kenderaan pun tidak ada yang melintas membuatkannya mengambil keputusan dengan berjalan kaki sekurang kurangnya 6 km ke pusat bandar.

Entah apa yang mendorongnya, langkah yang tadinya hanya melaju kini berganti dengan larian. Ditariknya gaun miliknya ke atas memberi aset kakinya melangkah lebih luas.

Sementara itu di hospital, freen menonton siaran kesukaannya sambil menikmati hidangan didepannya. Entah dari mana dia mendapatkan minuman dan manisan itu, yang pasti sekarang makanan itu sudah masuk keperutnya dan sedang dinikmati di mulutnya. Sedang rancak dengan tontonnya pintu bilik nya terbuka dengan keras, memperlihatkan kondisi becky dalam keadaan yang mengerikan. Kaki mendatangi tempat freen berada dan

Pakk.....

Kepala freen dipukul kuat oleh becky, menyebabkan gadis yang dipukulnya tadi bingkas bangun dari duduknya dan menolak becky ke dinding pintu wad miliknya.

"Masalah kau apa sebenarnya nih" nadanya sedikit meninggi dari kebiasaannya dan tatapannya lebih menajam dari pertengkaran mereka sebelumnya. Mungkin marahnya kali ini lebih besar dari sebelumnya.

Becky yang dibentak sebegitu rupa mulai mengeluarkan tangisnya yang dari tadi dia tahan, dia tidak tahu mahu mengeluarkan isi hatinya kepada siapa, yuki selaku rakan karibnya itu sedang berpergi keluar negara ibu dan ayahnya pula dengan tega menjodohkannya dengan gurunya itu tanpa ingin mendengar penjelasan darinya dulu. Tangisnya makin kuat memenuhi ruangan bilik freen berada. Gadis itu tidak tahu mahu melakukan apa ke becky agar gadis itu berhenti menangis.

Tanpa basa basi freen memeluk gadis yang menangis didepannya itu.

Canggung

Ya, semestinya itulah yang freen rasakan, dia hanya meniru aksi drama yang sering dia lihat. Memujuk orang lain dengan pelukkan, padahal dia sendiri tidak selesa dengan kelakuannya itu.

Lama juga mereka tercegat disitu hingga akhirnya tangisan gadis dipelukkannya itu mulai berganti dengan dengkuran halus.

"Ckk...badan mu sungguh berbau" kesal freen sambil mengiring becky ke katil miliknya.

"Wangi apa yang dia pakai sebenarnya, harum sekali" katanya dengan diri sendiri lalu mengaru dagunya yang tidak gatal.

"Menyebalkan" ujarnya ditepi telinga becky lalu berjalan ke arah sofa yang berada disana dan menyambung kegiatannya tadi. Berjam jam dia menghadap ceritanya itu sebelum bosan mulai menguasai dirinya.

Diliatny jam di tangannya menunjukan jam 1:30 pagi, diliatnya becky masih tertidur nyenyak dikatilnya tiada pilihan lain freen membaringkan dirinya di sofa memasuki alam mimpi.

_____________🍀🍀______________

Kicaun burung mulai memenuhi ruang pendengaran miliknya, membangunkan dirinya dari mimpi ciptaannya sendiri. Bunyi kenderaan lalu lalang sayup sayup menyentuh gegendang telinganya, mencoba bergerak perlahan membangunkan otot otot badan lalu bangun dari baringnya. Matanya digosok perlahan menajamkan penglihatanya dari buram, tersidang indah sosok didepan tertidur dalam damai, nafas yang tenang tanpa gelora dan posisinya terlihat nyaman sekali. Terbit satu senyuman dibibirnya mengingatkan gadis itu mengatakan dirinya 'menyebalkan' namun masih saja diulurkan bantuan.

"Terlihat tajam namun dalamnya lembut" ujarnya memandang freen yang masih menyelam ke dalam alam mimpi.

Perlahan lahan dia bangun dari duduknya dan berjalan ke arah freen, mahu membangunkan gadis itu dari tidur lenanya untuk pulang kembali ke katil asalnya. Sebelum sempat dirinya menyentuh tubuh gadis itu, gadis itu dulu bangkit dari tidurnya dengan matanya menunjukkan ketakutan, mimpi buruk, mungkin.

A litte bit psycho, girlfriendWhere stories live. Discover now