17

431 41 0
                                    

17

7 Minggu setelah Operasi Zebra 10.

Keadaan berangsur-angsur membaik.

Sekolah Keperawatan dipindahkan ke gedung pemerintah yang tidak digunakan untuk sementara waktu, sembari menunggu pembangunan dan perbaikan kembali sekolah keperawatan. Maka dari itu, Snow dan Isaiah tak lagi membantu di Panti dan kini mereka melanjutkan pendidikan keperawatannya.

Beberapa sandera yang telah pulih diperbolehkan untuk pulang. Namun, bagi yang mengalami cedera parah masih bertahan di Rumah Sakit Pandawa untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Semua biaya ditanggung oleh Presiden dan Kota Pandawa juga menyediakan konseling secara teratur untuk mengatasi trauma yang diderita oleh beberapa sandera.

Mire dan Nina sangat fokus merawat Katherine, Lia, dan Ruby selama hampir 45 hari dirawat di rumah sakit. Mereka tidak pernah absen untuk membantu sahabatnya pulih.

Selama itu juga, keadaan ketiganya semakin membaik.

Lia dan Ruby telah kembali ceria seperti semula meski terkadang mereka masih mendengar suara-suara teriakan para sandera saat disiksa. Namun, dengan konseling secara rutin, keduanya bisa mengatasinya.

Berbeda dengan Lia dan Ruby yang termasuk cepat pemulihannya, Katherine mengalami beberapa kendala. Ia memang secara fisik dinyatakan telah sehat seperti sedia kala. Beberapa luka yang diterimanya telah diobati dengan baik. Namun, dokter menyampaikan bahwa secara mental, Katherine belum seutuhnya kembali.

Jiwanya seakan-akan masih berada di ruangan sempit menyerupai sel penjara.

"Hai." Seperti biasa, Jaevano datang pagi-pagi sekali ke rumah sakit dan membelikan Katherine banyak makanan.

Gadis itu terdiam, duduk di ranjangnya menatap jendela dengan tatapan kosong.

"Maaf, semalam aku harus bertemu dengan Helios sebentar untuk mengambil mobil yang dipinjam olehnya. Oh ya, aku bawa sosis bakar kesukaanmu, Kath." Laki-laki itu lalu membuka bungkusan hitam dan mengeluarkan makanan beraroma lezat.

Masih tidak ada respon dari gadis itu.

"Aku punya cerita. Kau mau mendengarkan?" tanya Jaevano, meski ia tahu tak akan mendapatkan jawaban dari bibir gadis di hadapannya.

"Baiklah, aku mulai ceritanya ya? Dua hari yang lalu, aku bertemu dengan Mark, di kafenya. Meskipun hanya ada beberapa pengunjung, tapi Mark sangat senang. Ternyata, sore itu Mire mengunjungi kafe milik Mark Chello. Aku menyapanya. Kita lalu berbincang tentang banyak hal. Kath, kau tahu tidak, apa yang sangat mengesankan dari pertemuanku dengan mereka?" Jaevano bertanya dengan hati-hati, sembari menatap sepasang mata Katherine.

Dengan senyum merekah, Jaevano berkata, "Kami rindu padamu. Ternyata, bukan hanya diriku saja yang ingin berbagi kisah denganmu. Teman-teman kita yang lain juga sangat ingin bisa melihatmu lagi."

Jaevano berkata sembari menyiapkan mangkok dan mulai memotong-motong sosis bakar yang dibelinya pagi itu. Ia juga menambahkan saus pedas manis dan mencoba menyuapi Katherine yang masih menatap dengan tatapan kosong. Ketika gadis itu membuka mulutnya, tak dapat dibayangkan bagaimana rasa bahagia Jaevano melihat hal tersebut.

Ia kembali melanjutkan ucapannya.

"Kath, berapa lama pun waktu yang kamu butuhkan untuk kembali, kami akan menunggu. Aku siap menunggu. Jadi, kau tak perlu terburu-buru. Gunakan waktumu sebanyak yang kamu butuhkan. Asal, kamu kembali, ya? Aku sangat rindu melihat Katherine yang kukenal."

***

Mantan Wali Kota Pandawa masih menjadi orang nomor satu paling dicari di negeri ini. Beberapa konspirasi mulai muncul, mengatakan bahwa ia bunuh diri, melarikan diri ke pulau terpencil di utara, pergi ke luar angkasa, bahkan ada yang mengatakan bahwa mantan wali kota tersebut bersembunyi melalui pintu rahasia yang ada di tengah-tengah Alun-Alun Kota Pandawa.

Finding You | Jeno X KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang