8

540 56 0
                                    

8

Jaevano sampai di rumahnya pukul tiga pagi, diantar oleh Helios dengan mobil hitamnya. Anak laki-laki itu menyelinap melalui pintu belakang agar tidak terlihat oleh kedua orang tuanya. Jika mereka tahu Jaevano mabuk, pasti ia sudah babak belur.

Anak laki-laki itu tertidur pulas di atas ranjang.

"Karina..."

***

Di Hari Kamis, Fakultas Hukum biasanya masuk pukul sembilan pagi. Maka dari itu, ketika jam sudah menunjukkan pukul 08.30, gerbang kian ramai dan gedung fakultas mulai terisi oleh beberapa mahasiswa.

Jaevano berjalan gontai bersama Mire yang ditemuinya di gerbang.

"Kau masih mabuk, pergilah ke kantin untuk makan makanan pedas," kata Mire yang menopang tubuh besar Jaevano. "Kau berat sekali, gajah! Jalan yang betul!"

"Karina?"

"Damn! Aku Mire bukan Karina! Astaga, apa aku pulangkan saja kau hari ini?" Mire mendengus kala Jaevano kembali menyerukan nama gadis lain berulang kali. Beruntungnya, Mark melihatnya dan segera datang untuk membantu membopong tubuh Jaevano.

"Helios juga mabuk pagi ini. Apa mereka minum-minum bersama?" tanya Mark.

Mire mengangkat bahu, "Entahlah, kutemui dia di gerbang depan sudah seperti ini saat keluar dari taksi. Apakah tidak sebaiknya Jaeno tidak masuk kelas terlebih dahulu?"

Mereka akhirnya sampai di kantin dan mendudukkan anak laki-laki itu. "Kudengar, hari ini ada kuis dan tidak ada mahasiswa yang boleh melewatkannya, Mire. Kurasa, dia harus tetap datang. Biar kupesankan makanan hangat dan pedas untuk menghilangkan efek alkohol di tubuhnya. Kau masuklah dulu ke kelas."

"Tidak, aku malas naik-turun tangga. Kutunggu dia di sini saja."

Lima belas menit setelah Mark datang dengan semangkuk mi pedas dan panas, memaksa Jaevano untuk meneguknya, Jaevano sudah mulai tersadar dan kini ia bisa duduk dengan tegak menatap kedua temannya bergantian. "Mire? Ary? Ada apa? Pukul berapa ini astaga, kita harus segera masuk ke kelas, Mire!"

Mire melotot, "Kalau bukan karenamu aku sudah duduk di dalam kelas saat ini, bodoh!" Ia mendorong kepala Jaevano hingga terhuyung.

"Ary, temanmu menyeramkan."

Mark terkekeh, "Aku Mark Chello bodoh! Sudah cepat, segera masuk ke kelas!"

Jaevano dan Mire akhirnya menghilang dari kantin meninggalkan Mark yang kini punya masalah baru. Ia melihat Helios tengah dibopong Ruby.

Ruby melihat Mark. "Mark! B-bisakah kau m-membantuku? Helios masih mabuk!"

"Menyusahkan."

***

"Kau dari mana saja?" Katherine datang lebih dulu. Ia sudah duduk di kursinya dengan santai sembari mengeluarkan beberapa lembar kertas. Begitu melihat Jaevano dan Mire, gadis itu mencoba tersenyum secantik mungkin.

Jaevano membuang muka, tidak menatapnya.

"Jaeno, aku bertanya."

"Kantin. Puas?"

Katherine yang merasa tidak ada masalah antara pertemanannya dengan Jaevano tentu merasa sangat terkejut karena jawaban ketus itu. "Kau kenapa? Aku ada salah apa?"

Semalam, setelah mendengar semuanya dari Snow dan Isaiah, Katherine tidak punya pilihan lain. Ia terlanjur jatuh hati pada anak laki-laki bernama Jaevano Lentino karena sikap manisnya meski mungkin saja Jaevano menganggap dirinya adalah Karina. Tapi tidak apa-apa, Katherine telah memutuskan bahwa ia bisa bersabar dan membantu Jaevano melupakan mantan kekasihnya.

Finding You | Jeno X KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang