3

1K 90 30
                                    

3

Kelas A Jurusan Hukum sangat penuh. Ada tiga puluh tiga mahasiswa di sana. Nina duduk dengan teman barunya, Mire di bangku tengah. Katherine menahan napasnya lagi begitu melihat hanya tersisa satu bangku kosong di sana. Di samping Jaevano Lentino.

Nina sudah sibuk berbincang dengan Mire hingga Katherine terpaksa duduk tanpa suara. Ia sangat yakin Jaevano tidak mungkin mau berbicara dengannya, maka ia hanya diam. Dugaannya salah, anak laki-laki ini justru menatapnya dan ia membuka mulutnya.

"Karina?"

Katherine menoleh, "Kath saja. A-aku biasa dipanggil Kath."

"Baiklah. Maaf."

"Eh? Untuk apa?"

"Minggu lalu. Aku yang datang dengan tiba-tiba memelukmu dan sedikit menimbulkan keributan. Seharusnya aku bisa mengontrol sedikit perasaanku. Maaf, Kath."

Ucapan Jaevano terdengar begitu canggung dan kaku. Katherine sangat bingung bagaimana meresponnya, jadi ia hanya mengangguk kecil. Dosen mereka telah memasuki ruangan. Mereka lalu bersiap mengikuti kelas pagi itu di semester baru.

***

"Kenapa dengan wajahmu, Jaevano?"

"Kenapa wajahku?"

"Aneh," kata Mire. Mereka berjalan beriringan setelah kelas pagi itu untuk datang ke ruangan khusus komunitas Maerda. Sejak bertemu dengan dua mahasiswa program pertukaran ilmu, Jaevano bertingkah sedikit aneh dan hal itu tak luput dari pengamatan Mire. "Hanya saja, kau begitu gelisah, canggung, dan sedikit lebih ceria daripada biasanya."

"Biasanya aku seperti apa memangnya?"

"Muram."

Jaevano lantas menyadari bahwa semua orang tahu dirinya begitu berduka dan duka itu tak mudah lepas begitu saja. "Kalau saja kamu bukan kenalanku mungkin aku akan mendorongmu sampai tersungkur, Mire."

Gadis itu terkekeh, mereka hampir sampai. "Jangan salah kira, aku ikut bahagia kalau kamu sudah bisa merelakan. Ingat Jaevano, kamu punya kita. Tak perlu merasa sendiri."

"Aduh, kamu mengatakan apa, Mire? Suaramu tiba-tiba menguap seperti kentut."

"Sialan!"

Pintu itu didorong Mire dan mereka disambut oleh suara Mark Chello. "Ay yo what's up! Kita sudah menunggu lima belas menit, kalian ke mana saja?"

"Maaf, tadi kelas sedikit mundur dari jadwal," kata Mire. "Kita akan mendiskusikan apa hari ini?"

Gabriel Wang, Ketua Komunitas Maerda membagikan lembaran pada kesembilan anggota—seharusnya sepuluh, tetapi Jaenuary kini berada di Eropa—ia lalu menjelaskan, "Besok akan ada parade untuk mencari anggota baru komunitas. Kami dari PBSI mohon ijin sebelumnya karena besok ada mata kuliah Bu Elijah dan kami tidak bisa bolos. Maka, tugas ini aku serahkan pada Panji, Cakra, Mire, Lia, Ruby, dan kamu, Jaeno."

Jaevano mendengus. "Aku tidak mau."

"Aku tidak butuh persetujuanmu. Kau tetap bertugas merekrut anggota baru, kalau tidak, lihat saja apa yang bisa aku lakukan padamu." Gabriel menatap Jaevano dengan horror. "Baiklah, ingat, kita tidak punya target. Siapa pun bisa bergabung."

"Baik."

***

"Jaevano itu seperti apa orangnya?" Ia dan Nina tengah berjalan santai di trotoar setelah dari Panti Asuhan Pandawa sambil memakan es krim rasa vanillanya. Ibu panti mengatakan bahwa gadis bernama Snow tidak tinggal di sana lagi melainkan di asrama sekolah keperawatan.

Finding You | Jeno X KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang