4
"Kamu memang pendiam seperti ini, ya?" Karina menggeser buku paket tebal ke tengah meja mereka karena anak laki-laki itu diam saja. "Jaeno, bisa kamu menjawabku?"
Jaevano yang ingin segera pergi dari ruangan ini kemudian mengembuskan napas, "Aku memang seperti ini. Terimakasih bukunya."
Dosen tengah membahas tentang salah satu kasus pidana dan mereka mendengarkan dengan baik sambil sesekali melihat pasal-pasal yang ada di buku. Satu meja, hanya disediakan satu buku karena terbatasnya buku cetak yang dimiliki Universitas Pandawa. Tapi hal itu tak menjadi masalah bagi sebagian besar mahasiswa di kelas A. Kecuali bangku belakang, Katherine dan Jaevano yang masih canggung setelah tiga hari duduk bersama.
Katherine menuliskan beberapa kalimat yang ada di papan. Ia lalu melirik Jaevano yang memandangnya, "Mau sampai kapan kamu terus memandangiku?"
Sial, Jaevano tergagap. "Siapa? Aku? Jangan mimpi."
"Aku tidak buta, Jaeno."
"Jaevano."
"Jaeno."
"Jaevano!" tanpa sadar, suara anak laki-laki itu meninggi.
Dosen mereka menoleh, "Jaevano Lentino, apakah kamu sedang merasa terganggu di kelas saya? Jika ya, saya ijinkan untuk segera meninggalkan ruang kelas. Jika tidak, tolong diam."
"Maaf."
Perkuliahan kembali dilanjutkan. Katherine merasa bersalah karena Jaevano ditegur akibat dirinya. Ia lalu mendekatkan kursi ke arah lelaki itu. "Jaeno, maaf," katanya berbisik. "Aku hanya ingin berteman denganmu saja, agar kita tidak canggung. Kau sepupu Nina."
"Apa hubungannya?"
"Ya...agar lebih mengenal saja."
"Aku tidak mau mengenalmu."
Katherine tertawa kecil.
"Kenapa kamu tertawa?" Giliran Jaevano yang dibuat bingung karena tingkah gadis itu.
"Kamu aneh. Pertama, memelukku, kedua memandangku, ketiga berkata bahwa kamu tidak ingin mengenalku. Jangan membuat seorang gadis bingung, Jaeno. Mereka punya perasaan, dan jangan bermain-main dengan perasaan itu. Baiklah, senang berkenalan denganmu. Mulai sekarang, kita berteman, ya?"
Kamu begitu mirip dengannya, membuatku takut.
***
Taman kampus begitu ramai dengan mahasiswa yang tengah mempromosikan komunitas mereka untuk merekrut anggota baru. Tak terkecuali Komunitas Maerda. Panji, Cakra, Lia, Ruby, Mire, dan Jaevano ada di sana dengan kemeja hitam membawa poster Maerda dan mengajak beberapa mahasiswa yang lewat untuk bergabung.
Hari mulai terik dan Jaevano mulai malas. "Kita lanjutkan besok saja."
"Tidak bisa. Dua hari lagi penutupan dan kita belum menerima satu anggota pun," Mire mengingatkan.
"Lagipula, siapa yang mau bergabung dengan kita?" itu suara Panji, tengah berdiri memotret kawan-kawannya. "Menwa menyebut kita kaku, dan si kutu buku."
Dilanjutkan oleh Cakra yang hanya tertawa, "Siapa yang mau soda? Biar aku belikan."
"Kenapa kamu baik sekali?" tanya Lia.
Ruby mendorong sedikit punggung temannya, "Lia, dia orang kaya."
"Oh! Benarkah? Kalau begitu, aku titip makanan, roti, susu, dan cokelat ya, Cakra!"
"Tenang. Panji, ayo ke kantin!"
Sepeninggal dua anak laki-laki itu, Jaevano semakin mendengus dan ia tak lagi berdiri di samping teman perempuannya. Ia memilih mundur dan duduk di dekat pohon rimbun di tengah taman kampus. Ia merebahkan dirinya dan menutup wajahnya dengan pergelangan tangan, bermaksud ingin terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding You | Jeno X Karina
Fanfiction[THE DREAM SERIES 2 - COMPLETED] Jaevano Lentino kehilangan kekasih hatinya. Suatu hari, ia bertemu dengan Katherine Kharsa. Wajah gadis itu sangat mirip dengan kekasihnya yang telah tiada. Pertemuan mereka menuntun pada kisah cinta yang tak biasa...