Setelah mendapat informasi bahwa sekolah mengadakan rapat hingga waktu pulang dan Aylina yang sudah cukup bosan berada di perpustakaan, akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Sebenarnya tak ada seorangpun siswa yang boleh pulang, namun Aylina berjalan dengan begitu santainya melewati gerbang sekolah dan tak lupa mengucapkan kalimat pamit kepada sang satpam sekolah yang hanya diberikan anggukan patuh saat tahu Aylina lah yang keluar sekolah. Ya, seperti itulah Aylina yang sangat di hargai dan di hormati di sekolah karena ia pintar dan juga cantik.
"Neng Lina sudah pulang sekolah?," tanya seorang wanita paruh baya yang kira-kira berusia 44 tahun di kala melihat Aylina berada di depan rumahnya.
"Sudah buk, di sekolah ada rapat guru, jadi Ay pulang aja." ucap Aylina ramah yang di balas anggukan serta senyum ramah dari sang tetangga."Mau jemput Rafa yah Lin?."
"Iya buk, takut merepotkan ibuk, lagi pula Ay juga udah pulang."Setelah basa basi yang cukup hangat itu, akhirnya Aylina bersama adiknya yang baru berusia 5 tahun itu berjalan beriringan ke kontrakan mereka. Rafa memang selalu Aylina titipkan kepada buk Laras karena diantara sekian banyaknya tetangga yang ia punya, hanya buk Laras lah yang ramah kepada keluarga kecil Aylina.
"Kasian saya sama bu Laras harus ngurus anak orang, mana di rumah bu Laras tuh anak suka minta makan, minta kue anak bu Laras, kadang juga berantakin mainannya si Riski."
"Iya looh, kalau saya mah ogah ngurusin anak orang."
"Mana anak nggak jelas lagi."
"Kabarnya sih Aylina itu kabur dari rumah karena nggak di bolehin keluar malam oleh orang tuanya," ucap salah seorang dari tetangganya dengan tampang sok taunya, yang kala itu sibuk mengupas bawang untuk bahan masakannya.
"Ooo gitu, pantesan buk, saya sering liat dia pulang malam," balas ibu-ibu yang lain.
"Cantik sih, tapi amit-amit punya anak kek gitu, modal cantik doang," ucap ibu-ibu lainnya sembari bergidik ngeri.
Begitulah kira-kira hobi para tetangga yang sedang berkumpul di salah satu rumah, pasti mereka selalu bergosip jika melihat Aylina ataupun adik-adiknya lewat di salah satu rumah yang menjadi tempat berkumpul para ibu-ibu untuk berghibah itu, biasanya tempat berkumpulnya yaitu di rumah bu Wati yang merupakan orang paling kaya diantara tetangga Aylina yang lain.
"Kak Ay, Afa nggak pernah minta makan sama buk Laras," jelas Rafa tiba-tiba lalu menghentikan langkahnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Afa nggak usah nangis yah, Kak Ay percaya kok sama Afa," ucap Aylina lembut dan kemudian beralih menggendong adiknya itu sembari berlari ke arah kontrakannya yang mengundang tawa sang adik kala Aylina mengucapkan kalimat "pesawat meluncur."
Ya begitulah perbedaan sifat Aylina saat di sekolah dan di rumah. Jika di sekolah ia akan bersikap cuek, dingin, bahkan irit bicara maka lain lagi apabila di rumah, ia akan bersikap ramah, ceria dan sangat cerewet.
"Kak Ay kok pulang awal?," tanya Rafa di kala mereka telah sampai di kontrakan yang cukup sederhana itu, di halaman kontrakan tampak pohon mangga yang sudah berbuah serta bangku kayu yang berada tepat di bawah pohon mangga tersebut yang menambah kesan sederhana pada rumah yang di tinggali Aylina.
Jelas Aylina bukanlah orang berada, namun semua teman-teman di sekolahnya percaya bahwa Aylina berasal dari keluarga yang serba ada karena pakaian Aylina yang selalu bersih dan rapi serta wajahnya yang terlihat terawat. Padahal Aylina hanya berusaha tampil sempurna di balik keadaannya yang serba kekurangan.
Happy reading ^_^
By: ~Hujan Rinai
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPERFECT
Romansa"Tapi nyonya, Tuan sama Nyonya Amora memang masih hidup Nyonya," ucap sang pembantu pelan agar tidak terdengar oleh gadis kecil itu, ia memang juga telah memeriksa nadi sepasang suami istri itu, dan benar mereka memang masih hidup. "DIAM KAMU, ITU...