"Kak tolong tandatangani brosur ini dong kak," ucap salah seorang adik kelas kepada Aylina sembari menyodorkan sebuah brosur yang bertuliskan Open Recruitmen di depan Aylina. Aylina menerima brosur tersebut lantas menandatangainya lalu menyerahkan kembali brosur tersebut pada gadis berkaca mata yang ada di depannya.
“Kapan brosur OR ini dipajang Syer?," Tanya Aylina karena sedari tadi ia perhatikan Syerlin begitu sibuk entah mengurus apa.
“Hari ini kak," jawabnya sembari berjalan keluar membawa brosur tadi, nampaknya Syerlin akan memajang brosur itu saat ini juga.
Kini tinggallah Aylina seorang diri di ruangan yang cukup besar ini, ruangan ini terdiri dari ruang rapat dan 2 bilik yang mana salah satu bilik merupakan ruang pribadi Aylina. Saat ini Aylina tengah duduk di salah satu bangku ruang rapat, ruangan ini merupakan ruang ekstrakurikuler Akademik yang terletak bersebelahan dengan ruang OSIS. Ekskul Akademik ini telah berdiri sejak awal sekolah ini berdiri dengan jabatan pimpinan yang biasanya di pegang oleh siswa yang mendapat nilai akademik tertinggi, seperti saat ini Ekskul Akademik di pimpin oleh Aylina dengan wakilnya seorang pria seangkatan Aylina yang merupakan partner lomba Aylina jika sekolah membutuhkan 2 orang untuk menjadi utusan sekolah.
“Sendirian aja Aylina?," Kedatangan seorang gadis bername tag Davina Zaila yang menjabat sebagai sekretaris Ekskul Akademik membuyarkan lamunan Aylina.
“Iya Put," jawab Aylina singkat.
“Aku Davina Aylin, bukan Putri," kesal Davina karena sudah cukup lama mereka berada di Ekskul ini tetap saja Aylina tidak mengingat namanya.
“Oh," jawab Aylina singkat setelah melirik kearah name tag Davina, dan benar saja ia telah salah menyebutkan nama sekretarisnya itu, padahal ia selalu bersama apabila sedang berada di ruang ekskul.
Setelahnya mereka sama-sama diam, karena Davina yang tengah sibuk membaca beberapa kertas berlogo EA, sedangkan Aylina juga sibuk dengan kertas yang berisi coretan rumus-rumus kimia yang memang merupakan pelajaran favoritnya. Namun setelah beberapa saat berdiam diri di ruangan Ekskul, akhirnya Aylina bangkit dengan perasaan yang cukup kesal karena mendapat perintah dadakan dari sang guru yang menurutnya sangat jarang ada di sekolah.
“Balik ke kelas yah Aylin?," Tanya Davina sekedar untuk basa basi saja.
“Di suruh ngawasin kelas 11 IPS 1."
“DEMI APA ITU KELASNYA ZHAFRAN," pekik Davina cukup keras hingga reflex Aylina menutup telinganya.
“Gue ikut boleh nggak?."
“Lo aja kalau gitu," jawab Aylina sembari memutar bola matanya malas, yang ada dipikiran Aylina adalah apa kerennya cowok bernama Zhafran itu? Yang Aylina ingat hanya penampilan urakan Zhafran saja, oh tentu saja sangat jauh dari kata keren versi Aylina.“Hehehehehe kalau sendiri mah nggak berani gue."
“Ya udah," setelahnya Aylina pergi begitu saja meninggalkan Davina yang tampak cemberut.“Permisi," ucap Aylina saat hendak masuk ke ruang kelas tersebut, sontak seluruh mata tertuju padanya, Aylina yang menyadari hal itu tentu saja merasa sedikit risih.
“Gue di tugaskan buat ngasih kalian tugas," jelasnya lalu tangannya dengan begitu lincah menuliskan soal-soal yang ada di diingatannya.
“Busyet lo hapal soal-soal yang di titipin Marwan?," sela Zhafran yang sontak membuat Aylina menoleh ke belakang guna melihat siapa makhluk yang dengan tidak sopannya itu memanggil nama sang guru tanpa di awali dengan embel-embel pak.
“Isi otak," lalu Aylina kembali menuliskan beberapa soal lagi. Dan yeah makhluk itu adalah Zhafran, nggak usah peduliin Ay, anggap makhluk ghoib.“Busyet isi otak lo angka-angka semua."
“Dari pada isi otak lo cuma tawuran," Rafka ikut menimpali.
“Dari pada lo cewek semua," balas Zhafran tak mau kalah.
“Diem jomblo," kali ini Azka ikut menimpali, bolehkah Aylina tertawa mendengar ucapan sarkas dari makhluk yang tidak di ketahui namanya itu oleh Aylina? Tentu saja boleh, dan yeah Aylina tersenyum sedikit guna menahan tawanya, dengan tangannya yang masih lincah menuliskan beberapa soal lagi.
“Wah si anying songong," sarkas Zhafran dan Rafka bersamaan.“Azka mah isi otaknya Cuma yayang beb Alisa doang," kali ini Altaf ikut nimbrung di antara obrolan absurd teman-temannya itu.
“Diem kolor ijo."
“Busyet tau dari mana lo kalau gue lagi make kolor ijo," tanya Altaf dengan tidak tahu malunya tanpa memelankan suara sembari menatap horor ke arah Azka.
“Resleting lo lepas njing," jawab Azka santai, sedetik setelahnya semua anggota kelas tertawa dan menatap horor kearah Altaf. Dengan kecepatan kilat Altaf berlari keluar dari kelas menuju toilet, meninggalkan kelas yang begitu ribut karena ulahnya."Awas dedeknya terbang," teriak Zhafran saat Altaf telah berada di ambang pintu, yang menambah gelak tawa dari semua anggota kelas.
Aylina telah selesai menuliskan 20 soal di papan tulis, lalu memilih duduk di bangku depan seolah-olah menjadi seorang guru, Aylina yang memang tidak menyukai keributan manatap semua anggota kelas dengan tatapan datar yang terkesan horor bagi mereka semua hingga kelas kembali menjadi hening seperti sedia kala.
"Busyeet demi apa lo ngasih kita soal sebanyak hutangnya Azka di kedai mbak Tini," Zhafran membelalakkan matanya kala melihat begitu banyak soal yang telah di tuliskan oleh sang Einstein junior ini.
"Kaget sih kaget, tapi nggak usah bawa-bawa gue juga ege," kesal Azka kala namanya di bawa-bawa.
"Cuma 20 soal," jawab Aylina tanpa mengubah ekspresi datar yang selalu ia tunjukkan saat berada di sekolah.
"Cuma lo bilang? Satu soal aja bisa sampe kiamat gw ngerjainnya," balas Zhafran lagi.
"Ya udah," Aylina acuh lalu kembali membaca buku tebal yang baru saja ia buka.
"Cabut aja gue mah," lagi pergerakan Zhafran terhenti kala Zaka angkat bicara.
"Inget Pak Marwan kek apa?," Zhafran kembali duduk, tentu saja ia sangat ingat akan ancaman yang di berikan gurunya itu, bahwa jika ada yang cabut dari kelasnya, besok mesti bawa orang tua ke sekolah, senakal-nakalnya Zhafran ia tak akan berulah yang membuat Orang tuanya sampai datang ke sekolah.
Jangan lupa vote dan komen yah♥️
And tlg tandai kalau ada typo🙏♥️
Thank YouHappy Reading All
By: Hujan Rinai
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPERFECT
Romansa"Tapi nyonya, Tuan sama Nyonya Amora memang masih hidup Nyonya," ucap sang pembantu pelan agar tidak terdengar oleh gadis kecil itu, ia memang juga telah memeriksa nadi sepasang suami istri itu, dan benar mereka memang masih hidup. "DIAM KAMU, ITU...