Sun *1

20.8K 674 16
                                    

(Chandra's POV)

Cinta bukanlah hal yang istiwewa. Toh di dunia ini hal begituan sudah wajar. Sudah sering kali gue melihat banyak pasangan bertebaran di pelosok jakarta. Hal beginian yang membuat gue enek menjalinnya. Awalnya bahagia, akhirnya nangis juga. Sampai ada yang memberitakan ada yang nekat bunuh diri hanya karena dia putus dengan pacarnya. Hal begitu membuat gue ingin tertawa benar. Selalu pihak cewek yang buat cowok patah hati. Ingat begitu saja buat gue sangat ingin tertawa terbahak-bahak. Yah...tapi itulah hidup para remaja. Selalu saja terombang- ambing dengan masalah percintaan. Ceritanya pun sama aja antar anak satu dengan anak yang lain. Semua cewek pun sama saja. Tak ada yang berbeda.

Tok...tok...tok

"Chan, mau sampai kapan kamu ngelamun begitu? Gak sarapan?" kata seseorang di depan gue, membuyarkan semua lamunan gue. Gue hanya melihatnya lalu melanjutkan kegiatan makan pagi gue. "iya"

Tapi sekali lagi orang itu mengganggu kegiatan gue, "Chan, kau mau berangkat bareng aku?"

Gue menoleh, "Kamu gak bareng pacar kamu?" tanya gue singkat. Dia hanya tertawa kecil, "gak! Gak mungkin aku mau bareng dia setiap hari. aku juga mau bareng adik semata wayangku ini." Ucapnya penuh kelembutan. Tapi gue mikir coba mempertimbangkan tawaran kakak gue ini. Bukannya gue gak mau. Tapi gue...gimana ya bilangnya. Ya karena gue gak sepadan kali ya dengan kakak gue ini. Makanya gue selalu gak mau jalan bareng kakak gue. "Gak dah! Gue bareng teman gue aja. Gampang."

Lalu gue coba menelpon seseorang yang mungkin gak ingin gue temui. "Halo" jawab seseorang di sebrang telpon.

"Dit, jemput gue gih. Cepet!" jawabku dengan nada memerintah.

"Heh! Lo pikir gue ojek lo apa? Enak banget nyuruh-nyuruh gue. Lo berangkat ja ma kakak lo tuh." Koar-koar anak di sebrang. Gue hanya menghelakan nafas, lalu, "ya dah." Setelah itu gue tutup telponnya. Baru saja gue melangkah beberapa langkah, handphone gue berbunyi. Gue coba lihat layar hpnya. Nama yang terterapun anak yang baru gue telpon tadi.

"Apa?" hanya itu sapaan gue saat gue mengangkat telpon darinya.

"Weh! Sewotnya. Jangan merajuk begitu donk."

"Gue tutup ne telpon kalau lo gak bicara." Sahutku.

"Weh...sabar. ok, ok....gue jemput lo. Tunggu gue. Tpi jangan ngambek lagi, susah kalau lo udah ngambek."

Gue hanya menghela nafas mendengar ucapan anak ini. "Ok! Gue tunggu. Gue tunggu 3 menit." Ucap gue sambil mematikan sambungan telpon. Lalu gue berjalan lesu. Andai saja nasib gue gak begini.

"Berfantasi lagi ya? Beneran gak bareng kakak?" ucap kakak gue yang sekali lagi membuyarkan lamunan gue. Gue menoleh padanya, hanya senyuman yang samasekali gak gue tau apa artinya.

Tin....tin....tin.....

Gue menoleh pada asal suara itu. "jemputan gue datang. Gue berangkat dulu." Salam lalu pergi begitu saja. Kak Indra hanya tersenyum kecut lalu menggelengkan kepala.

⋇⋇⋇⋇⋇

"Gara-gara lo, Chan. Gue mesti bolak-balik sekolah ke rumah lo. Tadi baru ja gue parkir, lo telpon gue." Ceramah ato bisa dibilang menggerutu. Gue hanya diam saja mendengar ocehannya.

"Woi! Lo dengerin gue apa gak sich?" tanyanya penuh kesal. Gue dengan santainya menoleh pada teman gue yang sedari tadi ngoceh, santai pula gue menjawab, "gue denger semua ocehan lo. Kalau lo gak ikhlas, mending lo turunin gue sekarang!"

Anata wa Watashi no Hidesu  (yaoi) (BxB!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang