Sun *6

5.1K 342 21
                                    

WARNING!! R18+

yang di bawah umur di harap jangan membacanya mulai chapt ini. :3


maaf karena authornya agak, ehem.. jadi adegannya agak vulgar ya.

udah author larang jangan ngotot yaa. XD

>///<


happy reading~~~


~~~~~


(Ashiya's POV)

            Hari ini gue gak berani ngeliat Chandra setelah apa yang gue liat di kelas. Gue hanya bisa ngelarikan diri. Entah kenapa rasanya sakit ngeliat Chandra dekat dengan anak cewek.  Air mata gue gak bisa gue bendung. Sudah sedari siang gue menangis. Sebenarnya gue capek kalau nangis terus. Tapi mau dikata apa. hati tak dapat berbohong. Gue hanya guling-guling di kasur. Dan memandang sebal dengan handphone Chandra. Dia sama sekali tak peduli bahwa handphonenya ada di gue. Gue makin galau. "AAAAARRRRRRRRGGGGGGGHHHHHHHHH....nyebelliiinnn. Chandra bakaa!!"

            Setelah selesai berteriak melepaskan kegalauan. Gue hanya bisa meluk bantal guling. Gue jujur bingung dengan tingkah laku gue yang gak ngerti mau di deskripsikan bagaimana. Saat gue berciuman dengan Tania, gue gak ada feel apa-apa. deg-degan aja kagak. Padahal Tania cantik, kawaii (*jepang= imut), manis pula. Tapi kok gue gak seneng ya? Apa gue—masak iya sih gue belok?! Ah gak mungkin! Gue gak mungkin kayak Nico!!! Kaa-san bakal seneng ini kalau gue belok! Gak, gue juga bakal di bunuh daddy kalau gue belok!! Gosh kenapa keluarga dan temen gue pada absurd gini???? Tak ada kah yang normal sedikit gitu???!!! (*kamu aja kagak normal nak. #PLAK!)

             Belum gue tenggelam dalam imajinasiku, tiba-tiba handphone Chandra berdering. Gue hanya terlonjak kaget. Guepun turun dari kasur dan melihat siapa yang menelpolnya malam-malam ini. Gue ngeliat nama kak Indra? Sapa? Guepun dengan enggan mengusap layar untuk menerimanya.

            "Halo? Chan? Kamu dimana? Ayah sudah marah kamu tak pulang. Mau sampai kapan kamu jadi anak kecil seperti ini? Chan? Kamu bisa dengarkan aku? Chan? Ayolah Chan. Ibu setiap malam menangisimu. Chan? Chan? Kamu bisa dengar aku? Chandra—??" Tut..tut..tut..

            Guepun menutup sambungan telpon. Gue hanya terpaku natap apa yang baru orang sebrang katakan? Chandra? Dia tak pulang? Lalu kemana dia? Gue yang tau Chandra tak pulangpun hanya bisa khawatir. Hanya berjalan kesana-kemari. Gue harus cari di mana?gue gak tau harus cari di mana. Ah! Adit! Guepun cari nama Adit di kotak. Ada! Eh? A-adit...brengsek? ini kah? Apa benar ini? Ya tanpa gue pikirkan gue menekan tombol call...calling Adit brengsek.

            "Chan? Ada apa? tumben lo telpon gue?"begitulah sapaan orang yang di sebrang ketika sambungan telpon di terima.

            "Anu, Adit?"

            "Haa? Lo sakit apa Chan? Kok suara lo kayak cewek gini? Salah makan lo?"

            "Bukan. Gue bukan Chandra."ujar gue dengan gugupnya.

            "Oi, oi. Gak mungkin la kalau ini bukan Chandra. Chandra bukan type yang minjemin handphonenya secara legal." Buset ini curhat atau apa sih? Gue mutar bola mata jengah.

            "Dengerin gue. Ntar gue jelasin. Gue Cuma ingin tanya. Lo tau Chandra ada di mana?"tanya gue to the point.

            "Chandra? Napa ma tu anak?"

Anata wa Watashi no Hidesu  (yaoi) (BxB!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang