Sun *13

4.3K 253 20
                                    

saya minta maaaaffff. T^T  ish baru bisa up date sekarang.

tugas laporan program saya ngebuat saya harus berkutat dengannya. T^T maaf yaa

saya senang kalau kalian masih senantiasa membaca cerita saya. :3 authornya terharu. ^^

hehehe. saya berterima kasih pada kalian yang sudah membaca cerita saya dan memberikan Votmentnya. XD semangat tersendiri buat authornya. :D

ok. happy reading~~

~~~~

WARNING 18++

(Indra's POV)

"Ayah. Apa ayah tak ingin mempertimbangkan sekali lagi keputusan ayah? Chandra itu masih kelas 2 SMA. Ini terlalu berat baginya. Beri dia waktu!"ucapku saat aku sedang ada di ruang makan. Ini sangat mengesalkan bagiku. Chandra sangat kecil untuk menanggung sebuah perusahaan besar. Tapi ternyata ayah hanya diam saja mendengarkan ucapanku. "Ayah! Ini bukan sebagai bahan candaan ayah! Chandra—"

"Indra. Ini sudah menjadi keputusan ayah. Ayah ingin yang terbaik untuk masa depan Chandra. Dan ini sudah bulat."ucap ayah yang masih memakan hidangannya.

"Ayah! Tapi ini sudah keterlaluan! Chandra masih berumur 18 tahun! Dia masih kecil untuk ukuran menikah. Ayah sungguh keterlaluan!"ucapku dengan nada sedikit meninggi. Rupanya ayah cukup keras kepala dengan keputusannya.

"Sayang. Benar kata Indra. Kamu harus memikirkannya kembali. Chandra itu masih sekolah."ucap ibu yang sedari tadi diam.

"Meyrelin. Aku tak ingin bertengkar denganmu." Ayah cukup tegas untuk menjawab perkataan ibu. "Tapi sayang. Kau kan bisa menyuruh Dhaniel mengurus semuanya. Chandra masih belum—"

"Meyrelin. Aku tak ingin berdebat denganmu sekarang. Dan kau Indra. Cepat habiskan makananmu lalu jemputlah Chandra di rumah sakit."ucap ayah tenang. Ini membuatku sangat emosi. Bagaimana mungkin ayah memberi keputusan itu? Bagaimana cara pikir ayah?

"Ayah! Chandra masih butuh istirahat. Jangan ayah ganggu!"

"Itu adalah kesalahan yang ia perbuat. Maka dia harus menanggungnya sendiri. Tidak harusnya dia juga lari dari tanggung jawab. Bila kamu tak ingin menjemput Chandra, aku akan menyuruh Sandy untuk menjemputnya."

Aku tak bisa habis pikir dengan ayah. Bagaimana mungkin seorang orang tua tega dengan anak mereka sendiri. Ini sangat membuatku emosi. Akupun bangkit dari kursiku dan pergi meninggalkan ruang makan. Aku bila terlalu lama di sana takut aku kelepas kontrol.

"Indra!" teriak ibu. Tapi aku tak menghiraukannya. Ini sudah cukup bagiku. Aku kembali ke kamar dan mengambil kunci mobilku dan pergi menuju rumah sakit tempat Chandra berada. Setelah ketetapan ayah untuk menikah dengan putri Tuan Willborgh. 1 bulan lagi, kami pindah ke Jerman seperti perintah ayah. Dan kini Chandra dirawat di rumah sakit Sertebert yang terletak di kota Berlin. Setelah memarkirkan mobil aku. Aku berjalan memasukki rumah sakit yang sungguh besar. Lalu melangkah menuju lift. Beberapa detik pintu lift terbuka. Dan segera aku memasukkinya. Ayah ingin membuat kerja sama pada perusahaan keluarga Willborgh dalam bidang jasa pengiriman terbesar di dunia. Ini akan sama-sama menguntungkan ke dua perusahaan. Karena ayah memiliki perusahaan elektronik terbesar di Eropa. Pernikahan karena bisnis ini sudah tidak heran dan asing di kalangan para pengusaha. Mereka akan menikahkan anak-anak mereka demi sebuah profit atau laba yang di hasilkan dari adanya kerjasama. Dan sekarang Chandralah yang harus menerima nasib pernikahan bisnis ini.

Aku melangkah pada sebuah lorong. Lalu berhenti pada pintu di ujung koridor. Lalu mengetuknya dan membukanya. Di sana terlihat Chandra yang duduk di kasurnya memandang awan di luar dan seorang wanita yang cantik yang sedang mengupas sebuah buah. Aku hanya tersenyum pada wanita itu. Dan wanita itu pun tersenyum padaku. "Hai Indra. Bagaimana tugas-tugas kamu?" aku hanya tersenyum menanggapinya. "Baik Stella. Bagaimana dengan Chandra?"

Anata wa Watashi no Hidesu  (yaoi) (BxB!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang