Isekai Prince

16 3 2
                                    

🌼||Happy Reading||🌼

°
°
°

Brogdy. Jakarta, tahun 2020

Gue gak tahu pasti kenapa nama gue Brogdy. Cuma satu nama, tanpa adanya nama keluarga atau marga. Gue juga gak punya orang tua. Yang ada hanya kakek yang selalu ninggalin gue di rumah karena pekerjaan.

Intensitas pertemuan kami amat jarang. Mungkin, karena itu juga gue gak kenal sama sekali sama keluarga gue sendiri. Gue juga gak bisa tanya, Kakek selalu sibuk. Gue bahkan lupa dengan nama kakek gue, mungkin gue aja yang udah gak peduli lagi.

Meskipun gue di sekolahkan, gue berhenti sekolah pas lulus SMP. Gampangnya, gue dirundung abis-abisan dan gue gak kuat. Akhirnya gue jadi pengangguran di rumah. Kakek juga gak komentar apa-apa soal ini.

Gue gabut maksimal, sebelum gue menemukan hobi baru. Baca buku jadi kesibukanku dua tahun belakangan. Dari buku juga gue belajar banyak hal tanpa harus keluar rumah. Kebanyakan buku yang gue baca adalah novel. Agak aneh mungkin denger cowo suka baca buku apalagi buku novel.

Jaman semakin maju, buku gak hanya hadir dalam bentuk kertas. Buku digital bermunculan dari berbagai aplikasi. Gue juga mulai baca dari sana sebagai pengubah suasana baru. Apalagi, author favorit gue suka nulis di salah satu aplikasi sana.

The Prince adalah novel terbarunya yang selalu update seminggu sekali. Ceritanya klise, seorang pangeran yang lahir dari selir dan berusaha menjadi kaisar. Dengan segala taktik hingga mencari heroine yang sesuai, dia berhasil menjadi kaisar dengan menakjubkan.

Gue pribadi nggak terlalu suka dengan genre fantasi campur romance gini. Tapi karena gue fans berat author, ya gue tetep baca bahkan sampe spin off salah satu karakternya. Tapi, sejujurnya, cerita spin off itu malah lebih menarik dibandingkan dengan cerita utamanya. Sampe banyak yang minta buat dikasih cerita sendiri aja, tapi nggak dikabulin.

Karakter itu adalah Nafaline Shaquille. Putri keempat dari keluarga Shaquile, keluarga yang habis karena mati dalam perang. Kaisarnya edan, dia nyuruh seluruh anggota keluarga itu buat terjun di medan perang kecuali si Nafaline tadi. Gilanya lagi, usai seluruh keluargannya mati, Nafaline diminta untuk nikah dengan salah satu pangeran di kekaisaran musuh buat perjanjian genjatan senjata.

“Bangsat!”

Gue sampai mengumpati tokoh kaisar ini sampai berulang kali. Udah punya banyak selir, anaknya diadu domba, anak keluarga lain disiksa pula. Walau gue tahu dia juga bakal mati di tangan anak selirnya, tetep aja bikin gedek.

Akhir cerita Nafaline juga tragis, dia membunuh suami dan satu rumah sekaligus dia sendiri. Cuma tiga chapter, tapi sangat membekas dalam ingatan gue. Terlalu lama mendalami dunia fiksi membuat gue mudah empati apalagi tokoh yang dibikin tersiksa sampai akhir hayatnya.

Tak lama kemudian, gue mati. Keasikan baca bikin gue lupa waktu, lupa makan, bahkan lupa tidur. Ini membuat penyakit ganas mengerogoti tubuh gue yang dari awal udah kurus kayak nggak keurus. Alhasil, gue mati dengan cara yang menyakitkan.

“Astaga, Pangeran sudah bangun!”

Pas gue membuka mata, gue bukan di neraka apalagi surga. Gue malah berada di kotak bayi dalam sebuah kamar mewah dengan nuansa Eropa abad pertengahan. Banyak pelayan yang heboh dan memperlakukanku dengan istimewa.

Gue masih gak paham, gue juga gak bisa bicara. Saat kupaksa membuka mulut, justru suara aneh yang keluar.

“Ba ... bu!”

Anjir! Suara menggelikan apa itu?!

***

Theodor Whcliff. Gak mungkin gue gak asing sama nama ini. Dia adalah pangeran terakhir dari Kekaisaran Silia. Lemah, memiliki penyakit, diabaikan, dan ditindas. Sebab tak memiliki hal yang dibanggakan, Theo hanya mampu menerima semua yang diberikan.

Traitor's Princess [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang