Panic Princess

26 4 2
                                    

🌼||Happy Reading||🌼

°
°
°

"Sepertinya menyenangkan jika membunuhmu, Lady."

Tanpa membiarkanku menarik napas, pria bermata ruby itu menggerakkan pedangnya dengan cepat. Kepalaku mungkin tak sepenuhnya putus, tapi darahnya keluar cukup banyak. Hingga membuatku mual.

"Huek. Astaga!"

Seringai pria tadi menghilang. Dia membalikkan badan ke arahku yang bersandar pada pohon tempat dia bersembunyi barusan. Matanya kembali menoleh ke tempat dia menebasku, dan terlihat terkejut sebab tak mendapatiku di sana. Rumput tempatnya berdiri begitu hijau dan bersih. Tidak ada bercak darah apalagi mayat.

Selagi dia sibuk dengan kebingungannya, aku mencoba menahan rasa mual yang sudah ingin mengeluarkan semua isi perut. Tidak, makan siang tadi adalah daging ayam, itu makanan favoritku. Jangan sampai makanan itu keluar.

"Memang mustahil membayangkan kematian diri sendiri," gumamku mengusap peluh di wajah. Aku berhasil menahan diri, isi perutku masih tetap di tempatnya.

"A-apa yang kau lakukan?!" teriaknya setelah menyadari jika pedangnya masih berkilauan memantulkan cahaya matahari yang sebentar lagi tenggelam.

Hari mulai gelap, situasi akan semakin berbahaya. Aku tidak tahu identitas pria yang ingin membunuhku itu, tapi yang jelas dia adalah musuh. Bagaimana dia bisa sampai di sini?

Aku tersenyum tipis, "seharusnya aku yang bertanya, Tuan. Apa yang kau lakukan?"

"Kau bodoh, ya?"

Alisku berkedut. Aku memaklumi jika kakakku yang mengolok kebodohanku, tapi orang asing ini berani menyebutkan bodoh? Dia cari mati, ya?

"Jelas-jelas aku membunuhmu. Kenapa masih tanya lagi?"

"Oh, gitu, ya? Anda juga bodoh jika masih bertanya apa yang barusan saya lakukan, Tuan Tanpa Nama," balasku dengan tatapan mengejek. Bisa kulihat wajahnya tertekuk kesal.

Tak berapa lama, dia menarik napas. Memposisikan kembali pedangnya ke depan, memasang kuda-kuda. "Ya sudah, kubunuh lagi saja."

Pria itu melesat dengan cepat. Aku masih sedikit limbung karena rasa mualku tadi. Aku tak mungkin menghindar dengan tepat. Jadi, aku harus menggunakan sihirku.

"Sihir Cahaya Tingkat Dasar : Kilau!"

Tanganku mengeluarkan cahaya putih yang menyilaukan. Berhasil, pria itu menutup mata dan membuat tekanan pedangnya meleset. Aku buru-buru mengambil langkah mundur. Cahaya itu sangat menyengat di matanya dengan malam yang mulai menjemput. Cahaya sedikit saja sudah cukup membuat silau.

"Hah! Ternyata kau pengguna sihir. Pantas saja," komentar pria tadi tertawa besar. Dia menumpu pedang panjangnya ke bahu. Mengusap poni rambut hitamnya ke belakang, memperlihatkan wajah tampannya.

Yah, aku tidak munafik. Jika melihat hidung mancung dan dagu tegasnya, pria ini jelas masuk kategori tampan. Tubuhnya yang proporsional dibalik jubah hitam dan tingginya yang mungkin hampir 180-an cm. Jelas sekali jika pria itu sangat menjaga penampilannya.

Aku pura-pura tersenyum, bersikap sok tenang adalah salah satu cara agar tidak mudah diremehkan. "Jadi, Anda sudah paham apa yang saya lakukan, Tuan?"

Traitor's Princess [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang