♪ Chapter 8

8 3 2
                                    

Semenjak malam ulang tahun Esha,  Revan baru saja hari ini turun sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak malam ulang tahun Esha,  Revan baru saja hari ini turun sekolah. Tetapi hari ini dirinya sangat berbeda.  Revan pergi kesekolah dengan pakaian berantakan,  rambut berantakan seperti orang stres setelah 4 hari tidak ada kabar.

Refalin tak memperdulikan Revan meskipun hari ini Revan dihujani banyak pertanyaan dari orang-orang.  Seperti kabarnya kemana dirinya selama 4 hari ini dan tentang hubungannya dengan Esha.

Rafalin kadang bingung mengapa setiap pak mata pelajaran Ekonomi guru yang mengajar jarang masuk ke kelas mereka.

Maka dari itu hari inj lagi dan lagi kelas mereka jam kosong.  Mungkin jam kosong adalah waktu yang sangat disukai murid-murid yang lain karna tidak belajar.  Berbanding balik dengan Refalin yang tak menyukai jam kosong, karna jika jam kosong dkelas akan terasa menjadi sangat ribut untuk Refalin yang tak mempunyai teman jam kosong adalah hal yang sangat Refalin benci.

Kini gadis dengan wajah tanpa polesan apapun memakai lipstik saja tidak dan rambut yang diikat rapi tersebut itu mencoret-coret kertasnya sambil menatap sesosok pria yang tengah duduk bersama sekumpulan temannya dipojok depan kelas.

Refalin tersenyum melihat Reksa yang bercanda dan tertawa bersama temannya.  Hal tersebut membuat Refalin ikut tersenyum juga.

Tapi tiba-tiba saja kertas diatas mejanya tersebut ditarik oleh seseorang lamunan gadis itu buyar seketika dan cara pandangnya juga ikut berubah.

"Balikin kertas gue!" teriak Refalin sebal tanpa peduli orang-orang sekitarnya seketika melihat dirinya.

Tetapi lelaki yang mengambil kertasnya tersebut tak mau mengembalikan.  Refalin segera bertindak sebelum lelaki tersebut melihat apa yang ia tulis dikertas itu.

Saat Refalin mencoba mengambil kertas itu tangan lelaki itu tiba-tiba mengarah ke atas dan membuat kepala Refalin mengenai dada vidng lelaki tersebut karna lelaki tersebut lebih tinggi.

"Ciee Revan abis putus sama Esha sekarang ngegebet sepupunya nih!" ledek Edo yang duduk paling pojok belakang sambil berteriak.

Revan merasa malu akhirnya memberikan kertas itu keada Refalin kembali.

Refalin tak bisa berkata-kata saat kepala tadi mengenai dada bidang lelaki tersebut.  Meskipun hari ini Revan sangat berantakan tetapi badannya masih tetap wangi.

Jam mata pelajaran ekonomi telah berakhir. Saatnya mata pelajaran biologi.  Guru Biologi datang ke kelas mereka yaitu Pak Andre.

"Kerjakan halaman 96 nomor 1 sampai 10!" meskipun itu terlihat sedikit satu sampai sepuluh tetapi soalnya adalah soal beranak. 

"Hei tolong kalian berdua, " menunjuk Revan dan Refalin.

"Saya pak? " tanya Revan dan Refalin sambil menunjuk diri mereka masing-masing.

"Iya kalian,  saya minta tolong carikan Bu Handayani ya biasanya dia ada diruang music."

"Baik Pak!" jawab Refalin.  Kemudian Refalin dan Revan bangkit dari tempat duduk mereka dan berjalan ke arah ruang music.  Revan berjalan dibelakang Refalin. Suasana sangat canggung keduanya masih tidak mempunyai topik apalagi setelah kejadian satu jam yang lalu.

Saat tibanya mereka berada diruang kesenian. Refalin membuka pintu ruang kesenian setelah itu mereka berdua masuk kedalam ruangan sunyi dan dipenuhi alat musik.

Pintu ruangan itu tertutup dengan sendirinya.  Orang yang mereka cari-cari ternyata tidak ada.

"Aelah kaga ada lagi, kudu cari dimana Bu Handayani. " ucap Revan kesal. Pasalnya dirinya pasti akan berkeliling sekolah bersama cewek yang sering dirinya bully.

Refalin mendesis kemudian mereka berbalik arah mengarah ke arah pintu untuk meninggalkan ruang ini.  Tetapi siapa yang tahu musibah datang kapan sja seperti mereka saat ini.

Gagang pintu seketika tak bisa dibuka. Revan juga sudah mencoba membuka pintu itu dengan kasar tetap saja gagal.

"Sialan kita kekunci? " tanya Refalin panik.

"Iya kekunci." jawab lelaki dihadapan Refalin itu dengan santai.  Refalin sontak membulatkan matanya.

"Gak bisa minta tolong atau lo dobrak aja pintunya atau apa yah,  aduh gue belum ngerjain soal biologi lagi,  nanti dikira apalagi kita dikira bolos barang! " ucap Refalin panjang lebar karna panik sampai Refalin mengacak-acak rambutnya.

"Santai aja kali Ref,  nanti ada yang buka tu pintu dari depan."

Refalin bersandar duduk dipintu sambil bersandar seperti orang gila kemudian menekukkan wajahnya kebawah.

Revan dengan santainya berjalan kearah piano putih.  Revan duduk di bangku panjang yang didepannya ada piano tersebut.

Revan membuka piano itu kemudian Revan memainkan piano tersebut dengan lagu asal. Refalin langsung menatap kearah Revan.

Refalin kemudian bangun dari duduknya tadi dan berjalan kearah Revan.

Revan menatap kedatangan Refalin kemudian menaikkan kedua alisnya. Refalin duduk disebelah tanpa banyak bicara dirinya juga menekan-nekan asal garis-garis panjang di alat piank tersebut.

"Yang bener kalo main!" peringat Revan. Kemudian Refalin melirik wajah Revan yang juga menatap kearahnya.

"Lo mau gue mainin lagu apa?" tanya Refalin kepada Revan karna dirinya saat ini lagi tidak ingin memikirkan tugas biologi berhubung dirinya juga sangat kangen memainkan alat musik. Setelah terakhir kali dirinya memainkan alat musik saat disekolah lamanya.

"Emang lo bisa? "

"Bisa lah,  kalo gue gak bisa gak mungkin gue sok-sokan duduk disebelah lo dihadapan piano lagi! "

"Yaudah buktiin." guman Revan menyuruh Refalin sambil tersenyum.  Jujur saja jantung Refalin saat ini berdegup kencang karna melihat Revan tersenyum kepada dirinya setelah sekian lama.

"Lo mau lagu apa? " tanya Refalin dengan nada grogi.

"All i ask dari adele. " jawab Revan sambil tersenyum miring.

"Kurang ajar lo,  lagu inggris lagi! "

"Nah artinya lo nyerah dong?"

"Gak!  Gue bisa kok lagu adele."

  Refalin menekukkan jari di atas tuts. Kemudian dirinya memainkan tuts piano dengan ujung jari.

Revan sedikit shock melihat Refalin bisa bermain piano dan selancar itu.  Banyak timbul pertanyaan mengapa Refalin bisa bermain piano?

Refalin memainkan piano sambil bernyanyi saat mendengar suara Refalin juga Revan terkejut karna suaranya memang sebagus itu tetapi mengapa Refalin tidak mengembangkan bakatnya.

All I ask is

If this is my last night with you
Hold me like I'm more than just a friend
Give me a memory I can use
Take me by the hand while we do what lovers do
It matters how this ends
'Cause what if I never love again?

Apalagi saat nada tinggi,  Refalin bahkan sanggup menyanyikan nada tersebut tanpa nada yang fals.

Revan menatap wajah Refalin yang tengah bernyangi.  Dilihat-lihat dirinya memang memiliki wajah yang cantik tetapi auranya saja yang tertutup.

Saat lagu berakhir Refalin mengarahkan pandangannya menatap kearah Revan. Begitu juga Revan.

"Suara lo bagus juga ya,  kenapa lo gak ngembangin bakat lo?  Padahl lo sangat berpotensi untuk jadi terkenal. "

"Gak ah ga minat! "

Pintu terbuka. Karna ada Pak Andre datang membuka pintu ruangan tersebut.  "Kalian ini saya tunggu-tunggu, gak balik-balik! "

***

FALLIN FOR (U)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang